08. Tertangkap

15 3 0
                                    

[Semua karakter, tempat, organisasi, agama, dan kejadian dalam cerita ini adalah fiksi]

•••

Pagi yang indah. Cuacanya begitu cerah hingga membuat suasana hati menjadi baik. Lio duduk di meja makan sembari memeriksa ponselnya. Dia tersenyum mendengar suara langkah kaki putrinya. Kemudian dia menoleh pada putrinya yang tersenyum cerah. Keningnya berkerut melihat putrinya mengenakan seragam.

"Tunggu, kenapa kau memakai seragam? Kau akan pergi sekolah?" tanya Lio.

"Selamat pagi!" ucap Hanna yang seakan-akan tak mendengar ayahnya sedang bertanya padanya.

"Hanna Knight" panggilan Lio membuat Hanna merinding.

"Iya, ayahku yang tampan. Aku akan pergi sekolah" jawab Hanna yang menatap ayahnya sambil tersenyum sangat manis.

"Aku belum mengizinkanmu untuk pergi ke sekolah, kau belum pulih" ucap Lio sambil menggelengkan kepalanya.

"Tapi aku sudah tiga hari tidak sekolah, ayah. Lagi pula aku sudah sembuh, lihat" jawab Hanna yang menggerak-gerakkan tangannya untuk meyakinkan sang ayah.

"Hanna, bagaimana jika orang itu datang lagi padamu? Apa kau tak takut, hm?" Lio benar-benar harus bersabar menghadapi putrinya yang keras kepala ini.

"Tidak, justru aku ingin mencabik-cabik wajahnya" jawab Hanna yang menggenggam tangannya dengan geram.

Lio menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkah putri semata wayangnya. Dia menoleh pada Jade yang menganggukkan kepala. Pria itu memalingkan wajahnya sambil menghela nafas. Dia tak pernah bisa menolak permintaan putrinya karena dia sangat menyayanginya, bahkan melebihi nyawanya sendiri. Hanna adalah kelemahan sekaligus kekuatannya.

"Baiklah, tapi aku tak ingin melihatmu pulang sekolah dengan banyak luka seperti waktu itu" ucapannya membuat Hanna sangat senang.

Hanna langsung menghampiri ayahnya dan memeluknya sembari mengecup pipinya lalu berkata, "Aku menyayangimu, ayah!"

"Kalau begitu aku akan berangkat" gadis itu langsung berlari sebelum ayahnya berubah pikiran.

"Hanna, kau belum sarapan!" seru Lio yang melihat putrinya langsung pergi.

"Aku akan makan di sekolah!" balas Hanna yang juga sedikit berteriak.

"Paman, ayo berangkat!"

Gadis itu sangat bersemangat karena dapat kembali sekolah. Dia tersenyum senang hingga membuat kedua pengawalnya tak habis pikir. Bisa-bisanya gadis itu tersenyum seperti itu setelah membuat seisi rumah khawatir. Memang gadis yang aneh, tapi juga menarik.

Yohan membukakan pintu untuk nonanya ketika mereka tiba di sekolah. Gadis itu keluar dari mobil sambil melepas jaket dan menggendong tasnya. Dia memberikan senyuman manis pada Yohan yang membuat pria itu menghela nafasnya untuk berusaha sabar. Nonanya benar-benar ahli membuatnya khawatir.

Hanna berjalan memasuki sekolahnya, tapi langkahnya berhenti. Dia melihat Blue yang sepertinya baru datang. Lelaki itu juga berhenti berjalan dan menatap Hanna. Keduanya hanya berdiri dan saling tatap. Hanna sangat geram hingga ingin mencakar wajah Blue yang masih terdapat luka yang sama seperti miliknya. Blue pun pergi lebih dahulu dengan tak acuh. Hanna menghentakkan satu kakinya karena merasa sangat geram lalu dia masuk ke sekolahnya. Kejadian tadi tak lepas dari perhatian Yohan. Dia memperhatikan semuanya dan sepertinya dia tahu siapa penyebab dari luka-luka nonanya.

Gadis itu memasuki kelasnya dengan sedikit kesal lalu duduk di bangkunya. Melihat sahabatnya yang telah masuk sekolah, Lily dan Jarret pun menghampirinya. Selama tiga hari mereka mengkhawatirkan sahabatnya karena mendengar bahwa Hanna dipukuli oleh Blue. Melihat luka-luka di wajah Hanna pun membuat mereka semakin khawatir.

LIO And His Daughter Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang