17. Diculik

14 3 0
                                    

[Semua karakter, tempat, organisasi, agama, dan kejadian dalam cerita ini adalah fiksi]

•••

Pagi hari yang dingin, Hanna terbangun dari tidurnya. Dia mengusap matanya lalu berjalan gontai keluar kamar. Kakinya terus berjalan, matanya masih mengerjap untuk mengembalikan kesadarannya. Dia menuruni tangga perlahan. Dilihatnya ayahnya yang berjalan menghampirinya. Pria itu terlihat sedikit berantakan dari biasanya.

“Pagi, life” ucap Lio sambil mengecup kening Hanna.

“Pagi, ayah”

Hanna mengusap matanya lagi tetapi sang ayah menahan tangannya. Matanya terasa berat untuk terbuka sempurna. Lio pun tersenyum melihat tingkah putrinya. Dia kemudian bertanya, "Kenapa?"

"Mataku tak ingin terbuka"

"Lebih baik kau mandi agar tak terlambat ke sekolah" ucap Lio dengan lembut.

Gadis itu menganggukkan kepalanya. Namun bukannya kembali ke kamarnya, dia malah merentangkan tangannya dan berkata, "Gendong"

Tentu Lio terkekeh dibuatnya. Namun dia tetap menuruti kemauan putrinya. Dia pun menggendong gadis itu dan berjalan menuju kamar putrinya. Diliriknya Hanna yang menaruh kepala di bahunya dengan mata tertutup. Pria itu tersenyum dan menggelengkan kepalanya. Rasanya dia teringat saat menggendong Hanna yang masih berusia 6 tahun.

"Hei, nona, kita sudah sampai" ucap Lio saat telah memasuki kamar putrinya.

Putrinya pun turun dari gendongannya. Dengan mata yang masih setengah tertutup, gadis itu tetap berjalan menuju kamar mandi. Lio pun pergi dari sana kemudian menuju ke ruangan para pengawal. Dia masuk tiba-tiba hingga membuat para pengawal terkejut. Semua anak buahnya langsung kalang kabut lalu berdiri untuk menyambutnya.

"Ada apa, tuan?" tanya Grover yang selalu sigap.

Lio menunjuk Grover, Yohan, dan Adolf lalu berkata, "Kalian ikut aku"

Tanpa banyak bertanya, ketiga pria itu langsung mengikuti tuannya sesuai perintah. Lio menuju ke ruangan terlarang. Di dalam ruangan itu terdapat sebuah ruangan rahasia yang dipasangi pintu yang tak bisa dibuka oleh sembarang orang. Pintu itu menggunakan kode dan pendeteksi suara, hanya Lio yang bisa membukanya. Dia masuk ke ruangan yang berisi banyak senjata dan peralatan lainnya.

Lio mengambil sesuatu dari laci mejanya.  Kemudian dia memberikannya pada ketiga pria itu. Ketiga pria itu menatap apa yang diberikan oleh tuannya, sebuah kancing baju. Mereka pun saling tatap dengan penuh rasa penasaran.

“Apa ini, tuan?” tanya Adolf bingung.

Lio melipat tangannya di depan dada lalu menjawab, “Itu adalah sebuah kamera sekaligus pelacak”

“Apa yang harus kami lakukan dengan alat ini?” tanya Grover yang masih menatap alat itu.

“Aku ingin kalian memasang alat itu pada baju kalian agar aku bisa mengetahui apa saja yang terjadi di luar” jawab Lio dengan santai.

Yohan mengerutkan keningnya sambil berpikir. Kemudian dia menatap tuannya dan bertanya, “Apa mungkin Anda ingin mencari pria itu menggunakan alat ini?”

Lio menjentikkan jarinya kemudian menjawab, “Tepat sekali”

“Kenapa Anda tidak memerintah kami untuk mencarinya langsung?” tanya Grover sedikit bingung.

“Itu terlalu berbahaya” ucap Lio. Dia mengambil sebuah remote lalu menekannya. Ketiga pria itu pun memperhatikan sebuah gambar yang muncul di dinding kaca itu. Itu potret para pengawal saat sedang bersama di ruangan bersantai. Apa maksud tuannya dengan menunjukkan foto mereka?

LIO And His Daughter Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang