MINGGU SORE

26 5 1
                                    

Sajidin menggebrak meja!

Seketika markas terasa hening. Tak ada satu orang pun yang bersuara. Di meja utama, Re diam sembari melipat tangan di depan dada. Di sebelah Re, Khozin melakukan hal yang sama. Lalu ada Tri, Asih, Ryu, Dewi, dan Shella yang duduk persis berhadapan dengan Re, Khozin, dan Gunawan. Sajidin sendiri, yang hari ini adalah harinya dia sebagai Kepala Divisi Kaderisasi, duduk menghadap ke delapan orang kawan-kawannya yang duduk saling berhadapan tadi.

Di meja yang terletak agak mepet ke dinding sebelah utara, persis bersebelahan dengan pintu masuk ruang rapat, ada lima orang anggota muda forum. Riani, Amelina, Gloria, Lisa, dan Bram sebagai satu-satunya laki-laki yang statusnya masih anggota muda, duduk dan diam tak bersuara sedikitpun. Mereka berlima agaknya mulai paham jika Sajidin sudah mulai marah seperti ini, maka diam adalah cara terbaik untuk cari selamat.

"Aku kan sudah ngomong ke kamu jauh-jauh hari. Segera urus lokasi untuk kegiatan Malam Inisiasi. Selesaikan. Konfirmasikan ke aku. Kita harus saling berkoordinasi untuk urusan yang satu ini supaya aku bisa dengan leluasa membagi kelompok. Bukan kayak gini jadinya!" sorot mata Sajidin lekat menatap Asih yang sejak tadi hanya diam dan memain-mainkan pulpennya di atas meja.

"Ya aku sudah kerja sesuai porsiku kok. Apa lagi?" Asih membela diri.

"Apa lagi? Apa lagi katamu? Aku bilang, siapkan empat tempat untuk lokasi malam inisiasi. Empat tempat. Bukan dua!"

"Maksudku, yang dua lagi bakal aku urus besok atau..."

"TELAT!"

"Kok telat?"

"Malam Inisiasi tinggal dua hari lagi, Bu Kepala Divisi Hubungan Masyarakat dan Komunikasi Eksternal Forum Penulis Barat Borneo yang terhormat! Kamu mau bikin apa dengan sisa hari yang mepet begini?"

"Aku... aku..."

"Sudahlah. Kukira..."

"Din..." Tri mengangkat tangan, "Kukira cukup. Malu. Ada anggota muda yang sore ini juga ikut rapat. Nanti kalau..."

"Biar saja! Bagus malah!" Sajidin memenggal kalimat Tri sekenanya.

"Kok bagus?" Ryu yang bertanya. Ada kerut di dahinya.

"Nanti, jika masanya sampai, mereka yang akan menggantikan kita di sini. Mereka yang akan mengurus forum ini. Jadi, biar saja mereka belajar kerja dari sekarang. Biar sekalian mereka bertanggung jawab dengan kerjaan mereka nantinya. Gak kayak..."

"Gak kayak siapa? Hah?" Asih berdiri dari duduknya.

Tri yang duduk persis di sebelah Asih segera menarik kawannya itu untuk duduk kembali. Diusap-usapnya punggung Asih agar kawannya itu bisa sedikit lebih tenang.

Sajidin yang mulai sedikit bisa mengontrol emosinya memilih untuk bangkit dari duduk dan pergi meninggalkan meja rapat.

"Kemana?" tanya Khozin ketika Sajidin lewat di belakangnya.

"Ngerokok dulu sebentar. Pusing kepalaku lama-lama di sini."

Sepeninggal Sajidin, markas kembali dilanda suasana hening. Tak ada yang buka suara untuk bercakap-cakap. Asih mengetuk-ngetukkan pulpennya ke meja. Dewi dan Shella menyandarkan tubuh ke sandaran kursi. Tri masih mengusap punggung Asih sesekali. Ryu duduk tersandar sembari memejamkan mata.

Re masih seperti tadi. Duduk diam dengan kedua tangan terlipat di depan dada. Gunawan dan Khozin saling lirik, bingung harus melakukan apa saat ini.

"Re... lakuin sesuatu dong!"

Re menoleh ke Shella, "Aku harus ngapain?"

"Ngapain kek. Ini kalo kayak gini terus, masalahnya gak bakal kelar."

MALAM INISIASITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang