"Sialan, yang bener aja!?" Renia menjambak rambut yang sebelumnya hanya sebahu kini mencapai pinggang.
"Untung sempat disidang dulu itu para makhluk nggak tau diri. Jadi mampus! Enak aja mau hidup dengan harta mama." Renia menjatuhkan tubuh barunya ke atas ranjang.
"Tapi gue belum sempat lihat mereka hidup miskin. Sebulan cukup kok buat seneng liat mereka menderita. Gue juga belum sempat buat taman impian Mama." Renia menghela napas.
Setidaknya, harta serta aset Mama tak ada satupun yang jatuh ke tangan manusia-manusia lupa diri itu. Karena memang dari awal pria itu bersama mama, dia hanya membawa tubuhnya saja. Benar-benar tak ada satu rupiahpun yang diberikannya kepada Mama yang benar-benar hasil jeri payahnya. Dia tidak berhak menerima harta gono-gini.
Perusahaan yang di kelola Mamanya juga telah di ambil alih oleh kakek Renia dan akan di kembalikan ke Renia jika telah mampu. Tapi malang, bahkan sebelum belajar berbisnis Renia telah mati lebih dulu.
Renia mati setelah menolong anak tetangga tepat di depan gedung persidangan. Silvi. Orang yang sempat di anggap Renia teman itu merasa tidak terima kala tidak mendapat sepeserpun dari harta Renia.
Silvi secara impulsif mendorong bocah laki-laki anak tetangga Renia yang menemani dan ikut memberi kesaksian ke tengah jalan. Kebetulan sedang ada aksi pengejaran penjahat oleh pihak kepolisian. Kebut-kebutan di jalan.
Renia tertawa dan bergumam," Tolol. Ngapain coba ngelakuinnya di depan gedung persidangan dan di saksikan banyak orang. Pasti langsung disidang lagi karena kasus pembunuhan. Masa yang suram. Hancur!"
"Tapi gue pengen tau siapa bapak adik-adiknya." Gumam Renia.
Brak....!
Pintu kamar Renia terbuka dengan kasar. Ayah dari Pemilik tubuhnya yang sekarang berdiri di ambang pintu dengan wajah datar.
"Dimana ponselmu?" Tanyanya.
"Di kolam renang," jawab Renia.
Dia menggeram. Wajahnya tidak terlihat ramah.
"Bukannya Kau melemparnya dari balkon ke kolam renang kemarin?" Renia bangkit dan berlalu menuju toilet. Tidak menghiraukan Ayahnya yang kesal.
"Adrian telah menunggu di bawah. Cepat mandi dan bersiap. Buat dirimu wangi, bersih dan berpakaian lah yang rapi." Suruhnya kemudian pergi setelah menutup pintu.
Renia menggerutu. Bisa-bisanya dia berada di sini. Di dunia yang dia tau sebagai dunia fiksi. Tubuh yang dia tempati sekarang adalah milik tunangan dari pemeran utama laki-laki.
Ia berperan sebagai gadis yang patah hati karena tunangannya jatuh cinta pada pemeran utama wanita. Dia hanya karakter pendukung. Bukan Karakter yang akan di sorot. Dia pergi keluar negeri untuk menenangkan diri. Tidak tertulis bagaimana akhir nasibnya.
Tubuh barunya adalah seorang gadis berusia dua puluh enam tahun. Sama seperti tubuhnya terdahulu. Namanya Adrea. Ia di ceritakan sebagai seseorang dengan mental seperti remaja labil yang baru saja masuk usia puber. Lantaran Ia sibuk dengan sekolahnya, ia belum pernah pacaran ataupun jatuh cinta.
Namun setelah ia diperkenalkan dan diberitahu telah di jodohkan dengan Adrian, ia mulai seperti remaja labil. jatuh cinta pada pandangan pertama. Matanya selalu berbinar kala melihat Adrian. Membuat Adrian risih.
Renia keluar sebagai Adrea.
Ia perlahan menuruni anak tangga. Ia penasaran akan rupa Adrian, Sang Pemeran Utama.
Jantung Adrea seketika berdebar kencang kala melihat sosok laki-laki yang duduk di hadapan ayahnya. Adrea sampai heran sendiri. Mungkin ini reaksi pemilik tubuh asli.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tunangan Pemeran Utama Laki-laki
Fiksi RemajaReina. Bertransmigrasi ke tubuh tunangan pemeran utama laki-laki. Di dunia pertamanya, Dia mati karena menyelamatkan seseorang bocah kecil-tetangganya. Sebelumnya, dia telah berkonflik dengan Papa, istrinya, dan anak-anak haram mereka. Orang-orang t...