[Semua karakter, tempat, organisasi, agama, dan kejadian dalam cerita ini adalah fiksi]
•••
Malam ini Hanna sibuk belajar di kamarnya. Dia seorang siswi akhir tahun dan ujian sekolah semakin dekat. Dia harus belajar mati-matian untuk mendapat nilai yang bagus. Ambisinya adalah mendapat juara pertama dan selalu pertama, jadi dia harus berusaha untuk mendapatkannya. Walau pikirannya terkadang kacau dan dia akan menjadi sangat stres, tapi dia tak akan membiarkan hal itu mengganggunya. Dia telah belajar bagaimana cara mengendalikan dirinya yang sedang tertekan.
Gadis itu terlihat sangat fokus pada bukunya hingga tak menyadari bahwa ayahnya masuk ke kamarnya. Dia melihat darah yang menetes ke bukunya. Kepalanya pun langsung mendongak dengan tangan yang menutupi hidungnya. Stres benar-benar tak baik bagi kesehatan.
“Sudah kubilang jangan memaksakan diri” ucap Lio sembari mendekat dan mengambil tisu. Dia menyeka darah itu dengan tatapan khawatir.
Hanna menoleh pada ayahnya lalu tersenyum. Kemudian dia berkata, “Aku pasti akan mendapat nilai sempurna”
Lio menatap putrinya yang tersenyum. Dia menggelengkan kepalanya. Akhir-akhir ini putrinya mengalami stres berat dan juga tak menjaga kesehatan dengan baik. Setiap hari dia tak bisa bekerja dengan tenang karena memikirkan putrinya. Padahal selama ini putrinya selalu sehat dan sangat jarang terserang penyakit, tapi kini putrinya sering mimisan karena tertekan.
“Kenapa kau sangat bersikeras ingin mendapat nilai yang sempurna? Jika kau hanya ingin membuatku bangga, kau sudah melakukannya” tanya Lio heran.
“Aku ingin menjadi yang pertama, seperti ayah” jawab Hanna yang begitu sederhana.
“Kau sudah menjadi yang pertama, jadi berhentilah belajar sekarang. Apa kau tahu betapa khawatirnya aku?” omel Lio sembari menutup buku putrinya kemudian merapikannya.
Gadis itu terkekeh melihat ayahnya. Dengan hidung yang disumpal tisu dia memeluk ayahnya. Dia mendongak lalu berkata, “Kau sangat lucu saat mengomel”
Lio mengusap rambut putrinya. Tiba-tiba dia teringat dengan sesuatu. Dia pun menatap putrinya lalu bertanya, “Apakah kucing liar itu masih mengganggumu?”
Hanna terdiam sejenak karena mengingat kejadian dimana dia pernah mencekik Felly. Dia pun lalu menjawab, “Begitulah, dia mengganggu hanya di jam makan siang, tapi aku bisa menanganinya. Ayah jangan khawatir”
Pria itu menganggukkan kepalanya paham. Walau putrinya telah mengatakan bahwa gadis itu bisa mengatasinya sendiri, tapi dia tak bisa membiarkan orang yang mengganggu putrinya terus melakukan hal yang harusnya tak dilakukan. Dia telah mengetahui siapa kedua orang tua gadis yang mengganggu putrinya. Kedua orang tua gadis itu tak mengindahkan permintaannya untuk datang menemuinya, maka mereka harus siap menghadapi apa yang akan terjadi.
●●●
“Hei, kau sudah dengar beritanya? Ayah Felly menggelapkan uang dengan jumlah yang sangat besar”
“Apa kau serius? Bukankah ayahnya terkenal sebagai orang yang dermawan?”
“Aku tak berbohong, aku melihat beritanya di internet. Saat ini ayahnya sedang ditangkap polisi”
“Aku tak menyangka, tapi kenapa Felly sangat menyombongkan kekayaannya padahal itu adalah hasil uang kotor?”
“Dia pasti sangat malu sekarang”
Seisi sekolah sedang membicarakan hal yang sama, penangkapan ayah Felly karena korupsi. Entah itu benar atau tidak, tapi berita itu disiarkan di televisi dan internet. Jam makan siang kali ini sangat tenang karena semua orang sedang berbisik membicarakan Felly. Mereka semua menjauhi gadis itu dan tak ada yang ingin berteman dengannya. Selain karena kasus ayahnya, dia dijauhi karena sikapnya yang buruk.
KAMU SEDANG MEMBACA
LIO And His Daughter
ActionIni sebuah kisah dimana seorang pria yang bertahan hidup dengan melepas semua perasaan manusiawi. Pria yang meyakini bahwa hidup adalah sebuah arena untuk bertarung. Kekuasaan adalah kunci di atas segalanya. Untuk mencapainya, pria itu berjuang kera...