✨ Happy Reading ✨
"Jangan mengagetkanku seperti itu," Adrea menarik kembali pisaunya saat melihat Adrian lah yang memeluknya dari belakang.
Kemudian dia berbalik dan melanjutkan pekerjaannya.
Adrian berdiri di belakang Adrea dan memegang pinggiran meja. Membuat Adrea terjebak di antara dirinya dengan meja. Dia membungkuk sedikit, meletakan dagunya di bahu Adrea.
"Ian, jangan seperti ini," Adrea sedikit memberontak.
Adrian tidak menggubrisnya. Adrea hanya menghela nafas, tidak mau menimbulkan keributan yang akan menarik perhatian lebih banyak orang.
"Ish, perih," keluh Adrea setelah selesai memotong bawang.
Adrian membawa Adrea ke wastafel untuk mencuci tangannya, "sudah, biarkan yang lain meneruskan," ucapnya menggandeng Adrea pergi dari dapur menuju taman samping.
Di sana telah ada Asisten Fala yang sedang duduk di bangku sudut taman di bawah pohon.
"Kau sedang apa?" Tanya Adrian saat telah duduk bersama Adrea di samping Asisten Fala.
"Berkencan," jawab Asisten Fala. Sedikit malas dengan sepasang kekasih ini.
"Di mana pacarmu?" Tanya Adrea celingukan kesana-kemari.
Adrian merangkul Adrea, "Dia tidak punya pacar. Paling berkencan dengan hantu."
"Eh? Asisten Fala Indigo?"
Asisten Fala menggeleng canggung. "Makanya, kenalkan aku dengan salah seorang gadis," asisten Fala menyingkut Adrian.
"Serius?" Tanya Adrian.
Asisten Fala mengangguk.
"Oke, yang lebih tua, atau yang lebih muda?"
"Yang mana saja. Cinta tak pandang umur." Jawab Asisten Fala dengan yakin.
Adrea membulatkan matanya, "serius?" Tanya Adrea.
Asisten Fala mengangguk lagi.
"Kalau begitu, menikahlah dengan nenekku, dan jadilah kakekku!"
"Pasangan menyebalkan!" Umpat Asisten Fala meninggalkan mereka berdua.
"Apa aku salah? Dia bilang umur bukan masalah 'kan?" Adrea menoleh pada Adrian.
Adrea baru menyadari sesuatu, bagian bawah mata Adrian terlihat sedikit menghitam.
Adrian tersenyum kecil dan menggeleng. "Kamu tidak salah,"
Adrea mengalihkan pandangannya, "Jadwal hari ini apa?" Tanya Adrea.
"Tidak ada. Mama dan beberapa karyawan sedang mempersiapkan acara nanti malam yang akan di adakan di hotel. Juga, sisanya tidak tau, mungkin punya jadwal sendiri." Jawab Adrian memeluk Adrea dari samping dan meletakkan kepala di pundak.
"Kita?" Tanya Adrea.
"Mama meminta untuk berkunjung ke rumah kakek dan menjemputnya."
Adrea mengangguk. "Tapi kenapa Kakek kamu tidak tinggal di sini?"
"Villa-nya terlalu luas. Nanti akan kesepian katanya."
Adrea ber oh ria. Kemudian dia teringat akan tujuannya untuk bertemu dengan Adrian
"Ian," panggil Adrea.
Adrian hanya berdehem sebagai balasan.
"Apa kau melihat dua buku di atas kasur kemarin malam?"
"Emm, ada dalam kopermu." Adrian memejamkan matanya.
Jantung Adrea berdegup kencang. panik, bukan jatuh cinta. "Kau membacanya?"
"Baca, tapi kosong, jadi apa yang mau dibaca?" jawab Adrian mengencangkan pelukan.
Adrea bernafas lega. Dia teringat lagi dengan ucapan Adelia semalam. Dia dengan memberanikan dirinya bertanya pada Adrian.
"Ian, apa yang dimaksud Adelia semalam?" Tanyanya dengan hati-hati.
Adrian tidak merespon apa-apa. Hanya terdengar suara napas teratur, pelukannya juga melonggar, serta berat badan Adrian tertumpu pada bahu Adrea. Adrian telah jatuh tertidur akibat kurang tidur untuk merawat Adrea.
Adrea menghela nafas, "kenapa harus sekarang coba?!"
*****
Adrea ke luar dari mobil lebih dulu dan membanting pintunya.
Adrian menghela nafas melihat tingkah Adrea. Mereka telah sampai di kediaman pribadi kakek Adrian.
Seseorang telah menunggu di depan teras.
"Tuan muda, Nona, Tuan sedang berada di meja makan," ucapnya.
Sepertinya dia adalah salah satu pelayan di sini. Dia terlihat telah cukup berumur.
Adrian mengangguk, "Terima kasih, Paman Yan,"
Kemudian menggandeng tangan Adrea dengan paksa. Adrea masih kesal dengan Adrian yang tertidur pulas di bahunya tadi pagi. Bukan apa-apa, tapi dia masih menunggu penjelasan tentang ucapan Adelia semalam. Belum dijelaskan sampai saat ini.
"Adrea!" Panggil Tuan Mardinata—kakek Adrian. Dia terlihat riang melihat tunangan cucunya, Adrea.
"Kakek, apa kabar?" Mood Adrea langsung berubah. Di “Badai” tertulis Adrea sangat di sukai oleh kakek Adrian. Pernikahan Adrian dengan Thania juga dilaksanakan dengan tidak direstui oleh kakek Adrian.
"Kakek baik. Kakek merasa sangat sehat setelah bertemu kamu," jawab Kakek Adrian.
Adrian memutar bola matanya. Malas mendengar itu. Ia salah merasa seperti Casper ketika Adrea bertemu keluarganya.
"Sini, duduk di samping kakek,"
Adrea melangkah ke arah kakek Adrian dan duduk di bangku sampingnya.
Kakek Adrian mengetuk-ngetuk tongkat kayu pembantu berjalannya ke lantai. Ia memang sudah kesusahan berjalan, tapi masih bisa. "Adrian, apakah kamu sedang ambeien? Atau apakah ada bisul di pantatmu yang membuatmu kesulitan duduk?"
Adrian akhirnya merasa seperti manusia. Ia menghela nafas dan duduk di hadapan Adrea, terpisah oleh meja satu meter.
Adrea memejamkan matanya. Menahan diri untuk tidak tertawa. "Rasakan itu!" Adrea merasa sedikit puas melihat wajah masam Adrian yang tidak marah terhadap kakeknya.
"Adrea, apalagi yang di lakukan bocah ini padamu hingga kamu kesal?" Tanya Kakek Adrian. Ia mendengar dari Paman Yan bahwa Adrea keluar dengan muka cemberut dari mobil.
Lagi-lagi Adrea memejamkan matanya. Menahan tawa. "Dia membuat bahuku sakit. Dia juga membuatku kelaparan tadi pagi," ucapnya dengan wajah sedih seolah telah di aniaya oleh Adrian.
Adrian mendelik pada Adrea, kemudian menggeleng panik menatap kakeknya, "Tidak, bukan begitu maksudku."
Adrian berusaha membela diri, tapi Kakeknya sempat melihat delikannya pada Adrea dan menganggap dirinya sedang mengancam Adrea.
Kakek Adrian mengangkat tongkatnya dan memukul bahu Adrian. "Akh!"
Adrea menunduk. "Sungguh pemandangan yang indah." Dia tersenyum.
Kakek Adrian melihat Adrea menunduk mengira telah terjadi hal yang lebih jauh. Tadinya dia mengira hanya bahunya yang sakit karena di gunakan Adrian untuk bersandar, tapi mungkin telah terjadi sesuatu yang lebih jauh.
"Kau apakan anak orang, Adrian!"
*
*
*
*
*To be continue 😉
Maaf chapter hari ini pendek. Aku nggak ada improvisasi lagi. Soalnya lagi nggak enak badan, hehe. Kemungkinan besok juga update-nya pendek.
Nantikan update Chapter berikutnya besok, ya🤗
KAMU SEDANG MEMBACA
Tunangan Pemeran Utama Laki-laki
Подростковая литератураReina. Bertransmigrasi ke tubuh tunangan pemeran utama laki-laki. Di dunia pertamanya, Dia mati karena menyelamatkan seseorang bocah kecil-tetangganya. Sebelumnya, dia telah berkonflik dengan Papa, istrinya, dan anak-anak haram mereka. Orang-orang t...