RITUAL

3 2 0
                                    

Pelataran belakang rumah, jam dua belas malam. Di sebidang tanah lapang, Sajidin telah menyalakan delapan batang obor yang terbuat dari bambu. Delapan bantang obor itu ditancapkan di tanah membentuk ruang empat persegi berukuran tujuh kali tujuh meter. Nyala dari delapan batang obor itu menjadi satu-satunya titik cahaya di gelap malam kali ini. Pekatnya malam ditambah dengan suasana yang hening kian membuat siapa saja akan merasa ngeri jika harus berada di sini sendirian.

"Kita kayak sedang melakukan ritual gitu gak sih?" Lisa mengedarkan pandangannya ke sekeliling. Sekuat apa pun dia menyangkal di dalam dirinya sendiri bahwa ini hanya sebuah permainan, tetap saja sesuatu yang buruk melintas di dalam kepalanya saat ini.

"Iya loh. Kita kayak sedang mengadakan persembahan untuk iblis. Pake obor segala. Sialan. Aku jadi takut." Gloria menimpali dengan suara lirih.

Re memasukkan kedua telapak tangannya ke saku celana. Saat ini, bukan rasa ngeri atau ketakutan yang menyerang tubuh Re, melainkan rasa dingin yang seolah menusuk sampai ke tulang.

"Sudahlah. Jangan berpikir macam-macam. Kita tidak akan lama di sini." Re menenangkan kawan-kawannya.

"Sssttt... itu mereka sudah datang. Ayo kita sambut." Khozin menunjuk sekelompok orang yang datang mendekat ke arah lingkaran obor.

Re, Khozin, Sajidin, Lisa, dan Gloria segera masuk ke area yang ada di dalam lingkaran obor. Di depan mereka ada meja kecil dengan enam buah amplop di atasnya. Lalu, persis di tengah-tengah bidang segi empat yang dikelilingi oleh obor, ada setumpuk kayu kering yang sedianya akan dibakar untuk dijadikan api unggun.

Enam orang calon anggota muda masuk ke dalam area. Mereka berdiri dan berbaris dengan rapi. Toro, Ana, Nita, Via, Eka, lalu Dono. Mereka berenam berhadapan langsung dengan Re yang berdiri paling tengah, menghadap langsung ke meja kecil. Di sebelah kanan Re ada Sajidin dan Gloria. Sementara itu, di sebelah kiri Re ada Khozin dan Lisa.

Semilir angin malam singgah dan mengirim sejuk yang lumayan bikin gigil. Lalu nyala api sedikit bergoyang. Suasana di sekitar nyala obor terasa begitu hening. Di kejauhan, lamat-lamat terdengar lenguh sapi peliharaan warga. Pun ada juga suara gonggong anjing yang juga terdengar sekali-sekali. Semuanya kian menambah cekam suasana.


MALAM INISIASITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang