16. Trauma

14 2 0
                                    

[Semua karakter, tempat, organisasi, agama, dan kejadian dalam cerita ini adalah fiksi]

•••

Akhirnya aktivitas sekolah kembali seperti biasanya. Hari pertama Hanna menjadi siswi akhir tahun, dia sangat tak sabar menanti apa saja yang akan dia hadapi. Sekarang dia sudah di depan sekolah bersama Jarret dan Lily. Tentu saja ada Yohan yang mengawasi nonanya. Mereka berbincang-bincang sebelum masuk ke kelas masing-masing karena kelas mereka terpisah sekarang.

“Blue?”

Suara Lily sukses membuat mereka menoleh. Hanna memperhatikan Blue yang sedang menghampirinya. Dia merasa lelaki itu sedikit berbeda. Rasanya ada yang hilang dari lelaki itu tetapi Hanna tak tahu apa yang menghilang. Dia terus memperhatikan Blue, mengamati dari atas hingga bawah. Kemudian dia menyadari bahwa lelaki itu memotong rambut yang sebelumnya sedikit panjang.

“Kau... apa kau mengubah gaya rambutmu?” tanya Hanna sedikit heran.

“Ya, kenapa? Tak cocok untukku?” Blue tampak sedikit tak percaya diri dengan gaya rambutnya yang baru. Dia menatap Hanna sembari menunggu pendapat gadis itu.

Hanna pun menggelengkan kepalanya. Dia kemudian berkata, “Tidak, kau lebih bagus seperti ini”

“Maaf menyela, ini sudah waktunya masuk, nona” sahut Yohan.

Mereka pun masuk ke sekolah kemudian berpencar untuk menuju kelas mereka masing-masing. Sementara Hanna dan Blue masih tetap di sana. Yohan menatap nonanya, dia teringat saat dirinya mengantar gadis itu masuk ke sekolah ini untuk pertama kali. Dengan jahil dia pun bertanya, “Apa kali ini Anda bisa masuk sendiri, nona?”

Mendengar pertanyaan pengawalnya, Hanna memalingkan wajah lalu menjawab, “T—tentu saja! Aku bukan anak kecil”

Hanna langsung pergi dari sana dengan diikuti oleh Blue. Gadis itu berjalan dengan santai menuju kelasnya. Keningnya berkerut melihat Blue yang berjalan di sampingnya. Karena bingung dan juga penasaran, dia pun bertanya, “Kenapa kau mengikutiku?”

Blue terus berjalan dan tanpa menoleh dia menjawab, “Kau terlalu percaya diri, aku sedang menuju ke kelasku”

Hanna menatap kesal lelaki itu. Dia pun berjalan mendahului Blue lalu memasuki kelasnya dan mencari tempat duduk. Setelah mendapat tempat duduk, dilihatnya Blue yang duduk di belakangnya. Dia pun menoleh ke belakang lalu bertanya, “Kenapa kau di sini?”

“Karena kelasku di sini, dasar bodoh” jawab Blue santai.

Gadis itu membulatkan matanya. Dari sekian kelas, kenapa dia harus sekelas lagi dengan lelaki itu? Hanna pun bertanya untuk memastikan, “Jadi kita sekelas lagi?”

Blue memalingkan wajahnya dan menjawab, “Aku tak perlu menjawabmu”

Hanna tak habis pikir dengan lelaki yang satu ini. Dia memijat pangkal hidungnya dan bergumam, “Aku tak akan tenang di tahu terakhir sekolahku”

●●●

Sekolah selesai lebih cepat, mungkin karena hari pertama setelah liburan. Semua murid berhamburan keluar dari kelas. Blue menunggu Hanna yang masih membereskan alat tulisnya. Lelaki itu menggerutu dan menyuruh Hanna untuk merapikan alat tulis lebih cepat. Tiba-tiba seorang gadis yang tampak ramah menghampiri Hanna.

“Permisi” ucap gadis itu.

Hanna menoleh padanya sambil menjawab,  “Ya?”

“Kelas kita mengadakan pesta kecil untuk mengakrabkan diri satu sama lain, apa kau mau ikut?”

LIO And His Daughter Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang