1 : Lupa derajat

20.5K 920 23
                                    

Seorang gadis berambut sebahu itu membenturkan kepalanya ke atas meja.

"Udahlah, Re. Rusak mejanya nanti. Susah sendiri," ujar gadis yang duduk di seberang meja.

"Sialan Lo!" Bentak Renia yang mengundang perhatian pengunjung kafe tak jauh dari mereka.

"Ya makanya, lo kenapa sih? Udah kayak orang stres aja." Ujar Silvi dengan jujur.

"Bukan lagi kayaknya, gue rasanya udah gila." Jawab Reina kemudian kembali membenturkan kepalanya. Kali ini lebih keras.

Suara benturannya mengundang perhatian seluruh pengunjung kafe. Beberapa pelayan kafe menatap dengan sinis, takut mejanya rusak.

"Lo kenapa sih?!" Tanya Silvi cemas campur gemas.

"Sil...." Renia tak mampu lagi menahan, akhirnya menumpahkan air matanya.

Silvi diam saja, tapi raut wajahnya khawatir.

"Lo tau 'kan, Mama baru aja meninggal seminggu lalu," Renia diam sebentar dan memandang Silvi. Silvi mengangguk. Dia tau, Ibunya Renia telah meninggal Minggu lalu akibat gagal jantung.

"Satu Minggu, Sil, Pria Bajingan itu udah bawa simpanan dan anak haramnya ke rumah Mama." Ucap Renia dengan wajah marah.

Wajah Silvi terkesiap. Tidak menyangka kalimat-kalimat itu keluar dari bibir Renia. Dia tidak pernah melihatnya seperti ini.

"Sialan, brengsek, bajingan! Sakit, Sil," Renia menangis tergugu sembari menepuk dadanya yang terasa sesak.

"Re," Silvi tidak mampu berkata-kata.

"Mereka bahkan udah punya anak! Bukan satu atau dua tahun, Sil. Lima bulan, cuman lima bulan bedanya sama gue!" Renia berteriak.

Seluruh orang di kafe menatap iba padanya. Termasuk para pelayan yang takut mejanya rusak. Bahkan ada beberapa orang yang ikut menangis. Ikut merasakan perasaan Renia. Senasib.

"Sialannya lagi, lima tahun Mama menanti anak sama Dia. Padahal Mama bisa aja cari pria lain, tapi Mama tetap setia sama Dia. Setiap periksa ke dokter, Mama normal, cuma dia yang mandul! Lucu banget! Brengsek yang nggak tau di untung.

"Dia yang mandul dan pengen punya anak, dia juga yang selingkuh." Renia tertawa.

"Biaya pengobatan dia bahkan Mama yang tanggung. Uang Mama. Bahkan rumah tempatnya tinggal sekarang, rumah yang ingin dia tinggali sama penggoda dan anak haramnya itu atas nama Mama. Perusahaan itu juga punya kakek, orangtua Mama.

"Mama bodoh banget karena mau sama dia, tapi Dia jauh lebih bodoh karena udah menyia-nyiakan mama. Entah pelet atau gimana.

"Emang pada dasarnya orang kolot! Hanya karena gue cewek, dan dia pengen anak cowok, pas USG dia malah cari cewek lain. Pengobatannya hanya sampai di usia kandungan lima bulan. Efeknya nggak permanen. Setelah memastikan kandungan Mama kuat, Dia berhenti terapi. No, bukan berhenti, tapi diberhentikan. Uang dari Dia kalau mau lanjut?

"Bodoh tetaplah bodoh! Efeknya bertahan sampai bulan keenam. Si sialan itu menghamili wanita PSK,"

"PSK?" Silvi menyela.

Renia mengangguk, "Iya, Sil, pekerja sex komersial!"

"Tau! Tapi lo dapat info dari mana kalau wanitanya PSK?" Tanya Silvi. Wajahnya terlihat kesal.

"Dari surat yang ditulis Mama. Seminggu sebelum dia meninggal. Mama udah tau enam bulan sebelumnya. Dia cross check."

Renia melanjutkan sebelum Silvi menyahut, "Iya. Dia Wanita penghibur di club malam. Pria picik itu mungkin berpikir kalau dia normal permanen tanpa terapi."

Silvi terdiam sejenak.

"Re, itu hanya dari satu sudut pandang. Cuman dari sudut pandang Mama lo." Ujarnya.

Renia mengernyitkan dahi. "Maksudnya?"

"Mungkin dari sudut pandang pihak ketiga berbeda, Re!"

Amarah Renia yang tadinya sudah mulai tenang kini kembali meninggi.

Kring...

Suara lonceng pintu memecah keheningan. Ada dua empat orang yang masuk. Sebuah keluarga kecil. Sepasang suami istri dan dua anak laki-laki.

Amarah Renia semakin menjadi-jadi kala melihat mereka.

Ayahnya, wanita simpanan dan anak-anak haramnya.

"Mami, papi?" Silvi refleks menyapa mereka.

Otak Renia blank. Berusaha mencerna apa yang terjadi.

Pria yang di sebut brengsek oleh Renia itu tersenyum, "Wah, kalian sudah duluan kesini?"

Mereka berempat menghampiri meja Renia dan Silvi, kemudian bergabung dengan mereka.

"Baguslah, kalian akur-akur, ya. Anak-anak papa." Ucapnya.

Tiba-tiba saja pengunjung kafe berseru terkejut. Kemudian saling berbisik menyudutkan Silvi.

"Dih, pantas aja tadi dia bilang jangan lihat dari sudut pandang satu orang aja. Ternyata, oh ternyata, nyokapnya yang jadi selingkuhan." Ujar salah seorang pengunjung yang sengaja di keraskan guna menyindir Silvi dan ibunya.

Papi Silvi itu terpancing amarahnya. Apa-apaan dia membicarakan tentang keluarganya.

Renia tertawa terbahak-bahak. Seorang pemuda bangkit dan memeluknya. Menenangkan Renia.

"Terus maksud lo Wanita penghibur ini mungkin aja nggak salah? Dia penggoda, PSK! Dan pria brengsek ini juga tergoda. Tidak ada yang bisa di benarkan dari perselingkuhan! Entah karena bosan atau semacamnya. Lo kira ini masa kerajaan? Pakai selir-seliran? Raja itu bagi orang yang berkuasa, kuat, cerdas, dan punya kemampuan. Dia, sih, nggak pantas walau hanya buat bersihin sepatu raja." Ucap Renia menohok.

Dia sedikit shock karena sahabat baiknya adalah salah satu anak haram papa dan wanita udiknya.

Beberapa berseru setuju.

Wajah ayah Silvi menggelap.

"Mami bukan PSK! Ibu kamu aja nggak bisa kasih keturunan laki-laki."

Orang-orang tertawa.

"Dih, dibilang juga bapaknya yang mandul."

"Iya, aku juga mandul, terapi hormon biayanya nggak kecil lho. Punya anak satu aja udah cukup. Nggak mampu aku."

"Aduduh, itu anaknya yang laki nggak ada yang mirip sama bapak atau ibunya. Jangan-jangan, anak adopsi." Seorang ibu-ibu yang memang terkenal karena mulut pedas ikut berkomentar.

"Mereka anak aku! Keluar dari rahimku." Ujar Mami Silvi.

"Wah! Suami orangnya 'kan, mandul, itu anak siapa, dong?" Sahut ibu-ibu itu lagi.

Para pengunjung kafe saling berbisik.

Kring...

Suara lonceng kembali berbunyi seorang remaja laki-laki datang menghampiri Renia. Pemuda yang sedari tadi memeluk Renia melepasnya. Renia bangkit dari duduknya.

"Tunggu surat dari pengacara kami." Ujarnya menggandeng Remaja tadi dan pergi.

"Tunggu!" Pemuda yang memeluk Renia mencegah. Kemudian dia memberikan sebuah paper bag, "Nggak usah mikirin mereka. Nggak perlu balas dendam berlebihan. Sanksi sosial adalah yang terbaik," ujarnya sambil tersenyum.

"Iya, dek, akun gosip punya bahan sekarang. Saya lagi live. Niatnya mau mereview menu disini, taunya ada orang yang kelakuannya minta di review." Ucap ibu-ibu yang tadi menjulid pada mami Silvi.

*
*
*
*
*

Note : Update setiap Rabu, Kamis dan tentu Sabtu Minggu untuk menemani Para jomblo😹. Jadi, empat Part setiap Minggu.

Tunangan Pemeran Utama Laki-lakiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang