9

1.2K 157 6
                                        

Acara makan siang mereka masih berlangsung dengan suara Suho dan Yixing yang mendominasi. Karena Suho sudah cukup memberi waktu pada Hao untuk beradaptasi akhirnya Suho memberikan waktu untuk Hao dan Hanbin berbincang.

"Hao, ini Hanbin. Pendonor spermamu".

Hao mengangguk, sedikit malu tapi dirinya mencoba menahan diri.

"Hai Hanbin?".

"Halo Hao".

"Emm, aku cuman mau kasih tau. Kalau semisal kamu penasaran juga".

Hao mengambil ponselnya dan menunjukan foto Yujin bersamanya.

"Anak kecil itu, dia anak kamu. Aku gak bisa bilang juga dia anak kamu karena kita juga cuman foreigners waktu itu dan gak kenal satu sama lain".

"But at least kalau kamu penasaran atau mau tau itu dia. Namanya Yujin, umurnya udah 5 tahun. Kemarin dia ulang tahun".

"How cute he is. Oh ya dia habis ulang tahun? Kalau gitu please tell Yujin Happy Birthday from me Hao".

"You can tell yourself later".

Hanbin terkekeh. "Okey".

"Dan sebenarnya maksud aku awalnya cuman mau tau identitas kamu aja. Aku mau jelasin ke Yujin semua ciri Ayahnya. Makanya aku hubungin Kak Suho".

"Yeah and then?".

Hanbin mendengarkan kembali Hao.

"Dan ternyata Kak Suho menawarkan buat ketemu langsung sama kamu. Karena setelah baca data dan dokumen yang ada aku juga masih banyak pertanyaan dan keraguan".

Hanbin mengangguk, dirinya juga berpikir jika hanya berbekal data dan dokumen saja itu tidak menjamin semuanya.

"Maka dari itu waktu Kak Suho nawarin ketemu kamu aku iyain. And here we are. Meet each other now".

Hao mengambil jeda saat berbicara. "Dan sebenarnya Yujin udah tanya dimana Ayahnya, dia mau ketemu Ayahnya".

Hanbin masih menatap fokus pada Hao. Tak melepas pandangannya pada pemuda manis dihadapannya.

"Aku gak mau banyak berharap, aku cuman mau kasih tau kamu. Kalau kamu penasaran sama adanya Yujin. Aku gak berharap kamu juga bisa ketemu dia buat sekali seumur hidup".

Hao menarik nafas panjang. "Bisa tolongin aku. Buat ketemu Yujin sekali aja, setelah itu aku bakal kasih penjelasan sama Yujin".

Hanbin tersenyum, mengangguk-anggukkan kepalanya.

"Kenapa kalimat kamu terucap seakan aku gak menginginkan atau gak mengharapkan adanya Yujin?".

Hao tak berkutip, dirinya terdiam ingin penjelasan lebih dari Hanbin.

"Okey listen to me Hao. Meskipun aku sebenernya iseng doang donorin sperma dan ternyata match ke kamu bukan berarti aku gak mikirin kedepannya".

Hanbin menampilkan wajah tenangnya. "Aku memang pada saat itu masih muda, bisa dibilang pemikiranku masih seperti anak remaja umumnya. Tapi aku juga memikirkan berkali-kali untuk melakukan donor itu".

"Aku selalu memikirkan bagaimana jika anak itu tumbuh besar. Bagaimana keadaannya, bagaimana rupanya, apa dia bahagia dan banyak Hao. Dan sekarang aku ketemu kamu dan kamu menjelaskan sama aku".

"I'm really Thank you Hao. Kamu besarin Yujin sendiri dengan sabar dan dengan tekun. Thank you so much for it".

"So let me meet Yujin first. And we'll think about the future after that".

Hao diam sejenak, apa pemuda didepannya serius. Apa dirinya belum menikah? Atau memiliki pasangan? Bagaimana kalau setelah ini Hanbin akan mengambil Yujin darinya.

Hao menggelengkan kepalanya menghalau pikiran buruk. Lebih baik dirinya bertanya langsung pada Hanbin.

"Emm Hanbin satu pertanyaan lagi. Apa kamu sudah menikah atau memiliki pasangan?".

Hanbin menggeleng cepat menanggapi Hao.

Dengan jawaban itu Hao dapat menghela nafas lega. Dirinya bukan menjadi perusak hubungan seseorang sekarang.

Setelah perbincangan panjang Hao dan Hanbin ditemani dengan Suho dan Yixing akhirnya sorepun tiba.

Ponsel Hao juga sudah terdapat pesan dari temannya, Taerae (juga sekertarisnya) bahwa waktu keberangkatannya akan segera tiba.

Jadi dirinya cepat-cepat berpamitan dengan Suho dan Yixing.

"Kak Suho, Kak Yixing makasih banyak ya buat semuanya. Aku harus pulang, karena aku gak mungkin ninggalin Yujin lama-lama".

"Iya Hao. Lain kali kesini lagi sama Yujin ya. Atau kapan-kapan kita mampir kesana".

"Haha. Iya Kak, aku kapan-kapan ajak Yujin ke sini pasti dia suka".

"Hati-hati ya Hao. Mau Kakak anter ke bandara?".

"Gak perlu Kak aku naik taksi aja".

Hanbin yang sedari tadi diam saja menawarkan diri untuk mengantar Hao.

"Aku hantar ke bandara saja Hao. Sekalian aku kembali ke kantor".

"Gak perlu Hanbin. Aku gak mau ngerepotin kamu".

"Gak sama sekali Hao. Ayo aku hantar kamu ke bandara".

Setelah mengucap kalimat terakhir Hanbin berjalan keluar setelah berpamitan pada Suho dan Yixing untuk menghidupkan mobilnya yang terparkir di halaman luar kediaman Suho.

Dengan berat hati Hao akhirnya menyerah dan ikut bersama Hanbin menuju bandara.

Selama diperjalanan mereka diam, sibuk dengan kegiatan masing-masing. Hao dengan ponselnya dan Hanbin dengan setir mobilnya.

Setelah beberapa waktu berjalan akhirnya tibalah mereka di bandara internasional. Hanbin menghentikan mobilnya dan ikut keluar bersama Hao.

"Thanks tumpangannya Hanbin".

"No need Hao. So see you soon Hao. I mean I'll see you again soon".

"Haha. See you soon Hanbin".

"Titip salam untuk si kecil dan lucu Yujin ya. Bilangin Ayahnya bakal ketemu dia bentar lagi".

Hao tersenyum tipis di sana. "Nanti kamu sendiri yang nyapa Yujin ya. Dia pasti seneng banget ketemu kamu"

"Haha. Okey aku pergi ya, aku harus ke kantor lagi".

Hao mengangguk dan melambaikan tangannya pada Hanbin.

"Byee".

"Byee Hao".

Dan akhirnya Hao bisa bernafas lega dan mengantongi jawaban dari pertanyaan yang selama beberapa hari menghampirinya belakangan ini.

Dirinya bisakan mempercayai Hanbin? Hao bisakan sedikit berharap dengan adanya Hanbin?.

Hao tidak berharap lebih kok, hanya saja Hao mau Hanbin menerima Yujin sepenuh hati dan menyayangi Yujin seperti dirinya menyayangi Yujin.

Hao tidak mau membuat Yujin bersedih atau kecewa akan semua yang akan terjadi nantinya. Yujin terlalu kecil untuk mengalami sakit hatinya dunia.

Truth (BinHao x Yujin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang