10. Dia Putriku

37 4 1
                                    

[Semua karakter, tempat, organisasi, agama, dan kejadian dalam cerita ini adalah fiksi]

•••

Hari ini Hanna pulang lebih cepat karena ada sesuatu yang mengharuskan para guru memulangkan para murid. Dia sudah menelepon Yohan untuk menjemputnya dan kini dia sedang menunggunya datang. Gadis itu melihat Blue yang dijemput pria bertongkat padahal biasanya lelaki itu naik motor sendiri. Apakah pria itu ayahnya?, batinnya. Dia melihat lelaki itu pergi dengan mobilnya, membuatnya menatap mobil yang sedang melaju pergi itu.

Dia menolehkan kepalanya ke arah lain. Dia melihat seorang pria di seberang jalan sedang menatapnya. Hanna pun menoleh ke belakang siapa tahu pria itu menatap orang lain di belakangnya. Namun hanya dirinya yang ada di sini. Dia menatap pria itu, kakinya melangkah mundur saat pria itu akan menghampirinya.

“Nona, maaf kami terlambat”

Hanna menoleh pada Yohan yang baru saja datang. Dia segera membuka pintu mobil sendiri dan masuk. Kepalanya menoleh pada pria yang masih menatapnya. Itu benar-benar menakutkan, sebenarnya apa masalah pria itu? Dia bernafas lega karena sudah merasa aman di dalam mobil. Gadis itu meminta Adolf untuk membawanya ke kantor sang ayah.

Adolf melajukan mobil menuju kantor tuannya. Setelah sampai, Hanna langsung berlari menuju ruangan ayahnya. Namun ketika berlari dia tak sengaja menyenggol seorang pria tua hingga membuat beberapa berkas yang dibawa pria tua itu berjatuhan. Gadis itu langsung mengambil berkas-berkas itu sambil meminta maaf.

Pria tua itu adalah Paul, dia hanya tersenyum melihat Hanna. Dia langsung tahu jika itu adalah putrinya Lio ketika melihat Yohan yang berlarian mengejar gadis itu. Pria tua itu mengisyaratkan Yohan untuk berhenti di tempatnya. Yohan pun berhenti berlari dan memperhatikan nonanya dari jauh.

“Maafkan aku, apa kakek baik-baik saja?” tanya Hanna sembari mengembalikan berkas yang telah dia pungut.

“Aku baik-baik saja. Mau ke mana kau berlarian seperti itu?” tanya Paul.

“Ah, aku ingin menemui ayahku. Kakek mau ke mana?”

“Aku ingin menemui Tuan Lio” jawab Paul sambil tersenyum.

“Kita searah, kalau begitu kakek bisa pergi bersamaku”

Hanna berjalan di samping pria tua itu. Pria tua itu terlihat baik menurutnya. Dia terus diajak berbicara saat berjalan, bertanya ada urusan apa ke kantor Lio dan masih banyak lagi yang ditanyakan hingga tak sadar mereka telah sampai di ruangan Lio. Lio yang tadinya duduk pun langsung berdiri saat melihat Paul diantar oleh anaknya.

Paul menatap Lio sambil tersenyum lalu berkata, “Putrimu sangat sopan”

“Terima kasih, Ketua” jawab Lio.

Mendengar hal itu, Hanna membulatkan matanya. Dia menutup mulutnya sambil menatap Paul. Kemudian dia bergumam, “Ketua?”

Gumamannya itu dapat didengar oleh Paul. Pria itu tersenyum melihat gadis itu tak bisa berkata-kata. “Sepertinya putrimu sangat merindukanmu hingga berlarian di kantor”

Lio menoleh pada putrinya. Gadis itu menunduk malu ketika dia menatapnya. Pria itu hanya menggelengkan kepalanya sambil tersenyum lalu bertanya, “Kenapa kau sudah pulang? Kau membolos?”

Hanna langsung mendelik mendengar pertanyaan ayahnya. Dia pun menjawab, “Hei, aku bukan siswa seperti itu, ayah. Tadi ada perbaikan di sekolah, jadi kami dipulangkan”

“Lalu kenapa kau kemari?” tanya Lio lagi.

“Awalnya aku ingin belajar di sini bersama ayah, tapi... mungkin sebaiknya aku pulang” jawab Hanna sambil tersenyum kikuk.

LIO And His Daughter Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang