16

967 112 6
                                    

Bandara Internasional saat ini tengah ramai sebagian orang yang akan berpergian, entah berlibur, perjalanan bisnis ataupun lainnya.

Begitupun Hanbin yang tengah berada di Bandara saat ini. Menunggu waktu keberangkatannya yang tinggal menunggu menit saja.

Dirinya tak sendirian kok, ada Keita sang sekertaris yang juga berada disampingnya saat ini.

Hanbin sedari tadi hanya menampilkan wajah yang kusut, lesu, lemah, lunglai, dan letih.

Membuat Keita disebelahnya menjadi tak enak hati melihat Bossnya yang juga temannya itu.

"Lu kenapa dah Bin".

Hanbin hanya menghela nafas panjang.

"Kalau lu mau cerita, cerita aja gakpapa kalik. Lu udah berapa lama sih temenan sama gue".

Hanbin menatap Keita, benar-benar wajah Hanbin seperti bukan Hanbin pikir Keita.

"Apa? Sekarang masalah apa Bin?".

"Kei".

"Hm, kenapa?".

"Gue harus gimana sih?".

Keita mengerutkan alisnya. "Apanya yang gimana?".

"Gue udah berusaha loh Kei".

"Iya tau, tapi tolong dah lu kalau cerita yang spesifik. Gue gak paham kalau gini".

"Lu diem dulu gue belum selesai. Nyerocos mulu perasaan".

"Sialan emang". Keita mengumpat kecil. "Yaudah lanjut dah lu".

Hanbin kembali membuka suara. "Kepala gue rasanya mau pecah gara-gara kepikiran Kei".

"Gue udah gak tau mesti gimana lagi, gue udah berusaha nyakinin dia padahal. Tapi kenapa malah kesannya dia gak mau tau perjuangan gue sih Kei".

Hanbin terdiam sejenak. "Kok lu diem sih Kei".

"Njing? Lo tadi yang suruh gue diem ya".

Hanbin terkekeh kecil, menggoda teman "kecilnya" ini menyenangkan.

"Gue gak tau Kei perasaan dia selama ini ke gue gimana. Karena di setiap saat selalu gue yang berusaha, dia cuman nerima".

Hanbin diam sejenak. "Apa gue nyerah ya Kei?".

"Jangan!".

Teriakan mengejutkan Hanbin maupun Keita yang tengah fokus mendengarkan cerita Hanbin.

"Hao". Gumam Hanbin.

"Jangan Bin. Jangan nyerah".

Hanbin bangkit dari duduknya, Hao berjalan mendekat ke arah Hanbin.

Keita yang melihat situasi itu segera berpamitan pergi. "Gue beli minum dulu ya".

Hao melihat Keita dan tersenyum manis menyapa Keita dan di balas senyum dari Keita.

"Kok kamu bisa di sini?".

Hao tanpa berbicara memeluk erat Hanbin. "Binnie please don't leave me alone. I need you".

Hao menangis dalam pelukan Hanbin, membuat Hanbin mengelus lembut punggung bergetar Hao.

"I'm here Hao".

"Maafin sikapku tadi Bin. Aku bodoh banget".

"No need Hao. Aku tau pasti kamu punya alasan untuk itu".

Hao semakin di buat menangis dengan sikap yang Hanbin tunjukan padanya.

"Aku gak harusnya ngomong gitu Bin. Aku, aku gak mau kamu pergi dari aku sama Yujin Bin. Kita butuh kamu, aku butuh kamu Bin".

"Let me first explain to you Bin".

Hanbin melihat jam yang melingkar ditangannya. "But we only have 15 minutes to talk Hao".

Hao melepas pelukannya dari Hanbin, mereka duduk di bangku dekat sana. Hao menceritakan dan menjelaskan semua yang dirinya hadapi.

Hanbin menyimak dengan baik perkataan Hao yang dirinya lontarkan. "Omg Hao. Aku minta maaf banget".

Hao menggeleng pada Hanbin. "Gak Bin. Aku yang maaf sama kamu. Aku bener-bener bodoh banget udah ngomong gitu ke kamu".

"No Hao. Aku udah bilangkan kamu pasti ada alasannya. Dan sekarang aku tau alasan kamu".

Hanbin mengambil tangan Hao untuk dirinya genggam. Hanbin mengelus lembut tangan Hao.

Panggilan pesawat yang Hanbin naiki terdengar membuat percakapan yang Hao dan Hanbin mulai harus terputus tanpa kejelasan yang jelas lagi.

"Let's talk about it when I get home okay? Aku harus pergi sekarang Hao".

"Tapi kamu pasti balik kesinikan Bin?".

"Yeah I'll do Hao. Aku gak mungkin ninggalin kamu sama Yujin, anak aku".

"Janji?".

Hao mengeluarkan jari kelingkingnya. Dan Hanbin menerima dengan hangat kelingking itu.

"Aku janji Hao. Aku gak akan lama kok. Aku cuman mau nengokkin Mami, dia sakit jadi aku mau ke sana".

"Oh really? Mami sakit? Kenapa gak ngomong. Aku ikut ya".

Hanbin menggeleng. "Gak usah Hao, aku cuman sebentar kok, Mami udah di periksa dan katanya gakpapa. Jadi setelah itu kita ngobrol ya".

Hao mengangguk pasrah. "Okay. Salam buat Mami ya. Bilang kapan-kapan aku sama Yujin ke sana".

"Pasti sayang. Aku pergi dulu ya Hao".

Hao mengangguk dan tersenyum manis.

"Hati-hati ya. Hubungin aku kalau kamu udah sampai di rumah".

Hanbin mengangguk. "Kamu juga hati-hati ya. Jangan ngebut, pastiin sampai rumah selamat. Hubungin aku juga ya, sampaiin ke Yujin juga Ayah pergi sebentar".

"Iya Bin".

Hanbin memajukan dirinya mendekat pada Hao, menarik tengkuk leher Hao dan mengecup dahi Hao.

Hao menarik bibirnya ke atas tersenyum menatap Hanbin. Dengan segera Hao mencium tepat di bibir Hanbin.

Hanya kecupan, menandakan bahwa Hao sudah menerima Hanbin jauh dari ini. Menerima Hanbin sepenuhnya untuk bersamanya selamanya.

Hanbin sedikit terkejut namun tersenyum cerah setelahnya. Keita sudah di sana ikut bahagia melihat Hanbin.

Keita juga mengingatkan Hanbin untuk segera masuk karena sebentar lagi pesawatnya akan terbang.

Memisahkan Hao dan Hanbin yang masing-masing merasa hangat untuk pertama kalinya.

Hanbin senang Hao ternyata sudah menerimanya dan perjuangannya ternyata membuahkan hasil yang baik.

Ini adalah langkah awal untuk kedekatan mereka dan sebentar lagi Hanbin bisa mengikat Hao dengan ikatan sah dan sakral nantinya.

Truth (BinHao x Yujin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang