"setiap lembaran halaman bab buku, yang terasa membosankan akan selesai pada saat orang yang membacanya melewatkannya begitu saja, begitu juga dengan kita, setiap hari kita semua selalu mengeluh tentang hari ini, esok ataupun nanti, masalah masalah terus saja datang tanpa memberi tahu kapan ia akan datang dan kapan ia akan usai."
*****
"Kak, kakaknya cantik banget, maa aku boleh Poto nggak sama kakak cantik ini?"
"Eh sayang inget kata mama apa?"
"Masyaallah kakaknya cantik banget hehe." Ulang gadis kecil itu dengan tersenyum. "Jadi boleh nggak maa?"
Sang ibu dari anak tersebut bingung ingin mengatakan apa kepada pasangan di depannya ini karena sang anak terus menarik ujung bajunya.
"Mama boleh yaaa?"
"Assalamualaikum Buu kami bersedia kok jika adiknya ingin meminta Poto dengan kami."
"Yeee kan Vio bilang juga apa kakak ini ganteng cantik pasti ngga akan nolak kok," violin nama gadis kecil tersebut violin langsung melompat kegirangan karena ia bisa berpoto dengan Acanza dan juga Gus imam.
"Jadi nama kamu Vio yaa?"
"Hmm namaku Violin nur Azizah kakak bisa panggil aku Vio aja, kakak tau gak kenapa nama ayaa itu Vio Nur Azizah?" Acanza yang mendengar kegirangan dari gadis itu ikut tersenyum.
"Kenapa?"
"Kalo kata mama dulu Abi aku pernah punya pacar dan namanya itu Va—hmptt...."
"Vio! mama bilang apa kemaren?" Sang mama terlihat memperingati violin yang hampir saja membuka aib keluarga mereka sendiri.
Violin menunduk sembari memainkan kakinya," Violin minta maaf Ayaa salah."
"Mama maafin."
Acanza terlihat tidak tega melihat ekspresi Violin yang terlihat sangat sedih, "Ayo katanya mau Poto sama kakak."
"Iya ayo!"
"Mbak mohon maaf yaa karena telah menganggu waktu mbak dan masnya, mbak bisa kapan aja kok Dateng kesini kapan aja sebagai permintaan maaf saya karena Vio mbak bisa makan sepuasnya saya yang traktir," wanita paruh baya itu menawarkan sebagai permintaan maafnya karena telah mengganggu waktu mereka.
Berada di sebuah warung kecil Acanza dan Gus imam mampir untuk sekedar mengisi perut, disana mereka bertemu dengan Violin gadis kecil lucu itu sangat menggemaskan sekali.
"Jangan repot-repot saya juga tidak merasa terganggu kok Buu, ayo Vio kita Poto bareng."
"Yeee!"
Violin sangat kegirangan karena bisa berpoto dengan mereka berdua. "Terimakasih," ucapnya sambil membungkukkan badannya.
"Ehh... Vio juga suka Korea yaa?"
"Kakak tau? Kakak juga suka Korea?"
"Iya dong, kakak sangat suka suka Korea."
******
Tiga tahun kemudian...Mungkin sebagian orang hanya tau kisah mereka berdua dari luar saja tapi orang-orang tidak tau masu lalu mereka seperti apa.
"nda, nda Abi kok ama anget cih ulangnya, Dean udah endak abal nih...." ucapnya melipat kedua tangannya di depan dada.
"Sabar sayang, mungkin Abi terkena macet jadi telat pulangnyaa," ucap Acanza mengusap lembut rambut anak kecil yang berumur tiga tahun itu.
Dean membuang muka dari sang ibu dengan wajah cemberut.
"Ungkin Abi boong, Abi Ndak patin jan—" (mungkin Abi bohong, Abi enggak nepatin jan-)
"Assalamualaikum bian!" Terdengar suara seorang memanggil Dian dari arah pintu.
Muhammad Dean Gantara, anak pertama mereka berdua sudah empat tahun sejak mereka berdua mengikat tali pernikahan dan berakhir diberikan seorang putra kecil yang lucu.
"Dean marah sama Abi? Iya hmm?" Dean masih menghiraukan ucapan sang Abi.
"Dean Abi loh, tadi Dean bukanya lagi nungguin Abi?" Acanza membantu membujuk Dean anaknya, supaya tidak marah pada Gus imam karena tidak menepati janjinya dengan sang putra.
"Dean masii malah pokoknya..."
(Dean masih marah pokoknya)"Dean liat Abi bawain apa?"
Dean masih tidak menggubris Gus imam anak laki-laki itu membuang muka dari sang Abi, padahal anak laki-laki tapi kok suka ngambek yaa Dean.
"A-abi.." ucapnya terbata.
Mata Dean terlihat berkaca-kaca Kilauan air matanya membuat anak sekecil Dean terlihat menggemaskan ketika dilihat seperti sekarang.
"Dean kenapa nangis Hahh?!" Tanya Acanza dan Gus imam bersamaan.
"D-dean aalah."
(Dean salah)"Loh loh, jagoan Abi nggak salah apa-apa Dean cengeng huuu.. " bukanya membujuk Dean Gus imam malah membuat Dean semakin mendung.
"Dean Ndak cengeng, Abi yang cengeng."
Bahkan disaat seperti ini Acanza dan juga Gus imam merasa terhibur dengan tingkah malaikat kecil mereka.
*****
"Nda, kalo Dean udah besal Dean mau kayak om itu," tangan mungil Dean menunjuk kearah pria dengan setelan baju lorengnya.
"Dean mau jadi TNI hmmm?" Tanya Acanza.
Dean mengangguk dengan semangat, "Dean mau mau angettt, biar Dean bisa lindungi unda."
Acanza berjongkok untuk menyelaraskan tingginya dengan sang malaikat kecilnya, "Dean. kalo Dean mau jadi seperti om itu Dean harus melindungi negara kita buat cuma bunda aja."
Nampaknya Dean masih belum mengerti dengan hal seperti itu, "emm emang arus kayak itu ya unda?"
"Iya dong, kan tugas TNI harus melindungi seluruh Indonesia."
"Berarti Dean harus jadi Superman ulu dong."
"Yaudah deh Dean Ndak jadi TNI, Dean mau jadi orang ebat biar Dean bisa jagain unda aja."
"Anaknya lucu ya mbak?"
"Alhamdulillah Bu, jadi semuanya berapa?" Tanya Acanza kepada pedagang buah tersebut.
"Unda jeluk nda jeluk." Celetuk Dean.
"Iya iya, udah bunda beliin jeruk yang banyak banget buat Dean."
"Terimakasih Buu."
Acanza mengandeng tangan Dean, "Dean mau beli apa lagi?"
Dean mengetuk dagu dan berpikir beberapa detik dan akhirnya menjawab, "Dean mau esklim unda esklim yang banyak angett!"
"Hahahaha... Anak bunda bisa aja, tapi jangan terlalu banyak nantii apa?"
"Nanti cakit, Atuk, telus ngelepotin unda ama Abi deh." Jawab Dean dengan wajah sedih.
"Pinter!"
"Sini unda, Dean bantu bawa."
"Nggak usah, Dean masih kecil nanti keberatan."
"Ndak Dean udah besal!"
*****
KAMU SEDANG MEMBACA
GUS IMAM MY HUSBAND [ON GOING]
أدب المراهقينBagaimana jika seorang perempuan yang bad girl minim aututide dijodohkan dengan seorang Gus Muda dan sangat ganteng dan dingin. Gus imam dikenal sebagai seorang yang sangar dan kejam saat menghukum para santriwan dan santriwati. Dan ternyata gus mud...