10. Poor You, Asisten Fala

6.4K 427 1
                                    

✨ Happy Reading ✨

"kemana sekarang?" Tanya Adrea.

Mereka saat ini sedang berjalan ke belakang Villa. Suasana heboh sekali.

"Lembah Panas," jawab Asisten Fala. Adrian sedang sibuk mengobrol dengan Papanya.

Ternyata, Mama dan Papa Adrian telah lebih dulu sampai. Mereka mempersiapkan tempatnya terlebih dahulu.

"Eh?" Adrea menghentikan langkahnya. Jika itu lembah panas, maka kenapa mereka mengenakan pakaian tebal? Bahkan Adrian membawa selimut.

Asisten Fala tersenyum, "Artinya tidak harfiah, Nona. Tempatnya berkebalikan dengan namanya," Asisten Fala menjelaskan. Ia melirik Adrian sebentar, kemudian bergidik ngeri melihat tatapan yang ditujukan Adrian untuknya.

Asisten Fala mempercepat langkahnya. Berniat menjauh dari Adrea. Tapi pada dasarnya Adrea adalah orang yang paling tidak peka sedunia malah menahan tangan Asisten Fala.

"Temani aku. Kau juga tidak punya teman mengobrol 'kan sekarang," ucap Adrea

"Lebih tidak punya mengobrol untuk saat ini," Asisten Fala bergumam dalam hati.

Sebenarnya Adrea tidak keberatan sendirian, tapi dia berniat mengorek beberapa informasi dari Asisten Fala.

"Asisten Fala, sudah berapa lama bekerja dengan Adrian?" Adrea memulainya. Mencegah Asisten Fala curiga.

"Sejak Dia mulai meneruskan perusahaannya." Jawab Asisten Fala. Dia terus melihat ke arah Adrian yang terus mengawasinya.

"Hah? Kalian kenal dari mana?" Adrea mendongak menatap wajah Asisten Fala yang tingginya kurang lebih sama seperti Adrian.

"Kami rekan dari SMP, Nona." Asisten Fala memaksakan senyumnya.

"Wah! Berarti kalian sudah lama sekali berteman. Tapi Dia memperlakukan temannya dari SMP dengan kejam. Bahkan untuk untuk sekedar membeli tisu saja menyuruhmu," ucap Adrea dengan wajah tidak percaya.

Asisten Fala mengangguk keras. Tapi dia tidak berani menjelek-jelekkan nama Adrian sekarang. Tatapan Adrian sudah seperti laser super kuat yang mempu memutilasinya.

"Sudah tugas saya, Nona. Saya dibayar untuk itu." Kakinya menggigil selain karena dingin, Dia juga ketakutan. Adrian terlihat ingin menelannya bulat-bulat.

"Benar juga, tidak mungkin kamu makan gaji buta. Tapi dia bahkan memintamu memanggilnya Tuan muda."

"Itu namanya profesional, Nona."

Saat Adrea bersiap meluncurkan pertanyaan siapa saja wanita yang pernah dekat dengan Adrian karena Dia telah lama mengenal Adrian, Adrian tiba-tiba saja muncul.

"Jalanmu lambat sekali. Cepat, kau sudah harus tiba lebih awal. Buatkan api unggun." Adrian sudah berdiri di tepat samping Adrea. Entah sejak kapan. Ia mendorong Asisten Fala menjauh.

Asisten Fala jatuh, hampir terjungkal. Kakinya terasa lemah karena suhu dingin dan tatapan laser Adrian.

Banyak orang yang melihatnya. Mereka bukan yang paling belakang.

"Habis sudah. Apalagi ini?" Asisten Fala segera bangun. Menghindari tatapan jenaka yang menggodanya.

Asisten Fala berjalan tergesa-gesa. Memaksakan kakinya. Ia merutuki pasangan malu-malu yang membuatnya berada di situasi memalukan ini. Ia dikenal dengan poker face di kantor, sama seperti Adrian. Dia juga disegani banyak karyawan. Habis sudah, pasti beritanya sudah menyebar. Setiap langkahnya mereka selalu menoleh padanya.

"Kalau bukan karena gaji yang tinggi, aku sudah pergi dari kemarin saat membeli baju Nona Adrea." Asisten Fala misuh-misuh sendiri sembari mengumpulkan kayu bakar.

Kemarin, saat Adrian menyuruhnya membeli pakaian untuk Adrea beserta dalamannya, ia sampai dikira penculik karena pakaian serba hitam dan tertutupnya. Digeledah juga oleh security dan menemukan pakaian dalam wanita. Orang-orang memakinya dan memanggil orang cabul.

Ting. Suara pesan masuk ke ponselnya. Itu dari Adrian.

For you: "Bonus Minggu ini naik"

Senyum di wajah Asisten terbit dia berjingkrak-jingkrak kesenangan di depan api yang telah berkobar tinggi.

"Apakah ini rahasia Asisten Fala dapat tidak mendapat amukan pak Bos. Aku ikut," ucap Tio ikut berjingkrak-jingkrak bersama Asisten Fala. Mereka terlihat seperti sedang melakukan ritual pulu-pulu. Adegan dalam Kartun asal Malaysia, bocah kembar yang botak.

Lama-kelamaan satu persatu orang yang datang ikut berjingkrak-jingkrak. Sampai pada akhirnya Adrian dan Adrea tiba.

Adrea berlari mendekat pada Asisten Fala, "Kalian sedang apa? Apa ini semacam ritual?"

Asisten Fala spontan berhenti di ikuti oleh yang lainnya.

"Iya, kita sedang apa?" Tanya yang lainnya.

*****

Hamparan kebun teh membentang luas di lereng-lereng pegunungan. Indah, kabut masih menutupi beberapa tempat.

Para karyawan sedang berselfie ria. Asisten Fala bersama mama dan papa Adrian menuju bangunan tua terawat di sudut kebun. Itu adalah pabrik pengolahan daun teh.

"Kayak karya wisata anak-anak, ya," celetuk Adrea. Dia duduk di pangkuan Adrian. Dia tidak suka kedinginan, padahal sudah jam sepuluh pagi. Kabut masih terlihat.

Adrian sendiri berselimut, menyelimuti Adrea juga dan memeluknya dari belakang.

"Namanya Refreshing, Rea." Adrian juga menikmatinya. Sudah lama dia tidak menghirup udara segar dan pemandangan hijau seperti ini.

Udara segar nyaris tidak ada di kota. Pemandangan hijau terlihat palsu. Karena kebanyakan orang memasang tanaman palsu.

Angin berhembus kencang. Membuat tetesan air terjun yang tidak jauh dari mereka menyiprat. Adrian mengencangkan pelukannya pada Adrea.

"Ian, sungainya ada ikannya nggak?" Tanya Adrea teringat akan Kiki—ikan mas kokinya yang dipelihara di rumah Adrian.

"Ada. Kenapa?"

"Cari temen buat Kiki, yuk." Ajak Adrea.

"Nanti siang aja. Airnya dingin banget sekarang,"

Adrea mengangguk.

Asisten Fala, Mama serta papa Adrian telah kembali. Pabrik akan beroperasi pada pukul sebelas. Mereka akan bersenang-senang di kebun terlebih dahulu. Bahkan banyak yang membantu memetik pucuk daun teh. Termasuk Adrea, Adrian, Mama-papa Adrian, dan Asisten Fala.

Adrea menunduk dari tadi. Berdoa agar kedua orangtua Adrian tidak ilfeel. Tadi pagi benar-benar memalukan.

"Gimana spot kali ini, Adrea, suka?" Tanya Mama Adrian.

Adrea mengangguk semangat. Melupakan rasa malunya dalam sekejap, "Suka, Ma, nanti juga aku mau cari teman buat Kiki,"

Mereka semua mengerutkan keningnya.

"Ikan mas koki," jelas Adrian.

"Kamu pelihara ikan?" Tanya Mama Adrian.

"Iya, Ma, baru satu."

"Cari di samping gajebo biru itu. Di situ airnya tenang. Seingat Mama, dulu banyak ikan-ikan kecil cantik. Adrian juga suka tangkap dulu."

"Ternyata Adrian juga pernah sepertiku di dunia sebelumnya. Menangkap ikan-ikan kecil di sungai itu menyenangkan, tapi tidak ada setengah hari ikannya sudah mati."

*
*
*
*
*


To be continue....

Aku dulu suka tangkap ikan di sungai, hehe.

Vote, komen, follow jika kamu berkenan. Tambahkan amunisi agar aku semangat mengetik semakin banyak kata.

See you next part😉

Akan di up sesuai jadwal.
Rabu -kamis dan Sabtu-Minggu. Di luar jadwal juga akan di up random jika otak tidak ngeblank.

Tunangan Pemeran Utama Laki-lakiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang