06. Selamat Ulang Tahun

26 4 0
                                    

[Semua karakter, tempat, organisasi, agama, dan kejadian dalam cerita ini adalah fiksi]

•••

Pagi telah tiba, Hanna bangun dari tidurnya. Dia meregangkan tubuhnya sambil mengumpulkan nyawanya. Dia menoleh pada jamnya di nakas. Gadis itu turun dari ranjangnya untuk segera bersiap ke sekolah. Setelah mandi dan mengenakan seragamnya, dia duduk di meja riasnya. Melihat pantulan dirinya di cermin untuk mengikat rambutnya. Dia merapikan anak rambutnya yang berantakan. Gadis itu tersenyum ketika merasa semua telah sempurna.

Gadis itu menggendong tasnya lalu keluar dari kamar. Dia berjalan dengan riang menuju ruang makan. Entah kenapa dia merasa pagi ini sangat indah sehingga suasana hatinya sangat baik. Dia menghampiri ayahnya yang telah duduk menunggunya lalu mencium pipinya dan mengucapkan selamat pagi. Kemudian dia duduk dan pelayan mengambilkan makan untuknya.

“Selamat ulang tahun, sayang”

Hanna menoleh pada ayahnya dengan raut wajah bingung dan terkejut. Dia mengecek tanggal di ponselnya lalu kembali menoleh pada ayahnya. Senyumnya merekah karena menyadari hari ini adalah hari ulang tahunnya. Dia berdiri dan mendekati ayahnya untuk memeluknya. Dipeluknya sang ayah dengan erat sambil mengecupi pipi pria itu berkali-kali.

“Terima kasih, ayah” ucapnya.

Dia kembali ke kursinya untuk makan. Dia menoleh ketika sang ayah bertanya, “Kau ingin hadiah apa kali ini?”

Dia tampak berpikir keras untuk menjawab pertanyaan ayahnya. Sambil berpikir, dia menyuapkan makanan ke mulutnya. Setelah menelan makannya dia menjawab, “Aku tak ingin apa pun”

“Hei, kau sudah berhutang 5 permintaan padaku dan kau ingin menambahnya?” tanya Lio yang membuat putrinya terkekeh.

“Tapi aku benar-benar sedang tak menginginkan apa pun. Jika aku sudah menginginkan sesuatu, aku akan memberitahu ayah” jawab Hanna.

“Sebaiknya kau segera memikirkan keinginanmu agar aku bisa mengabulkannya”

Hanna mengangguk sambil tersenyum. Dia menghabiskan makanannya lalu pergi dari sana setelah berpamitan untuk berangkat sekolah. Dia berjalan ke luar rumah, tapi dia tampak bingung ketika semua anak buah ayahnya berbaris rapi seakan menunggu kedatangannya. Gadis itu menatap para pengawalnya dengan bingung. Dia terkejut ketika melihat para pria itu membungkuk hormat padanya.

“Selamat ulang tahun, nona” ucap mereka serempak.

Gadis itu menutup  mulutnya dengan tangan. Dia merasa terharu dengan para pengawalnya. Senyumnya mengembang lalu berkata, “Terima kasih, semuanya”

Para pria itu bergantian menyalami nonanya. Hanna hanya membalas salaman mereka sambil mengucap terima kasih. Adolf dan Yohan adalah orang terakhir yang menyalaminya. Setelahnya kedua pria itu mengantar nonanya pergi ke sekolah. Selama perjalanan menuju sekolah, Hanna tak henti-hentinya bercerita bahwa dia sangat senang mendapatkan kejutan di pagi hari. Kini dia telah resmi berumur 17 tahun.

Ketika tiba di sekolah, gadis itu turun lalu melambaikan tangannya pada kedua pengawalnya. Dia masuk ke sekolah dengan suasana hati yang bagus. Kemudian dia memasuki kelasnya dan duduk di bangkunya. Tak lama kemudian jam pelajaran dimulai. Gadis itu memperhatikan gurunya dengan sungguh-sungguh karena dia memiliki tujuan untuk mendapat peringkat pertama agar ayahnya bangga padanya.

Pembelajaran berakhir setelah beberapa jam. Bel istirahat berbunyi, dia masih duduk di bangkunya sembari memperhatikan seisi kelas yang tampak sedang membicarakan sesuatu. Karena penasaran, dia pun menajamkan indra pendengarannya untuk mengetahui apa yang sedang dibahas semua orang. Matanya membulat ketika mendengar bahwa ayahnya menggelar pesta ulang tahunnya dan mengundang semua murid di sekolah.

LIO And His Daughter Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang