20. Sedikit Kisah

11 3 0
                                    

[Semua karakter, tempat, organisasi, agama, dan kejadian dalam cerita ini adalah fiksi]

•••

Pukul 00.00. Hanna terbangun dari tidurnya karena alarm yang dia pasang. Gadis itu langsung bangkit dari tidurnya lalu tersenyum. Dia menoleh pada jam di nakasnya. Gadis itu turun dari ranjangnya lalu membuka laci untuk mengambil sesuatu. Diambilnya sebuah kotak yang terbungkus kertas berwarna abu-abu dengan pita kuning di atasnya. Setelah itu dia keluar dari kamarnya.

Gadis itu berlari kecil di tengah malam. Dia membuka pintu kamar ayahnya dengan perlahan lalu masuk ke dalam dengan mengendap-endap. Dilihatnya sang ayah yang sedang tidur di ranjang. Sambil berjinjit dia menghampiri sang ayah, berharap tak membangunkan pria itu karena langkahnya. Dia menyembunyikan kotak tersebut di balik tubuhnya. Hanna membungkukkan tubuhnya, mendekatkan bibirnya pada telinga sang ayah.

“Selamat ulang tahun, ayah” bisiknya.

Hanna terkejut melihat ayahnya tersenyum. Dia menegakkan tubuhnya saat ayahnya membuka mata. Gadis itu mengerjapkan matanya karena bingung kenapa ayahnya bangun dengan mudah. Dilihatnya sang ayah yang duduk dari posisi tidurnya. Melihat pria itu menepuk kasur, dia pun duduk di dekat sang ayah.

“Terima kasih” ucap Lio yang kemudian mengecup kening putrinya.

Gadis itu menatap ayahnya sambil masih keheranan. Dia memberikan hadiahnya untuk sang ayah. Dilihatnya pria itu menerima hadiahnya dengan senang hati. Karena tak kuasa menahan penasaran, dia pun bertanya, “Kenapa ayah bangun?”

Lio tersenyum mendengar pertanyaan putrinya. Dia membuka hadiahnya sambil menjawab, “Aku baru saja berbaring saat kau datang”

“Jadi ayah belum tidur?”

Pria itu menganggukkan kepala. Dia tersenyum melihat jaket serta jam tangan yang ada di dalam kotak tersebut. Diangkatnya jaket denim itu sambil terkekeh dan menggelengkan kepalanya. Di umurnya yang sekarang telah 46 tahun, dia diberi jaket seperti ini oleh putrinya. Pria tua mana yang memakai jaket seperti ini?

“Kenapa kau memberiku jaket seperti ini?” tanya Lio heran.

“Karena ayah tampan. Ayah akan cocok memakainya dan pasti semua wanita akan menatap ayah” jawab Hanna dengan senyumnya yang seperti anak kecil.

Lio merangkul putrinya dan kembali mengecup kening putrinya lalu mengucapkan terima kasih. Dia meminta putrinya untuk tidur bersamanya karena beberapa hari ini dia mengalami gangguan tidur. Putrinya pun berbaring di sampingnya sambil memeluknya. Dia tersenyum saat gadis itu menepuk-nepuk punggungnya. Namun bukannya dia, justru gadis itu yang tertidur.

Pria itu menatap wajah tenang putrinya. Telunjuknya menepikan rambut yang menutupi wajah gadis itu. Selama dirinya hidup, putrinyalah yang mengucapkan selamat ulang tahun padanya. Dia mulai mendapat banyak ucapan dan hadiah dari putrinya. Pria itu selalu menyimpan semua yang diberikan oleh putrinya. Mulai dari coretan pertama hingga hasil ujian putrinya, semuanya masih terawat dengan baik sampai saat ini. Hal-hal kecil seperti itu ingin dia simpan semua dalam ingatannya.

Sama seperti Hanna yang awalnya tak mengenal siapa orang tua kandungnya, Lio pun juga begitu. Hingga saat ini pun dia tak mengetahui siapa orang tuanya. Pria itu tumbuh di sebuah panti asuhan yang kumuh. Lingkungan yang keras membuatnya harus mengikuti arus untuk bertahan hidup. Dia kabur dari panti asuhan di umur 7 tahun. Sejak saat itu dia bekerja keras untuk menyambung hidup. Mendapat sebuah pukulan dari preman dan para pemabuk sudah menjadi hal yang biasa baginya.

Seorang pria pernah membawanya untuk dijadikan budak. Pria itu merawatnya dengan cukup baik. Lio menghormati pria itu karena telah menolongnya. Namun dia tak pernah tahu bahwa pria itu adalah seorang pembunuh berdarah dingin. Dia melihat betapa kejamnya pria itu membunuh seorang wanita tua tanpa ragu. Di saat itu juga dia berusaha untuk melarikan diri dari pria itu karena merasa hidupnya akan terancam jika terus bersamanya.

LIO And His Daughter Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang