"om ngajak Aca kemana sih?"
"Dari tapi perasaan nggak nyampe-nyampe," ceplos Acanza yang merasa ada yang tidak beres.
"Udah nurut aja sama suami itu hal baik."
"Cih, suami? Baik? Halah sok sok-an mau jadi suami baik buat gue," ucap Acanza.
Tidak ada lagi pembicaraan mereka berdua, Acanza yang canggung dan Gus imam yang kehabisan kata-kata untuk memulai pembicaraan dengan Acanza.
"Udah nyampe turun."
Sebenarnya Acanza sangat malas keluar rumah apalagi dihari seperti ini biasanya para remaja jompo akan terus berada di kasurnya tanpa berniat untuk bangun dari tempat ternyaman itu.
"Eh om ini dimana?" Tanya Acanza merhatikan tempat mereka berdua berada saat ini.
"Ayo ikut saja," dengan gerakan cepat Gus imam memegang erat tangan Acanza seakan-akan tidak ingin ia pergi.
"Gimana suka?"
Lima detik Acanza terpukau melihat pemandangan di depannya ternyata gus imam membawanya ketempat sepesial yang tak pernah Acanza kunjungi selama ini.
"I-ini tempat apa?" Lirih Acanza terbata.
"Ini tempat mereka para anak-anak kecil yang tidak punya rumah, mereka semua tinggal ditempat ini." Jawab Gus imam.
"Bantu saya membagikan makanan ini kepada mereka," ucap gus imam yang menyerahkan sebagian kantong plastik di tanganya tersebut.
Acanza hanya menurut saja ia masih tidak percaya bahwa masih banyak manusia manusia diluaran Sana yang kekurangan apakah ia selama ini tidak pernah bersyukur sama sekali?
"Assalamualaikum anak-anak."
"Waalaikummusalam!"
"Gus imam!"
"Gus imam!"
Banyak sekali teriakan gembira dari mereka yang menyambut kedatangan gus imam beserta Acanza disana.
"Bagaimana kabar hari ini?"
"Baik!"
"Gus! Gus imam sama siapa itu kakak nya cantik banget?" Tanya salah satu anak laki-laki.
Gus imam menoleh kearah Acanza dengan senyuman tipisnya lalu mendekat kearah anak kecil berumur 8 tahun tersebut.
"Kakak cantik itu Khumaira saya," kata gus imam.
"Khumaira apa itu?"
"Pokoknya semacam panggilan spesial untuk bidadari yang sangat berharga," Gus imam kembali membuat anak tersebut menjadi bingung.
"Sudah sudah, ini Abang Sama kakak cantik bawakan makanan untuk kalian."
"Yeeee! Makan!" Seru mereka semua gembira.
Mereka semua berbaris sangat rapi menunggu bagian mereka.
"Canza, kamu bagikan minuman saja pada mereka." Gus imam pun mulai membagikan beberapa makanan tersebut kepada mereka semua, senyum lebar tak lepas dari bibir mereka semua setiap hari Gus imam selalu memberikan mereka makanan ataupun hal lainnya.
"Gus, Gus udah nikah ya?" Lanjut naula gadis cantik yang masih berusia sekitar 4 tahunan dan naula adalah yang termuda dari mereka disana, naula juga sangat disayangi para kakak-kakaknya.
"Ula, kakak imam kan sudah bilang sama ula, jangan panggil Gus manggilnya kakak saja ya?" Tegur gus imam anak-anak disana selalu memanggil Gus imam dengan Gus atau sesekali mereka memanggilnya ustadz ganteng karena memang ganteng haha.
Naula menggeleng. "Ula nggak mau! Kata Gus imam nggak sopan jadi ula manggil Gus aja ya? Ula nggak mau dosa ula kan masih kecil," ujar gadis manis Tersebut.
Sedangkan Acanza, ia masih berdiri disamping Gus imam yang berjongkok menghadap kepada naula, Acanza masih tidak habis pikir mengapa anak sekecil mereka bisa tinggal sendiri tanpa memantauan orang dewasa kenapa harus tinggal disini? Dan kenapa orang tua mereka sangat tega meninggalkan mereka semua disini? Banyak sekali pertanyaan dikepala Acanza sekarang.
"Gus Gus, ula mau bicara sama kakak cantik itu." Naula menunjuk kearah Acanza.
"Kakak cantik beruntung punya suami baik kayak Gus imam, kakak cantik pasti bahagia deh iyakan kakak cantik?" Ujar Naula gemes.
Acanza tidak tahan ia meneteskan air mata hatinya tersentuh mendengar penuturan gadis kecil di depannya ini sekecil mereka Acanza sangat manja kepada nenek dan kakeknya tapi mereka? Mereka semua harus bekerja dulu baru bisa membeli makanan itupun kadang-kadang.
"Ula ula juga cantik, cantik banget ula umur berapa sekarang?" Tanya Acanza ia ikut berjongkok disebelah Gus imam.
"Ula, ula umur 4, empat tahun." Jawab naula.
"Kakak cantik kok nangis sih?" Naula mengusap air mata dipipi Acanza dan berkata, "kakak cantik, kakak kenapa nangis apa Gus imam jahat sama kakak cantik?"
Seorang anak laki-laki yang tertua disana berlari mendekat kearah naula, "ula nggak boleh ngomong gitu, Gus imam nggak jahat dia orang baik ula jangan ngomong gitu lagi ya?" Ujar anak laki-laki tersebut.
"Maaf ula nggak tau," ucap naula menunduk.
"Ula, ula nggak perlu minta maaf kakak nangis bukan karena Gus imam jadi ula jangan sedih ula nggak salah kok." Acanza memeluk tubuh kurus naula, saat di dekapnya tubuh naula tidak berisi melainkan tulang-tulang yang menonjol.
Acanza yang tidak tahan kembali meneteskan air mata antara kasian dan Acanza yang tidak pernah tau keadaan orang di sekitarnya disaat semua orang ingin memiliki tubuh yang kurus sehingga menahan untuk tidak makan dan rela kelaparan.
*******
Jangan lupa follow tehgelas07 supaya bisa terupdate cerita dan bab terbaru
Komen next
Penuhi komen kalian untuk part ini yaaaaaaaaa💌
Note : tetap berbagi walaupun sekecil apapun nominal yang kalian anggap kecil, akan sangat besar dan berharga bagi mereka yang menerimanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
GUS IMAM MY HUSBAND [ON GOING]
Teen FictionBagaimana jika seorang perempuan yang bad girl minim aututide dijodohkan dengan seorang Gus Muda dan sangat ganteng dan dingin. Gus imam dikenal sebagai seorang yang sangar dan kejam saat menghukum para santriwan dan santriwati. Dan ternyata gus mud...