17. Thania adalah Takdir Adrian?

5K 354 12
                                    

✨ Happy Reading ✨



"Akh! Pelan, Rea." Adrian meringis saat kapas alkohol bersentuhan dengan sudut bibirnya yang terluka.

Bukannya lebih pelan Adrea malah menekannya lebih kuat. Membuat Adrian kembali meringis. Bukan apa, tapi perihnya luar biasa.

"Gantle, Ian, gantle!" Ketus Adrea. Ia kesal dengan Adrian yang menurutnya bersikap seperti seorang pecundang. Entahlah, Ia merasa ilfeel. Terlebih ketika Adrian yang selalu menghindar ketika ditanya maksud dari perkataan Adelia, dan Adrian yang diam saja saat dipukuli oleh kakeknya.

Adrea mengerti bahwa itu mungkin adalah sikap hormat terhadap kakeknya, orang yang lebih tua, tapi dia diam saja tanpa mau membuka mulutnya untuk memberi klarifikasi.

Adrea sendiri juga tidak cukup mampu menjelaskan karena menikmati itu dan cukup terkejut dengan reaksi anggota keluarga Adrian.

"Tidak, itu bukan salahku. Salahnya sendiri. Sudah tau sakit, malah diam saja."

"Sudah. Awas, jangan buat bajunya kusut." Adrea memberikan peringatan karena Adrian telah mengenakan pakaian perjamuan yang akan di adakan setengah jam lagi.

Adrian membuat Adrea kerepotan. Beruntung Adrea telah menggunakan riasan hanya tinggal mengenakan dress yang telah disiapkan oleh mama Adrian.

Adrea menghela nafas. Tadi saat semua orang telah mengerti apa yang terjadi mereka tersenyum menggoda Adrea dan Adrian.

Sekali lagi Adrea rasanya ingin menjambak rambut Adrian. Dia juga ingin menonjok Adelia sekeras yang ia bisa. Masalahnya berawal Dari dia.

Tok ... Tok ... Tok ....

Pintu walk in closet di ketuk. "Adrea, Kamu bisa pakai dress-nya?" Mama Adrian bertanya.

"Bisa, ma, dikit lagi!" Seru Adrea dari dalam. Hanya tinggal merapikan sedikit.

Lima menit setelahnya Adrea keluar. Mama Adrian masih menunggu di sofa, sedangkan Adrian sudah tidak ada. Dia telah pergi menyambut para tamu terlebih dahulu. Juga pesta akan dimulai lima menit lagi.

Mama Adrian tersenyum, "Kamu cantik banget," pujinya.

Adrea balas tersenyum. "Mama juga cantik. Awet muda," ucap Adrea. Mama Adrea memang awet muda. Kulitnya masih kencang walau ada sedikit kerutan karena faktor usia.

"Sudah, ayo pergi. Pestanya akan segera di mulai." Mama Adrian menggandeng tangan Adrea. Ia tersenyum malu akan pujian dari Adrea.

Saat mereka sampai di ruang pesta, telah banyak orang hadir di sana. Orang-orang yang di undang khusus datang silih berganti setiap menit. Tampak Adrian dan ayahnya menyambut mereka. Sedangkan kakek Adrian sedang duduk di kursi meja khusus keluarga Mardinata. Menghadapi beberapa penjilat.

Adrea terkekeh geli. Wajah mereka bertiga terlihat mirip. Hanya saja, Adrian versi baru, Papanya versi biasa dan kakek Adrian versi lawas. Raut wajah mereka indentik, datar semua.

Kebanyakan ekspresi wajah mereka datar, tapi kakek Adrian terlihat sangat sumringah saat mengobrol dengannya tadi pagi. Papa Adrian juga terlihat tersenyum manis saat bersama mama Adrian. Tapi Ia belum pernah melihat Adrian tersenyum manis ataupun tertawa. Dilihat dari dua orang sebelumnya, mereka akan menunjukkan wajah hangat ketika dekat dengan orang yang disukai.

Adrea tersenyum kaku. Apa yang dikatakan Adelia tidak benar? Atau apa dia yang salah mengartikan maksud Adelia? Adrian hanya tersenyum menyeringai dimatanya. Senyum yang mengandung arti lain baginya.

Acara akan segera di mulai. Semua tamu undangan telah hadir. Adrea dan mama Adrea melangkah menuju Adrian dan papanya.

Senyum di wajah Adrea seketika lenyap. Terlihat Adrian dihampiri oleh Thania dan seorang gadis. Dia tampak tertawa bersama mereka.

Saat jarak hanya tersisa empat meter, terdengar suara dari podium yang meminta para tamu untuk segera duduk di kursi masing-masing yang telah di tentukan.

Mereka mengubah arah langkah menuju meja yang telah ditetapkan. Meja kakek Adrian. Tapi Adrea memisahkan diri dan menuju meja ayah dan kakaknya yang berada di samping meja keluarga Adrian.

"Loh, Adrea, tidak disini saja? Kursi kamu sudah disiapkan," ucap Mama Adrian.

Adrea menggeleng, "Tidak, ma. Adrea disini aja." Ia menunjuk kursi yang di tengah Adean dan ayahnya. Mama Adrian memang menyiapkan dua kursi untuknya.

Mama Adrian mengangguk. Tidak memaksanya. Tapi berbeda dengan Adrian, ia tampak tidak terima dan akan segera mengajukan protes, tapi suara MC yang memulai acara menghentikan niatnya.

Adrian berbalik dan duduk dengan patuh di samping kakeknya. Ia memutar bola matanya, malas dengan lirikan sengit yang ditujukan sang Kakek kepadanya.

Adrea duduk di kursinya dengan hati yang perih. Dia tidak tau kapan ia telah jatuh cinta pada Adrian, tapi sekarang melihat Adrian tidak melakukan apa-apa untuk mencegahnya membuat hatinya sakit.

Terlebih ketika matanya beradu pandang dengan Thania yang terlihat sedang tersenyum mengejek. Apa benar jika Thania dan Adrian ditakdirkan untuk bersama? Perkembangan hubungan mereka lebih cepat dari yang dia kira.

Acara berlangsung meriah dan berjalan dengan baik. Tapi selama pesta berlangsung, hampir tidak kontak antara Adrea dengan Adrian. Kecuali saat perkenalan Adrea sebagai tunangan Adrian. Tiga tahun sebelumnya di rahasiakan atas permintaan Adrea. Sampai saat ini, ia juga masih belum tau kenapa Adrea asli memilih untuk menyembunyikannya.

Adrea berusaha melakukan kontak seminim mungkin dengan Adrian. Entahlah, saat melihat Adrian tertawa bersama orang lain yang tidak di sukainya membuat Adrea lebih sadar. Ini tidak semudah yang dipikirkan.

*****

Adrea menghela nafas membaringkan tubuhnya di atas ranjang. Mungkin mimpinya hanya bunga tidur, tidak memiliki arti tertentu dan hanya sebuah kebetulan.

Adrea mengacak rambutnya, frustrasi. Adrea terdiam sejenak, jika benar-benar ada buku “Badai” dan “Dunia Adrea” maka itu ini benar.

Adrea segera bangkit dan mengobrak-abrik isi kopernya, tempat Adrian menyimpan buku-buku itu.

Dan ya, buku itu ada. Buku-buku yang telah jatuh menimpa kepalanya.

Adrea kalang kabut. Salah satu buku telah berganti judul menjadi “Badai Adrea”. Ia segera membuka lembaran demi lembaran. Membacanya sekilas. Semua yang terjadi hingga kemarin benar-benar terjadi. Termasuk tuduhan terhadap Adrian, tapi dengan alasan berbeda.

Di sana disebutkan bahwa Adrian di keroyok oleh kakek dan Adean karena telah berselingkuh dari Adrea. Kehadiran Thania juga di pesta sangat diromantisasi dalam buku. Walau Adrea tidak tau apa yang mereka bicarakan tadi, tapi Adrea yakin jika buku ini tidak benar.

Tertulis alasannya adalah karena peristiwa masa lalu saat kuliah dan menjadi mahasiswa si universitas yang sama. Adrea tau bahwa mereka tidak pernah berada di universitas dalam waktu bersamaan.

"Jika ini dimanipulasi lagi, apa yang sebenarnya mereka bicarakan?" Adrea kembali membaringkan tubuhnya ke ranjang.

Suara pintu kamar mandi terbuka membuyarkan skenario dari buku. Adrian keluar dari kamar mandi dengan handuk melilit di pinggang sampai lutut. Rambutnya yang basah dan tetesan air mengalir di perut serta punggungnya membuat jantung Adrea berdetak kencang.

Adrea semakin dibuat ketar-ketir kala Adrian berjalan ke arahnya. "Sial, kenapa dia terlihat semakin tampan dengan luka-luka itu? Haruskah aku memukulinya lagi setelah sembuh?"



*
*
*
*
*



To be continue 😉

Rada pusing dikit, hehe.
Jujur aja setiap mencapai bab lebih dari tiga belas, aku selalu mengalami yang namanya writer's blok. Selalu gagal melebihi tiga belas bab, tapi aku berhasil sampai bab ini adalah sebuah kebanggaan tersendiri bagiku. Lop you sekebon buat kamu yang baca🫶🐍

Btw, aku izin ngk bisa up mungkin sampai Minggu depan. Karena tidak ada kuota dan aku juga lagi drop, kemarin hampir pingsan pas masak. Masakannya sampe gosong karena sibuk melawan rasa ingin pingsan🤡

Please keep stay with me 🙏🏻

Tunangan Pemeran Utama Laki-lakiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang