☁️Happy reading☁️
"Syukurlah, Adrian punya kepala yang keras," celetuk Adean setelah dokter yang dipanggil Adrian pergi.
Adrian menatap tajam ke arah Adean.
Adean menelan ludah dengan kasar. Ia menyunggingkan senyum terpaksa, "Tidak, bukan begitu maksudku. Syukurlah kau bersikeras membawa Adrea kemari. Kalau di rumah kami lain lagi ceritanya."
Brak...
Pintu ruangan khusus kesehatan terbuka dengan kasar.
"Apa? Di mana Adrea? Dia kenapa lagi?" Ayah Adrea datang dengan napas tersengal. Ia baru saja menurunkan satu kaki keluar mobil depan kantornya saat menerima kabar jika Adrea kembali down. Ditambah, ia lupa jika akses menuju ke ruangan itu ada lift-nya, alhasil ia berlari naik tangga.
Mereka semua menghela napas.
Papa Adrian segera menyeret ayah Adrea keluar dari ruang medis diikuti oleh mama Adrian yang juga pamit. Ada hal penting lainnya yang harus ditangani.
Adrea hanya tertidur sebentar, tidak seperti sebelumnya. Adrian menangani Adrea tepat waktu.
"Kenapa bisa begini?" Tanya Adean memecah keheningan.
"Entahlah, aku tidak yakin, tapi ada kemungkinan bahwa Adrea mengingat tentang masa sekolah lebih detail. Ingatannya telah menyatu," ujar Adrian.
Dahi Adean mengerut, "Tapi apa yang memicunya? Adrea tidak bertemu dengan orang-orang masa lalunya. Tidak mungkin 'kan, jika hanya mendengar kabar reuni kita yang bahkan bukan tempat yang pernah dia kunjungi?"
"Itulah pertanyaannya, Ad. Apa yang memicunya?"
*****
"Tidak mau, Ian. Tidak mau!" Adrea berseru jengkel ketika Adrian dengan semangatnya menunjukkan barang-barang couple yang telah Ia beli untuk reuni.
"Tapi kamu sudah setuju kemarin, Rea." Adrian merenggut.
Adean terkikik geli, "Sudahlah, Rian, menyerah saja. Adrea pergi sama aku saja," Ia semakin memanasi Adrian.
Adrea tidak menghiraukan keduanya. Ia sibuk mengunyah buah yang telah dikupas dan dipotong oleh kedua babunya.
"Tuh, Adrea setuju. Ajak Adelia sana." Adean berseru kemenangan ketika melihat Adrea tidak menyangkalnya.
Adrian menggeram marah. Ia menatap Adrea penuh harap, tapi ia diacuhkan oleh sepasang kembaran tersebut.
Adrian bangkit dari duduknya dengan kasar. Ia melangkah keluar dari ruangan dimana Adrea dirawat dengan menghentakkan kaki di setiap langkahnya dan menutup pintu dengan kasar.
Sebelum benar-benar keluar, Adrian berujar, "Awas, kalian."
"Dia kenapa?" Adean terbengong melihat tingkah Adrian.
Adrea menatap datar ke arah Adean, "Ngambek, mungkin."
"Sudahlah, lupakan dia. Ayo pilih barang couple untuk reuni." Adean mengambil ponselnya dan mengunjungi sebuah website, membuka online store salah satu merek terkenal kesukaannya.
"Tidak butuh. Kau sering pakai jaket ke SMP 'kan, jaketnya masih ada. Lagipula jaket couple denganku," ucap Adrea.
Adean shock. Apa katanya? Jaket favoritnya saat SMP? Memang masih ada, sih, tapi, itukan saat SMP! Sekarang ia sudah selesai sekolah dan telah bekerja.
"Setidaknya kita buat ulang lagi desainnya dengan ukuran yang sekarang,"
Adrea menggeleng. "Jika tidak mau, aku tidak jadi pergi," ancam Adrea.
Tidak ada kerugian untuknya. Dia tidak mau pergi dengan Adrian karena dia terlalu bersemangat, terlihat sangat menyebalkan dan menggangu pandangan matanya.
Sedangkan untuk setuju pergi bersama Adean adalah ia sedikit penasaran dengan wanita yang dipanggil Sil di restoran saat itu.
Adean menghela napas kasar. Ia menghubungi bibi Ann untuk mencuci ulang jaket yang akan mereka gunakan untuk reuni.
Kesempatan ini tidak akan datang dua kali. Ia akan memanfaatkan ini untuk mengolok-olok Adrian yang tertolak oleh Adrea untuk kesekian kalinya.
*****
Tibalah saatnya untuk reuni. Adrea jadi berpasangan dengan Adean, dan sudah di konfirmasi dengan admin instaTon di sebuah postingan. Mereka benar-benar menggunakan jaket SMP sebagai barang couple-nya.
Sialnya, Adrian mendengar obrolan mereka tempo hari dan dia sedang mematut diri di depan cermin dengan jaket couple.
"Jadi, ayo berangkat. Fala pergi bersama mantannya. Adean, kamu yang menyetir," ujar Adrian dengan senyum mengejek yang dihadiahi tatapan malas dari si pasangan kembar.
"Sial, kenapa aku bisa lupa kalau dia juga punya jaket yang sama," gumam Adrea.
"Sudahlah jaket ngepress badan, jadi trio pula. Kenapa kau tidak mendengarkanku? Jadi seperti ini kan," adean menghela napas berat.
"Mana aku tau dia menguping! Jangan bilang asisten fala juga punya jaketnya." Adrea menggerutu. Ia berjalan menuju mobil dan duduk di kursi samping kemudi.
"Hei! Kamu duduk di belakang, bersamaku." Adrian berseru. Ia sudah duduk anteng di kursi penumpang.
Adrea dan Adean hanya meliriknya sekilas dan tidak menghiraukan."Fala tidak punya yang seperti kita, tapi kamu juga tidak punya yang seperti kami."
"Kalian... Tunggu waktu yang tepat, waspadalah." Adrian lagi-lagi tidak ditanggapi. Kedua orang didepannya kompak menganggap Adrian sebagai makhluk halus.
*****
Semua pasang mata tertuju kepada mobil yang ditumpangi oleh Adrea, Adean serta Adrian. Mobil mereka baru saja tiba.
Adean segera turun dan membukakan pintu mobil untuk Adrea.
"Cih, si lambat Adrian tidak pernah melakukan ini." Adrea berbisik pada Adean, ia mengeluh.
"Baik, tinggal pasangan terakhir yang kita tunggu. Tinggal ... Ya, master hari ini, tuan muda Adrian. Saya penasaran dia akan datang bersama siapa, karena tunangannya datang bersama saudara kembarnya, Adean." Pembawa acara menginterupsi pembicaraan keduanya.
Adrian sendiri belum juga keluar dari mobil. Ia sibuk memberikan sumpah serapah untuk Adean yang lelah mempengaruhi pikiran Adrea untuk berpaling.
"Baik, untuk Adean dan nona Adrea, silakan naik ke atas panggung untuk berfoto bersama. Fotonya akan dipajang di album dan dipamerkan kepada murid sekolah ini sebagai motivasi, karena para alumninya telah sukses. Walaupun aku tidak terlalu sukses karena hanya menjadi seorang supir," ucap Hyuka, seorang alumni keturunan korea, pembawa acara reuni kali ini.
"Jangan gila, Hyuka," seseorang menimpali dari bawah panggung.
"Hei! Apa salahku? Benar bahwa aku seorang supir. Supir untuk pesawat." Hyuka berkilah.
Para alumni lainnya tertawa. Mereka kurang mengetahui kabar serta sudah menjadi apa teman-teman lainnya karena kurang komunikasi. Selain itu, reuni kali ini bukan hanya untuk satu kelas, melainkan satu angkatan. Banyak yang tidak saling mengenal.
Adrea dan Adean berjalan menuju panggung. Adrian dengan terburu-buru keluar dari mobil dan segera menyusul keduanya. Kejadiannya sangat tiba-tiba dan membuat mereka yang menyaksikan terpekik kaget, terutama ketika melihat jaket yang mereka kenakan.
"Apa?! Nona Adrea datang untuk dua orang. Wah, sungguh hal yang langka sekali, tuan muda Adrian mau mengalah untuk temannya yang masih tidak punya pasangan," ujar Hyuka dengan mulut kurang ajarnya yang dengan kontan mendapat hadiah kunci mobil dengan gantungan miniatur sendal yang terbuat dari stainless steel berukuran sedang melayang mengenai wajahnya oleh Adean.
Semua orang menahan tawa. Pemandangan yang biasa mereka lihat saat masih SMP dulu.
*
*
*
*
*TBC
Salam maaf, Ily:)
Maafkan typonya juga, hehe
KAMU SEDANG MEMBACA
Tunangan Pemeran Utama Laki-laki
JugendliteraturReina. Bertransmigrasi ke tubuh tunangan pemeran utama laki-laki. Di dunia pertamanya, Dia mati karena menyelamatkan seseorang bocah kecil-tetangganya. Sebelumnya, dia telah berkonflik dengan Papa, istrinya, dan anak-anak haram mereka. Orang-orang t...