Pagi cerah menyambut Hanbin yang telah membuka matanya. Ini sudah hari ke lima dirinya menemani Mami di rumah sakit.
Dan hari ini pula Maminya sudah diperbolehkan pulang. Jadi Hanbin segera mengurus segala sesuatunya agar bisa membawa Maminya pulang.
Hanbin berencana membawa Maminya untuk tetap bersamanya. Dirinya ingin Mami berada dekat dengannya, agar Hanbin juga dapat merawat Maminya.
Jadi setelah selesai mengurus berkas serta peralatan Maminya Hanbin akan membawa Mami langsung ikut dengannya meninggalkan kota sekarang Mami tinggali.
Mami hanya mengikut kata anaknya saja. Toh Hanbin juga yang dengan senang hati membawa Mami.
Sebenarnya jika tinggal di sini juga Mami bisa, karena banyak sanak saudara juga jadi Mami tidak khawatir.
Namun karena keinginan Hanbin anak satu-satunya, Jadi Mami Tiffany dengan senang hati mengikutinya.
"Barang Mami yang ada di rumah aku udah minta tolong Paman Taemin buat bantu kirimin nanti jadi Mami gak usah khawatir".
Mami Tiffany hanya mengangguk dan tersenyum. Dirinya akan menyerahkan segalanya pada Hanbin.
Sebenarnya Mami juga merasa bersalah pada Hanbin. Serasa Mami adalah beban untuk Hanbin.
Namun Hanbin berkali-kali menekankan juga bahwa Mami bukanlah beban. Jika tidak ada Mami Hanbin juga tidak akan pernah ada.
Mami selalu mensyukuri segala hal yang ada dalam hidupnya. Mami selalu dikelilingi anugrah yang amat luar biasa baiknya.
Hanbin salah satunya, anak yang baik, penurut, dan lembut. Selama ini Hanbin belum pernah mengecewakannya.
Karenapun jika Hanbin melakukan kesalahan pasti dirinya akan bertanggungjawab untuk memperbaiki kesalahannya.
Seperti pilihannya yang satu ini, yaitu donor sperma. Mami tau alasan Hanbin ada baiknya, tapi juga Mami pastinya memiliki kekecewaan pada Hanbin.
Tak ada diskusi sedikitpun perihal Hanbin yang mendonorkan spermanya.
Hanya ada pemberitahuan dari Hanbin jika dirinya sudah memiliki anak, Mami tentunya kecewa.
Namun ada rasa bangga pula yang meliputi Mami, karena Hanbin mengambil resiko dan bertanggungjawab akan resikonya.
Mami mengapresiasi itu, dan Mami setidaknya mendukung Hanbin yang akan membawa ikatan baik untuk Ibu dari anak serta Anaknya.
Mami percaya pada Hanbin, dirinya menyerahkan segala kepercayaannya pada anaknya. Mami percaya bahwa Hanbin dapat memutuskan yang baik untuk dirinya sendiri.
Selagi ada Mami, Mami hanya akan menuntun Hanbin jika Hanbin tersesat dan tak tau arah jalannya saja.
Mami tak akan mencampuri lebih lagi kehidupan Anaknya, Mami ingin Hanbin memilih jalannya sendiri tanpa Mami menuntut apa yang harus Hanbin lakukan.
Mami tidak ingin Hanbin tertekan akan pilihan Mami. Mami membebaskan Hanbin selagi pilihannya baik.
Maka dari itu Mami mengikut kata Hanbin yang akan membawanya pergi bersama ketempatnya sekarang.
"Yuk Mami, Hanbin udah urus semuanya. Kita langsung berangkat aja ya Mami".
Mami Tiffany mengikut arahan Hanbin, dari Hanbin yang menuntunnya menuju mobil miliknya sampai masuk ke dalam pesawat.
Hanbin dengan telaten dan lembut memperlakukan Mami.
Dalam perjalananpun Hanbin tak henti-hentinya memperhatikan Mami, kenyamanan Mami adalah yang utama bagi Hanbin.
Hanbin selalu saja memperhatikan Mami dan selalu bertanya pada Mami apakah Mami nyaman atau tidak. Apakah Mami membutuhkan sesuatu atau tidak.
Setelah perjalanan panjang Hanbin dan Mami akhirnya mereka tiba ketujuan mereka.
Karena selama ini Hanbin tinggal di rumah Hao, Hanbin berinisiatif untuk menyewa sebuah Apartement untuknya dan Mami.
"Mami istirahat dulu ya Mi. Hanbin beli makan malam dulu buat Mami sama Hanbin".
"Mami bisa loh masak Bin".
Hanbin menggeleng menolak tawaran Mami.
"Gak Mi, Mami banyak istirahat dulu sekarang. Pokoknya Mami diem dulu, nanti Hanbin juga pekerjain art buat Mami sama Hanbin".
"Mami juga perlu gerak Hanbin".
Hanbin berpikir sejenak. "Mami jalan-jalan aja kalau gitu".
"Halah kamu ini aneh-aneh. Udah urusan masak tetap Mami aja sama belanja. Kalau kamu emang mau pekerjain art ya udah bagian bersih-bersih aja".
Hanbin mengangguk setuju. "Kalau gitu Hanbin beli makan dulu ya Mi, Mami istriahat dulu".
Setelah mengatakan itu Hanbin keluar mencari makan malam untuknya dan Mami.
Mami masih harus memakan makanan yang dianjurkan oleh Dokternya, berjaga-jaga agar tidak terjadi hal lainnya.
Sehingga Hanbin pergi cukup lama hanya untuk mencari makanan untuknya dan Mami.
Setelah Hanbin menemukan yang cocok dan pas barulah dirinya membawa kembali ke apartement dan memakannya bersama Mami.
Makan malam merekapun selesai, Hanbin masih belum memperbolehkan Mami melakukan kegiatan apapun.
Bahkan menyuci piring saja Hanbin tidak memperbolehkan Mami untuk melakukannya.
Jadi Mami duduk saja di sofa ruang keluarga menunggu anaknya menyuci dan membereskan alat makan yang tadi mereka gunakan.
Mami asik menonton televisi dihadapannya dan Hanbin duduk disebelahnya memperhatikan tontonan yang Mami tonton.
Mami Tiffany melirik sedikit pada Hanbin dan membuka perbincangan pada Hanbin.
"Jadi gimana?".
Hanbin tanpa menengok menanggapi Mami. "Apanya Mi?".
"Itu anak kamu sama Ibunya? Jadi langkah apa yang mau kamu ambil?".
Hanbin diam sejenak, dirinya sudah pasti akan pilihannya. "Menurut Mami?".
Mami Tiffany mengerutkan dahinya. "Kenapa tanya gitu ke Mami? Kan kamu yang jalanin. Mami percaya pilihan kamu".
"Kalau gitu, aku mau bawa Hao kehadapan Tuhan dan mengikat pada janji Tuhan".
Mami Tiffany tersenyum bangga pada Hanbin. "Nah itu baru anak Mami. Kalau gitu kita cari cincin aja besok, baru sorenya kita ke rumah mantu Mami".
Hanbin menengok ke arah Mami yang sudah senyum-senyum senang. "Makasih ya Mami".
Mami Tiffany menatap ke arah Hanbin, senyum Mami terlihat di sana. "Sama-sama sayang".
Hanbin memeluk Maminya erat. "Makasih Mami selalu mendukung pilihan Hanbin. Makasih untuk selalu ada buat Hanbin Mi. Makasih Mami selalu mempercayai Hanbin".
Mami Tiffany mengelus lembut punggung bidang anaknya. "Terimakasih juga ya Nak. Mami selalu bersyukur ada Hanbin yang nemenin Mami setelah Papi gak ada".
Mereka saling memeluk erat satu sama lain. Hubungan orang tua, anak yang selalu diinginkan oleh banyak orang dan beruntungnya Mami Tiffany dan Hanbin memiliki hubungan yang diinginkan banyak orang.
Helloww
Apakah kalian kangen diriqhu??Maaf baru update nich
Terimakasih ya uda nungguin dengan sabar booknya
Aku usahain up yaw ditengah ke riwuhan dunia rl qhu
Semoga lyke ya, dan tidack mengecewakan yach
Bubayy
KAMU SEDANG MEMBACA
Truth (BinHao x Yujin)
Fiksi PenggemarYujin seorang anak kecil yang menginjak umur 5 tahun, yang menginginkan kasih sayang seorang Ayah. Dirinya iri melihat teman-temannya memiliki orang tua yang lengkap, dirinya juga menginginkan keluarga lengkapnya.