24. Prom Night

9 2 0
                                    

[Semua karakter, tempat, organisasi, agama, dan kejadian dalam cerita ini adalah fiksi]

•••

Siang ini Hanna sedang duduk di sofa ruang tengah sambil bertukar pesan dengan Lily. Mereka sedang membicarakan tentang acara kelulusan yang akan diselenggarakan nanti malam. Ayahnya telah memberinya gaun yang akan dia pakai di acara itu, tapi dia belum melihatnya. Masih ada cukup waktu sebelum bersiap, jadi dia ingin bersantai sejenak.

Gadis itu menoleh saat mendengar suara langkah kaki. Dia menoleh pada asal suara itu, rupanya itu Yohan yang sedang berjalan menghampirinya. Kepalanya mendongak sambil menatap bingung pria yang berdiri di depannya. Dia terkejut saat pria itu memberikan sebuah kotak kecil padanya. Entah kenapa jantungnya berdegup kencang.

“Tuan menyuruh saya memberikan ini pada Anda” ucap Yohan yang membuat Hanna merutuki dirinya sendiri dalam hati.

Hanna menerima kotak tersebut. Tangannya membuka kotak itu lalu menatap isinya. “Kalung?”

“Tuan bilang Anda harus memakainya nanti” ucap Yohan menambahi.

“Tapi...” Hanna menunduk, melihat kalung dengan liontin kupu-kupu yang sedang dia pakai. Kalung murahan pemberian ayah kandungnya yang masih dia pakai sampai sekarang.

Yohan pun langsung mengerti apa yang menjadi masalah. Dia sudah menduga ini akan terjadi. Kepalanya mulai berpikir hingga ide bagus melintas di kepalanya. Dia menatap nonanya yang tampak bimbang.

“Nona, Anda bisa menggunakan kalung yang sekarang Anda pakai sebagai gelang. Dengan begitu Anda bisa memakai kalung dari tuan” ucap Yohan memberi saran.

Mendengar saran itu, Hanna tersenyum lalu mengangguk. Dia melepas kalung lamanya yang sedang dipakainya lalu memberikannya pada Yohan lalu mengulurkan tangan kanannya. Pria itu pun menerima kalung itu. Kemudian membantu nonanya untuk memasang kalung tersebut sebagai gelang di tangan gadis itu. Setelah selesai, Hanna menatap gelang itu sambil tersenyum.

Kerja bagus, Yohan

Itu suara Lio yang terdengar dari earpiece di telinga Yohan. Ya, Lio sedang melihat mereka dari ruang kerjanya. Untunglah Hanna mau menerima kalung pemberiannya. Kalung itu adalah alat yang sama seperti kancing baju yang dia berikan pada Yohan beberapa waktu lalu.

Gadis itu berdiri lalu memberikan kalung barunya pada Yohan, membuat pria itu mengerutkan keningnya sambil bertanya, “Kenapa, nona?”

“Tolong pakaikan untukku” jawaban Hanna membuat Lio yang ada di ruang kerjanya berdiri dari duduknya.

Dengan ragu Yohan menerima kalung itu lalu berdiri di belakang nonanya. Dilihatnya nonanya yang sedang menepikan rambut panjangnya hingga menampilkan leher jenjang gadis itu. Yohan memejamkan matanya sekilas saat melihatnya. Kemudian memakaikan kalung itu dengan hati-hati.

Hanna berbalik pada Yohan setelah kalung dengan liontin bunga aster itu tergantung di lehernya. Dia menunduk untuk menatap kalung barunya. Kemudian menatap Yohan sambil tersenyum.

“Terima kasih, paman”

Pria itu bahkan tak bisa menjawab ucapan nonanya. Dia melihat nonanya yang sedang melihat jam di ponsel. Gadis itu kemudian berkata bahwa dia harus pergi untuk bersiap. Yohan menganggukkan kepalanya. Dilihatnya sang nona yang berlari kecil menuju kamar. Setelah gadis itu menghilang dari pandangannya, dia menghela nafasnya lega.

Gadis itu kini berada di kamarnya bersama Jade karena dia pasti membutuhkan bantuan wanita tua itu untuk bersiap. Mulai dari membersihkan diri, berpakaian, riasan, hingga gaya rambut, semua dibantu oleh Jade. Persiapan ini membutuhkan waktu sangat lama hingga beberapa jam dan membuat Hanna merasa lelah sebelum menghadiri acara.

LIO And His Daughter Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang