✨ Happy Reading ✨
Adrea meringkuk di atas kasur. Lelah setelah satu jam merengek pada Adrian untuk di lepaskan selimutnya tidak di gubris sama sekali.
"Ian, ini nggak nyaman. Selimutnya lembap," Adrea hampir menangis, matanya memerah. Ia merasa sangat tidak nyaman. Kepalanya juga ikut sakit berdenyut-denyut.
Adrian yang sibuk di depan laptop akhirnya menoleh. Adrian menatap Adrea dengan wajah datar, tapi tidak dengan hatinya yang ketar-ketir melihat melihat kondisi Adrea.
Adrian mengambil ponselnya, dan menekan salah satu nomor. Detik pertama tersambung, Adrian langsung menyambar tanpa salam pembuka, "Adelia, bahkan siput dan semut lebih gesit dan lebih cepat darimu," ucapnya kemudian langsung menutup sambungan teleponnya.
Adrian kemudian bangkit dan berjalan menuju Adrea. Dia akhirnya membantu melepaskan jeratan selimut dari Adrea.
"Cepat ganti bajumu," suruh Adrian.
Baju-baju Adrea terlihat lembap. Adrea berkeringat deras. Tanpa kata Adrea menuju kopernya, mengambil pakaian baru dan menggantinya di kamar mandi.
"Tunggu," Adrian menahannya. Adrian menatap baju yang dipilih Adrea. Dia merampasnya dan mengganti dengan baju miliknya yang lain yang bisa menyerap keringat dengan baik.
Setelah Adrea masuk kamar mandi, Adrian meletakkan selimut di keranjang kotor dan mengambil yang baru dari lemari.
Di dalam kamar mandi, Adrea tak henti-hentinya mengumpati Adelia dan Adrian. Sepasang saudara yang menyebalkan.
"Kalian, tunggu balasan dariku!"
Adrea akhirnya keluar setelah menyeka keringat dan berganti pakaian. Adrian telah menunggunya di kasur dengan nampan berisi alat kompres dengan segelas susu coklat.
"Sini," panggil Adrian. Dia menyodorkan susu coklat favorit Adrea.
Adrea meminumnya hingga habis. Setelahnya, dia merangkak menaiki ranjang. Dia ingin berbaring dan bergerak kesana-kemari tanpa belenggu selimut.
Tapi, tidak sampai setengah menit Adrea berada di kasur, Adrian menyelimuti Adrea kembali hingga terlihat hampir mirip burrito.
"Ian....!"
"Tidur, Rea." Adrian mulai mengompres dahi Adrea. Suhu tubuhnya 38,9 derajat. Dia demam, setelah selesai mengurus Adrea, dia akan mempersiapkan hukuman yang tepat untuk sepupu menyebalkannya.
Adrea demam karena air sungai dari air terjunnya terlalu dingin. Adelia jatuh malah mengajak orang.
"Ian, nggak nyaman," Adrea menggelengkan kepalanya.
"Diam, Adrea," ucap Adrian menekan kedua kata itu.
Adrea akhirnya diam. Merasa sangat terintimidasi oleh Adrian. Dia menangis sesenggukan, "Ian, dingin!"
Adrea sekarang merasa kedinginan. Aneh, padahal tadi panas, suhu tubuhnya juga belum turun.
"Berhenti menangis atau kepalamu yang sakit akan bertambah parah,"
Adrea mencoba berhenti. Walau masih sesenggukan.
"Ian, dingin,"
Membuka sedikit gulungan selimut yang membungkus Adrea. Ia ikut berbaring dan memeluk Adrea dengan sangat erat. Dia membisikan kata penenang dan menyuruhnya tidur.
Ajaib, sepuluh menit kemudian Adrea telah tertidur pulas. Adrian memandangi wajah Adrea, dan menggumamkan kata maaf. Dia merasa bersalah karena tidak mampu mengungkapkan perasaannya. Selalu berkelit dan membuat Adrea marah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tunangan Pemeran Utama Laki-laki
Teen FictionReina. Bertransmigrasi ke tubuh tunangan pemeran utama laki-laki. Di dunia pertamanya, Dia mati karena menyelamatkan seseorang bocah kecil-tetangganya. Sebelumnya, dia telah berkonflik dengan Papa, istrinya, dan anak-anak haram mereka. Orang-orang t...