27. rumor masa lalu Adrian dan Adean

144 31 2
                                    

_Finally gue update, semoga kalian nggk ngomel² karena jarak up gue panjangggg banget. Sebenarnya aku ada rencana untuk unpublish cerita ini 😭😭, but happy reading 😘

*
*
*

"Ya ampun, manis sekali, hahahaha." Asisten Fala tertawa terbahak-bahak. Menertawakan nasib bosnya yang malang.

Adrian memandang datar pada Asisten Fala. Matanya menampilkan ancaman yang dapat dibaca oleh Asisten Fala.

Asisten Fala tersedak ludahnya sendiri. Ia lupa bahwa yang ditertawakannya bukan hanya seorang teman, melainkan juga seorang atasan.

"Bonusnya mau ditarik kembali?!" Kurang lebih, itulah arti tatapan mata Adrian.

"Lihat, apa-apaan jaket itu? Bukankah itu jaket couple yang menyebabkan desas-desus hubungan spesial kalian berdua?" Adelia bertanya.

Hyuka yang duduk di samping Rafka juga menyahut, "Ya, gila sekali memakai jaket ini kemari, tapi lebih gila lagi orang yang mengusulkan untuk memakai jaket ini."

Adrea yang secara tidak langsung disebut, membulatkan mata. Jengkel karena dikatai gila, dan ia sama sekali tidak tau gosip tentang hubungan spesial antara tunangannya dengan sang kakak.

"Hubungan spesial?" Adrea bergumam lirih.

"Ah, itu, tidak penting," Adean buru-buru menyangkal.

"Kalian mau sampai kapan berdiri?" Tiara, resepsionis baru yang juga ternyata mantan pacar Asisten Fala menginterupsi pembicaraan.

Mereka segera duduk bergabung Asisten Fala, Tiara, Adelia, Rafka, Hyuka dan tiga lainnya.

Panitia menyiapkan meja bundar besar yang bisa digunakan berkelompok di urutkan berdasarkan nomor yang di dapat saat sampai. Namun, ada satu masalah, saat Adrea juga mau bergabung karena ia datang bersama Adean dan Adrian, kursinya tidak cukup. Kurang satu. Satu kelompok di isi sepuluh orang.

"Kursinya tidak cukup, kamu sebaiknya menghubungi panitia," ujar salah seorang wanita penghuni kursi di samping Hyuka.

"Kenapa aku harus repot-repot dengan reuni menyebalkan ini? Aku hanya plus one," Adrea bergumam. Gumamannya masih bisa di dengar oleh semua orang di meja, karena kebetulan musik sedang berhenti sejenak.

Adrea dengan seenak jidatnyabduduk dipangkuan Adrian. Biarkan laki-laki ini kakinya kesemutan. Adrea jengkel sekali terhadapnya. Terlebih lagi, tiga orang lainnya yang duduk bersama mereka adalah sekumpulan bebek berisik yang restoran tempo lalu.

Salah satu dari mereka berbisik ke wanita di sebelahnya. Adrea yakin, yang dibisiki itu adalah yang di panggil Sil.

"Apa maksud dari hubungan spesial itu, Adelia?" Adrea bertanya.

"Sudahlah Adrea, hanya gosip tidak jelas." Adrian berujar.

Adrea mendongak, menatap Adrian dan memelototinya. Matanya berkata, "Diam, dan tutup mulutmu! Jangan ganggu aku."

Asisten Fala, Rafka, dan Adelia saling berpandangan. Kemudian mereka tertawa terbahak-bahak. Tidak ada yang mau menjelaskan hingga akhirnya salah seorang dari ketiga orang asing itu membuka suara.

"Kamu tidak tau? Ada rumor yang mengatakan bahwa mereka adalah sepasang kekasih," ujar seorang wanita dengan kaus seragam olahraga tenis.

Adrea terkesiap. Ia menunduk, menyembunyikan tawanya.

"Benar, Syasya, aku ingat sekali saat mereka terkunci di ruangan dokumentasi di perpustakaan. Heboh sekali saat itu," sahut Hyuka.

Adrea menatap wanita berpakaian tenis yang dipanggil Syasya oleh Hyuka. Mirip dengan orang yang dipilihkan oleh panitia untuk bersama Adean. Mungkin memang orang yang sama.

"Oh iya, kalian dulu adalah kelompok anggota klub tenis, ya? Kalian memenangkan mendali emas melawan sekolah depan." Tiara bertanya.

Syasya dan seorang di sebelahnya mengangguk.

"Itu dulu juga heboh sekali. Mereka tidak terima hanya mendapat mendali perak. Sempat diajak duel juga kalau tidak salah. Sengklek memang," sahut Asisten Fala.

"Oh iya, aku kira Adrian akan memakai jas pangeran. Dulu kau sangat terkenal dengan pangeran sekolah. Sangat menawan, sekarang semakin tampan saja kau," ucap wanita di samping Syasya.

"Ya ampun, dia adalah pangeran paling fenomenal sepanjang aku mengajar sajauh ini, Vani." Ujar salah satu guru yang pernah mengejar mereka yang juga diundang. Ia duduk di salah satu kelompok dekat kelompok Adrian.

"Ya, siapa yang tau kalau siswa yang acuh seperti dia akan banyak yang menyukainya. Sebelum dia, biasanya yang dinobatkan pangeran sekolah adalah orang yang baik, ramah, dan aktif di OSIS," salah satu guru juga menyahut.

"Apa Adrian tidak baik selama sekolah?" Adrea tiba-tiba bertanya. Menimbulkan tawa seluruh meja.

"Adrian baik, kok. Baik sekali malah. Ia selalu menolongku saat aku dibully," ucap seorang wanita berpakaian ala princess Disney yang tadi dibisiki oleh yang berkostum tenis.

"Ya, Adrian selalu membantu Silvi saat ada yang merundungnya." Syasya berkata dengan penuh semangat.

Adrea menundukkan kepala, matanya melotot. Ia kesal, karena bebek pick me ini namanya adalah Silvi. Apakah semua Silvi seperti ini? Ia jadi teringat akan anak psk di dunia Renia dulu.

Adrian yang mengira Adrea marah segera memeluk Adrea dan berbisik, "Jangan berpikir yang aneh-aneh. Aku cuman kasihan, dan itu juga menganggu pemandangan."

Adrea mengangkat kepalanya kembali. Menatap Silvi dari ujung kepala hingga ujung kaki.

"Apa dia mengira Adrian akan memakai kostum pangeran hingga dia memakai baju putri-putri begitu? Mimpi saja dia," Adrea mengejek Silvi dalam hati.

"Jika Adrian adalah pangeran, siapa yang jadi putri?" Adrea bertanya memancing.

"Bukankah sudah jelas. Dia Silvi, dia memakai kostum princess sekarang. Dia identik dengan itu dulu." Vani langsung menyambar umpan.

"Apa gelar ini sangat spesial?" Adrea bertanya lagi.

Asisten mengangguk. "Benar,"

Adrea tertawa, "Sebenarnya, apa saja kualifikasi tentang menjadi princess di sekolah ini?"

"Sebenarnya dulu itu banyak kandidat putri sekolah. Setiap angkatan punya orang yang disebut putri sekolah. Tapi berbeda dengan putri, pangeran hanya punya satu kandidat. Hanya ada Adrian, dan semuanya setuju." Asisten Fala menjelaskan.

"Bahkan Adean?" Adrea tidak percaya.

"Ya, dulu pak Adrian sangat bersinar. Banyak juga yang jatuh cinta pada Adean, menganggapnya sebagai pangeran, dan Adrian, semua orang memanggil Adrian sebagai King," Tiara berucap dengan santai.

"King?" Adrea benar-benar tidak percaya dengan apa yang didengarnya.

Adrea teringat akan tujuan awalnya. "Spesial, tapi banyak yang mendapatkannya?"

Adrea dapat melihat perubahan raut wajah ketiga orang dihadapannya. Ia tersenyum tipis.

"Ya, rasanya tidak terlalu spesial. Aku juga pernah mendapat gelar putri oleh teman-teman sekelas ku," ujar Adelia.

Tiara mengangguk, "aku juga dapat,"

"Ternyata tidak sepesial itu. Pantas saja, aku baru kali mendengar seorang putri sekolah dibully," Adrea sedikit berbisik. Lagi-lagi keberuntungan berpihak padanya. Musik kebetulan sedang berhenti dan membuat satu meja mendengarnya dengan jelas.

"Aku sebenarnya mau pakai kostum putri hari ini, tapi aku merasa, aku tidak pantas. Walaupun dulu aku pernah dilabeli sebagai princess, masih ada yang lebih baik dibanding aku," ucap salah seorang di meja tidak jauh dari kelompok Adrea. Mereka sepertinya juga sedang membicarakan tentang pangeran dan putri sekolah.

Perubahan wajah ketiga bebek itu semakin terlihat. Adrea bersandar di dada bidang Adrian. Ia Tidak mau menyia-nyiakan kesempatan, "Siapa saja bisa jadi putri asal perempuan. Ku kira ada kualifikasi tertentu, bagaimana bisa seorang putri dibully dan tidak bisa membela dirinya sendiri, bahkan harus menunggu uluran tangan dari sang pangeran," Adrea melanjutkan dengan kepala tertunduk.

*
*
*
*
*

Vote Komen nggk lu?! Kalau nggk, gue update-nya tahun depan lagi aja🗿. Atau unpublish beneran aja ya?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 11 hours ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Tunangan Pemeran Utama Laki-lakiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang