KECEMASAN SAJIDIN

14 5 0
                                    

Kapal sudah meninggalkan Dermaga Rasau Jaya sekitar satu jam yang lalu. Dermaga Teluk Batang adalah tujuan sebelum nanti dilanjutkan dengan perjalanan darat menuju pusat Kota Ketapang. Sungguh sebuah perjalanan yang begitu melelahkan.

Re duduk di buritan kapal. Khozin dan Sajidin ada juga di situ. Susah payah ketiganya menyalakan korek untuk membakar sebatang rokok. Dengan sedikit upaya, rokok terbakar juga ujungnya. Lalu ketiganya sibuk memandangi busa yang menggumpal di belakang kapal. Putih bersih sebelum akhirnya pecah kembali jadi aliran air yang memanjang ke belakang.

"Kamu kenapa lagi, Re?" Khozin menghembuskan asap rokok dari mulutnya. Gumpalan kabut putih itu sungguh cepat benar hilang terbawa angin.

Re tak menjawab. Asap putih meluncur dari bibirnya yang meruncing. Matanya memicing menahan silau cahaya matahari yang memantul ke permukaan sungai.

Re paham betul arah pertanyaan Khozin barusan. Dan demi apa pun, Re tak punya jawaban apa-apa.

"Tempo hari dia bilang dia gak mau ikut kegiatan Malam Inisiasi, Re. Dia mau jaga markas saja. Kukira dia lagi ada masalah sama kamu." Sajidin memberi tahu Re sesuatu yang memang ingin segera disampaikannya kepada Re.

"Dia bilang begitu?"

Sajidin mengangguk.

"Tadi pagi juga dia ogah-ogahan gitu kelihatannya. Antara berangkat dengan gak ikhlas dan pengen tinggal saja di markas. Makanya barusan aku nanya kamu kenapa. Ini acara penting. Kalo kamu terbebani oleh masalah pribadi, imbasnya bakal gak bagus untuk kegiatan forum, Re."

Re menyandarkan tubuhnya ke dinding belakang kapal, "Ya kamu tau lah aku orangnya gimana, Zin. Aku gak bakal mencampuradukkan masalah pribadi dengan kegiatan organisasi."

"Halah... gak percaya aku."

"Kok gak percaya?" Re sontak menoleh ke arah Sajidin yang menghisap rokoknya sambil senyum-senyum.

"Ya sudah. Apa pun yang terjadi denganmu hari ini, mungkin juga kemaren-kemaren, kuharap gak sampai mempengaruhi acara kaderisasi di Ketapang nanti. Malam Inisiasi itu penting. Bukan cuma calon anggota muda yang harus fokus, tapi kita juga. Terlebih kamu, Re. Kamu ketua umum."

"Ck..." Re berdecak sekali. Rokok yang sudah tinggal puntung segera dibuangnya ke sungai, "Iya iyaaa... ngerti aku." Sahut Re dengan ogah-ogahan. Sajidin tertawa terbahak-bahak demi melihat teman baiknya itu memasang wajah manyun.

Khozin mencolek pundak Sajidin, "Eh Din... si Nita boleh juga tuh..."

"Nita? Nita yang mana?"

"Itu... Mardianita. Calon anak baru. Gimana?"

"Gila ih... tau aja kalo ada barang bening."

Khozin ngakak. Sajidin apalagi. Malah keduanya saling toast sambil terbahak-bahak.

Sementara kapal terus melaju dengan kecepatan yang stabil. Matahari mulai turun pelan-pelan. Sesekali cahayanya terhalang oleh barisan pohon nipah dan beberapa pohon liar yang tumbuh tinggi menjulang di sepanjang tepian sungai.

Sore yang indah. Sore yang menyenangkan. Sore yang mampu bikin suasana hati jadi tenang. Tapi...

Tapi tidak dengan hati Sajidin. Saat ini, Sajidin sedang menyembunyikan sesuatu dari Re dan Khozin. Sesuatu yang jika Re sampai tahu, bukan tidak mungkin Re akan marah meledak-ledak saat ini juga.

Sajidin belum mendapat kabar dari Marwan!


MALAM INISIASITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang