Sudah sebulan sejak Hanbin dan Hao bertemu di kediaman Suho. Dan sudah selama itulah Yujin genjar mengajak sang Ayah untuk selalu bersamanya.
Selama itu juga Hanbin selalu menginap di kediaman Hao, karena Yujin tidak membiarkannya pergi begitu saja.
Keinginan Yujin membuat Hanbin mengalihkan semua pekerjaannya dia pindahkan ke sini agar memudahkannya menghandle segala masalah perusahaannya.
Membuat Hao menjadi tidak enak hati dan selalu meminta maaf pada Hanbin. Padahal itu sudah menjadi keinginan Hanbin bukan karena paksaan.
Dan selama minggu terakhir ini Hao memutuskan untuk mengenal lebih lagi Hanbin. Meskipun Hanbin sudah menawarkan untuk menjalin hubungan.
Namun Hao menolak, dirinya ingin mengenal dalam Hanbin terlebih dahulu. Dari hal kecil yang sepele sampai hal besar yang penting.
Sebenarnya Hao juga tidak ingin menjalin sebuah hubungan yang tidak pasti. Karena dirinya tidak suka membuang waktu untuk hal tidak penting dan pasti.
Komitmen ini membuat Hanbin berpikir keras agar Hao mau membuka hatinya untuknya dan segera mengikat Hao dalam ikatan yang lebih serius.
Orang tua Hao juga sudah mengetahui segalanya setelah beberapa hari Hanbin menginap di kediaman Hao.
Pertama kali mengetahuinya Papa Siwon hampir saja memukul Hanbin jika Hao tidak berteriak keras. Kesalahpahaman yang terjadi membuat Hanbin ketar ketir dibuatnya.
Setelah kejadian tersebut akhirnya Siwon, Yoona, Hao dan Hanbin duduk bersama saling menghadap demi meluruskan segala kesalahpahaman yang ada. Dimana itu membuat kubu Papa Siwon menjadi lebih dingin.
Di sisi lain juga Mama Yoona malah bersemangat karena sosok Ayah Yujin hadir, dan berharap Hao juga membuka hatinya untuk Ayah Yujin ini.
Karena yang Papa Siwon dan Mama Yoona tau Hao tidak menginginkan sebuah hubungan, makannya dirinya dahulu nekat dan tanpa persetujuan Papa Siwon dan Mama Yoona untuk mendapatkan donor sperma sendirian.
Untung kedua orang tua Hao memahami kondisi anaknya, namun awalnya memang Papa Siwon marah namun itu tidak berlangsung lama setelah mengetahui anaknya yang sudah menderita sendirian.
Maka dari itu setelah berbulan-bulan lamanya lagi, Hao mencoba menerima kehadiran Hanbin yang sudah menjadi kebiasaanya dan Yujin.
Mereka seperti sudah bergantung dengan Hanbin, dan membiarkan Hanbin mengisi sisi kosong yang memang sudah seharusnya berpenghuni.
Hao mulai membuka sedikit demi sedikit pintu hatinya dan membiarkan Hanbin untuk masuk ke dalam dengan perlahan-lahan.
Hanbin juga mulai sedikit demi sedikit menerobos pertahanan tinggi Hao yang terjaga lama, dan Hanbin mulai merobohkan tembok kokoh yang Hao bangun.
Mereka mulai menginginkan kehadiran satu sama lain, membuat mereka saling mengisi kekosongan hati masing-masing.
Seperti saat ini, Hanbin tengah membasuh tubuhnya agar lebih segar dengan Hao yang sedang menyiapkan pakaian kerja Hanbin. Menggambarkan keharmonisan layaknya pasangan.
Hanbin keluar dari kamar mandi dengan balutan handuk sepinggang menutupi setengah tubuhnya. Hao yang sudah terbiasa dengan pemandangan itu memasang wajah biasa saja. Meskipun jantungnya berdegup dengan kencang.
Hanbin berjalan mendekat menuju Hao yang sibuk di depan lemari pakaian, pakaian Hanbin sudah ada di atas kasur Hao sudah menyisihkannya.
Namun Hanbin malah berjalan mendekat padanya dan tanpa aba-aba mengecup pucuk kepalanya, membuat Hao merona pada pipinya.
Hanbin mendapat pukulan sayang dari Hao, dan terkekeh lalu berjalan menuju tempat dimana pakaiannya berada.
"Kalau udah selesai pakai baju cepet turun. Yujin pasti ribut kalau kamu lama".
Hanbin tersenyum dalam kegiatannya. "Iya cantik. Bawel banget perasaan".
Lagi Hao merona dibuatnya. "Ya udah aku turun duluan".
Hao berjalan keluar dari kamar "mereka" menuju ke dapur. Sedang Hanbin hanya senyum-senyum tidak jelas sembari memakai pakaiannya.
Sampainya Hanbin di meja makan dirinya di sambut teriakan khas dari satu-satunya anak kecil di rumah itu. Siapa lagi jika bukan Yujin.
"Selamat Pagi Ayah".
"Pagi jagoan Ayah".
Hanbin duduk di meja paling ujung yang memosisikan diri di tengah meja makan. Sedangkan Yujin sudah anteng duduk di kursi sebelah Hanbin.
Hao masih sibuk membawakan lauk pauk untuk sarapan pagi mereka. Satu kebiasaan Hanbin yang berubah adalah dirinya sekarang selalu sarapan.
Berbeda saat dirinya belum mengenal Hao dan menemui Yujin. Hanbin benar-benar tidak pernah sarapan, dirinya hanya akan makan siang dan malam.
Itupun kalau sempat, jika tidak mungkin dirinya tidak akan makan jika tidak lapar.
Maka dari itu Hao menyiapkan kebutuhan Hanbin yang selalu Hanbin lupakan.
"Wah hari ini Buna masak ayam kecap. Ujin mau makan banyak-banyak".
"Yah, kalau Yujin makan banyak-banyak Ayah nanti gak makan dong".
Hanbin memasang wajah memelas ke arah Yujin. Membuat Yujin menekuk wajahnya sedih.
"Ayah jangan sedih, Ujin akan berikan Ayah ayam kecapnya tapi hanya sedikit saja ya".
Yujin menunjukan tangan kecilnya membentuk ukuran kecil kepada Hanbin menjelaskan bahwa itu adalah porsi ayam kecap yang akan dirinya berikan.
"Padahal Ayah ingin sekali ayam kecap buatan Bunda. Masa Ayah hanya di beri sedikit saja".
Yujin nampak berpikir keras. "Ya sudah Ayah boleh makan banyak. Nanti Ujin akan minta Buna memasak lagi untuk Ujin sendiri".
Hao yang mendengar percakapan Ayah dan anak itu hanya menggeleng pelan. Hao heran mengapa Hanbin suka sekali menggoda Yujin seperti ini.
Setelah Hao melerai keduanya dan mengatakan pada Yujin jika Ayahnya hanya bercanda akhirnya mereka makan dengan tenang, namun ya seperti biasa Yujin akan mengoceh.
Selesai dengan sarapan pagi mereka, Hao mengantarkan Hanbin menuju mobilnya yang terparkir di carport rumahnya. Bersama Yujin tentunya.
Kebiasaan lain yang kini sudah melekat adalah Hao yang akan melihat Hanbin pergi menjauh dari rumahnya untuk pergi ke kantornya.
"Hati-hati Ayah, nanti kita jalan-jalan ya setelah Ayah pulang".
"Yujin, ingat jalan-jalan kita itu setiap weekend okey?". Tegur pelan Hao.
Yujin memajukan bibirnya lucu membuat Hanbin terkekeh dan mengusak kecil surai anaknya.
"Yujin tenang saja ya, besok kita pergi ke tempat yang Yujin mau Okey. Sekarang nurut dengan Bunda ya nak".
Yujin mengangguk lemas, apa boleh buat saat Bunda berkata demikan ya itu yang akan terjadi.
"Ya sudah ya Ayah bekerja dulu. Sampai jumpa nanti".
"Babay Ayah. Nanti siang Buna dan Ujin akan mengantar makan siang Ayah".
"Baiklah sayang, Ayah tunggu ya".
Hanbin beralih pada Hao yang tengah menggendong Yujin. "Aku berangkat dulu ya Hao. Hati-hati di rumah ya. Kalau ada apa-apa telpon aku".
Hao mengangguk. "Hati-hati ya. Gak usah ngebut, kalau capek kerja jangan dipaksain istirahat aja".
Hanbin tersenyum dan mengangguk. Setelahnya Hanbin mencium pucuk kepala Hao dan pergi begitu saja. Membuat lagi dan lagi wajah Hao menjadi merah padam
KAMU SEDANG MEMBACA
Truth (BinHao x Yujin)
FanficYujin seorang anak kecil yang menginjak umur 5 tahun, yang menginginkan kasih sayang seorang Ayah. Dirinya iri melihat teman-temannya memiliki orang tua yang lengkap, dirinya juga menginginkan keluarga lengkapnya.