[Semua karakter, tempat, organisasi, agama, dan kejadian dalam cerita ini adalah fiksi]
•••
Malam yang sunyi dengan indahnya sinar rembulan. Suasana yang cocok untuk bersantai dan menyesap secangkir kopi panas. Namun hal itu tidak berlaku di sini. Puluhan orang berbaju serba hitam bersembunyi dibalik mobil. Suara tembakan berulang kali terdengar. Baku tembak terjadi. Entah mana lawan, mana kawan. Bersembunyi adalah cara bertahan hidup bagi mereka. Mereka mencoba abaikan rasa sakit akibat peluru yang bersarang. Tanah menjadi merah karena dibasahi darah. Sebelum salah satu pimpinan mereka ada yang mati, perang ini tak akan berhenti.
"Salah arah, tuan?"
Suara berat itu membuat pria paruh baya yang ingin melarikan diri pun terkejut. Pria paruh baya itu melihat pria di depannya. Pria muda dengan jas rapi dan kacamata hitam di malam hari. Pria muda itu melepas kacamata hitamnya. Tatapan datar nan dingin tertuju pada pria paruh baya di depannya. Hanya lewat tatapan, pria paruh baya itu bisa tahu bahwa tidak ada yang bisa mengalahkan pria muda di depannya. Seketika pria paruh baya itu berlutut, meminta untuk diampuni nyawanya.
"A—ampuni saya. Biarkan saya hidup" begitu kata pria paruh baya itu.
"Kau yang membuat semuanya jadi sulit" ucap pria muda yang menatap malas orang di hadapannya.
Pria paruh baya itu bersujud. "Tolong biarkan saya hidup. Saya ak—"
Suara tembakan lebih dulu memotong ucapan si pria paruh baya itu. Ya, pria muda itu yang menghabisinya. Pria muda itu berbalik setelah menembak orang yang bersujud di depannya. Kemudian dia menyuruh semua anak buahnya untuk kembali karena tugas telah selesai dilaksanakan. Semua anak buahnya pun pergi menuju mobil. Tak lupa membantu temannya yang terluka. Anak buah lawan pun kebingungan melihat musuhnya mundur. Setelah itu mereka baru menyadari bahwa pimpinannya telah tewas.
"Tugas selesai, kembali ke markas" ucap pria muda yang sudah di kursi penumpang. Anak buahnya pun langsung melaksanakan perintah pria itu.
Namanya Linch Knight. Pria dua puluh delapan tahun berdarah Inggris itu disegani banyak orang. Semua orang mengenalnya dengan nama Lio. Namanya tidak terkenal begitu saja, sudah banyak yang memohon ampun padanya, seperti pria paruh baya tadi misalnya. Tidak ada orang yang tak mengenalnya. Hanya dengan mendengar namanya saja sudah membuat bulu kuduk berdiri. Jadi berdoalah jangan sampai kau bertemu dengannya.
Lio, pria itu terkenal di kalangan orang elite. Warga biasa pun banyak yang mengenalnya karena kekayaannya yang tak main-main. Tak banyak yang tahu bahwa pria itu adalah pendiri sebuah organisasi ilegal atau dengan kata lain, dia adalah bos mafia. Tentu saja dia menutup semua informasi tentang dirinya dan organisasinya. Walau dibilang ilegal, tapi pria itu hanya mengambil uang dari tikus-tikus berdasi. Jangan tanyakan seberapa banyak musuhnya saat ini, hampir semua orang elite memusuhinya karena dia mengetahui semua rahasia besar. Terlebih dengan wajah tampannya itu, dia selalu menarik perhatian para wanita walau hanya dengan bernafas. Cukup keren, bukan?
Beberapa mobil tampak berbaris di jalanan. Lio membuka dua kancing teratasnya sembari memperhatikan ke luar jendela. Hujan tiba-tiba turun dengan deras, suasana yang tepat untuk istirahat. Pria itu terus memperhatikan ke luar jendela dengan wajah dinginnya. Dia menajamkan penglihatannya ketika melihat sesuatu di trotoar. Pria itu pun menyuruh anak buahnya untuk menghentikan mobilnya.
"Ada apa, tuan?" tanya pria yang duduk di samping pengemudi.
Tanpa menjawab, Lio membuka pintu mobil. Dia mengambil payung lalu keluar dari mobil. Pria itu berjalan menghampiri sebuah keranjang yang terbuat dari rotan tergeletak di trotoar. Dia berdiri di depan keranjang itu lalu menunduk untuk melihatnya. Terdapat seorang bayi yang hanya dibalut sehelai kain di dalamnya. Bayi itu dibiarkan kehujanan oleh orang tak bertanggung jawab.
Pria itu hanya menatap bayi yang terus menangis karena kedinginan itu. Cukup lama dia hanya berdiri dan menatap bayi itu hingga akhirnya salah satu tangan yang ada di saku celananya keluar. Dia menghela nafasnya, kemudian dia mengangkat keranjang itu dengan satu tangan sementara tangannya yang lain memegangi payung. Pria itu pun kembali ke mobilnya. Ditaruhnya keranjang tersebut di sebelahnya. Dia melepas jasnya dan melemparkannya pada bayi itu dengan tak acuh.
Sejak kapan aku suka memungut sesuatu dari pinggir jalan?
●●●
Dunia tanpa suara
by: ??
KAMU SEDANG MEMBACA
LIO And His Daughter
ActionIni sebuah kisah dimana seorang pria yang bertahan hidup dengan melepas semua perasaan manusiawi. Pria yang meyakini bahwa hidup adalah sebuah arena untuk bertarung. Kekuasaan adalah kunci di atas segalanya. Untuk mencapainya, pria itu berjuang kera...