DONO

3 3 0
                                    

"Baik. Ana, silahkan ambil satu amplop dan berikan ke salah satu temanmu kecuali Nita."

Ana bangkit dari duduknya lalu dengan perlahan dihampirinya meja kecil tempat amplop-amplop disusun. Ana mengambil salah satu amplop yang tersisa lalu kembali ke tempatnya semula.

Ana memberikan amplop yang dia ambil kepada Dono.

Dono menerima amplop dari Ana dengan sedikit rasa terkejut. Dono sama sekali tak menyangka kalau Ana akan memberinya amplop ini, alih-alih ke dua orang teman perempuannya yang belum kebagian jatah menjawab pertanyaan. Tapi Dono tak bisa menolak.

Dono membuka amplop lalu mengeluarkan kertas yang terlipat menjadi empat lipatan. Dono membuka lipatan-lipatan itu dengan perlahan.

NAMA

YUKIO MISHIMA

Dono tersenyum. Setidaknya, dibanding dengan dua pertanyaan awal tadi, pertanyaan yang ini sedikit lebih mudah sebab memang berkaitan dengan dunia tulis-menulis dan dunia kesusasteraan. Diam-diam, Dono menarik napas lega.

"Dapat apa, Don?" tanya Sajidin, seperti biasa.

Dono menunjukkan kertasnya ke Sajidin, "Yukio Mishima, Bang."

"Oke. Sebuah keberuntungan. Jelaskan!"

"Baik, Bang." Senyum Dono kembang, "Yukio Mishima, dari namanya saja kita semua sudah tau kalau tokoh kita ini berasal dari Jepang. Yukio lahir pada tanggal empat belas Januari seribu sembilan ratus dua puluh lima dan wafat pada tanggal dua puluh lima November tahun seribu sembilan ratus tujuh puluh.

Yukio Mishima adalah nama pena dari Kimitake Hiraoka. Yukio adalah seorang novelis, cerpenis, pemain drama, aktor film, dan seorang direktur film Jepang yang sangat terkenal. Yukio dianggap sebagai salah seorang penulis terbesar abad kedua puluh yang berasal dari kawasan Asia, tepatnya dari Jepang. Yukio berkali-kali menjadi kandidat peraih Hadiah Nobel. Pada tahun... nggg... sebentar Bang..." Dono garuk-garuk kepala, "tahun enam delapan apa enam sembilan ya? Aduhhh..."

Dono berhenti sedikit agak lama. Namun, sebelum Sajidin menegur lebih jauh, Dono sudah bersuara kembali.

"Don..."

Dono mengusap-usap keningnya berkali-kali, lalu akhirnya dia berhasil meyakinkan dirinya sendiri, "Oke Bang... pada tahun seribu sembilan ratus enam puluh delapan, Yukio digadang-gadang sebagai kandidat kuat peraih Hadiah Nobel namun ternyata hadiah itu diberikan kepada Kawabata. Hal ini diduga terkait dengan aktivitas sayap kiri Yukio yang dinilai sangat radikal. Yukio dianggap pernah melakukan seppuku atau ritual bunuh diri setelah percobaan coup d'etat yang gagal." Dono berhenti. Matanya beradu tatap dengan Sajidin.

"Sudah?"

"Nggg..." entah karena apa, tiba-tiba Dono merasa segala informasi tentang Yukio Mishima di dalam kepalanya seperti hilang. Dono mencoba untuk kembali berkonsentrasi. Dipejamkannya mata rapat-rapat.

"Soal karya?" tanya Sajidin. Dono seketika membuka matanya.

"Sebagai seorang penulis," Dono melanjutkan penjelasannya tentang Yukio Mishima, "banyak karya Yukio yang terkenal, di antaranya Confession of the Mask yang dirilis pada tahun seribu sembilan ratus empat puluh sembilan, lalu ada The Temple of the Golden Pavilion yang dirilis pada tahun seribu sembilan ratus lima puluh enam, dan Beautiful Star yang dirilis pada tahun seribu sembilan ratus enam puluh dua.

Yukio meraih penghargaan Shinco Prize pada tahun seribu sembilan ratus lima puluh empat, lalu penghargaan Yomiuri Prize pada tahun seribu sembilan ratus lima puluh enam, dan terakhir penghargaan Art Prize pada tahun seribu sembilan ratus enam puluh empat. Cerita pendek Yukio yang terkenal salah satunya berjudul Tujuh Jembatan yang diterjemahkan oleh Tia Setiadi. Sudah, Bang."

"Yakin sudah?"

Dono mengangguk, "Sudah, Bang. Terima kasih tadi sudah membantu mengingatkan."

Sajidin mengangguk, "Sekarang, ambilkan amplop untuk temanmu yang tersisa."

Dono berdiri dan berjalan menuju meja. Diambilnya salah satu amplop yang tersisa lalu dia kembali ke tempatnya semula. Sebelum duduk, Dono menyerahkan amplop yang dia ambil ke Eka.


MALAM INISIASITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang