7. TARUHAN

608 71 4
                                    

"Dapat ikannya?" tanya bi Irene. Ia sudah tidak sabar untuk memarahi jisoo lagi.

"ini bi ikannya".

Tangan jisoo terulur memberikan bungkus kreseknya pada bi Irene. Buru-buru wanita paruh baya itu langsung mengecek isinya, bau ikan goreng yang menyeruak hidungnya. Ia kaget, darimana jisoo mendapatkan ikan goreng khas padang. Padahal katanya ia tidak punya duit sama sekali.

"Emang saya pikirin, saya tidak peduli bagaimana caranya dia dapet ni ikan, yang penting aku bisa makan enak hari ini" gumam bi Irene.

Jisoo baru bisa istirahat di kamarnya, ia lega karena bi irene tidak hanya macam-macam. Sehingga uangnya yang tak seberapa aman di kantongnya. Dikala waktu senggangnya, jisoo menulis novel remaja. Ia menulis kisahnya dengan di tambah imajinasinya sendiri. Tulisannya belum menghasilkan uang karena ia begitu masih pemula. Meskipun begitu ia tetap menyempatkan waktu untuk menulis sebelum tidur.

Untung saja, ponsel jisoo tidak ikut kesita bank waktu itu. Ia masih bisa menggunakannya meski diam-diam. Karena kalau ketahuan tzuyu, pasti ponsel itu di rebutnya, dan rencana jisoo untuk keluar dari rumah itu secara perlahan akan gagal.

Ia ingin keluar dari rumah bi Irene kalau sudah bisa menghidupi dirinya. Tidak seperti sekarang, tempat tinggal, makan saja masih bergantung pada bi Irene.

Setelah selesai satu bab menulis novelnya, jisoo menyimpan kembali ponselnya di tempat biasa. Rasanya hari ini begitu melelahkan. Ia tidak menyangka akan ada banyak drama. Mulai di antar taehyung dan di bantu taeyong. Belum lagi mendapat omelan dari bi Irene.

•••

"Taehyung! mau kemana?" tanya papanya.

"Biasalah pa, aku bete di rumah, mending aku ke rumah temen" ucap taehyung.

Lelaki itu ngeloyor pergi meninggalkan papanya yang baru saja pulang dari kantor. Papanya hanya bisa geleng-geleng kepala menyaksikan putranya yang makin remaja makin sulit di atur.

"Yasudah, pulangnya jangan kelamaan" Lanjut mamanya yang tiba-tiba muncul dari balik pintu menyambut kedatangan suaminya.

"Harusnya kamu jangan terlalu memanjakan dia, nanti taehyung jadi manja dan seenaknya" larang Kim woo-bin

Mereka menatap kepergian mobil taehyung yang cukup luas. Lalu Kim Hieora istri kim woo-bin mengajak suaminya masuk ke dalam rumah.

"Biarlah dia menikmati masa remajanya, pa. Toh, masa itu tidak akan bisa di ulang lagi" kata Hieora yang orangnya sedikit slow.

"Dia itu calon penerus usaha papa, kalau dia belajar disiplin dari sekarang, maka perusahaan papa bisa gulung tikar kalau dia yang pegang" omel Kim Woo-bin.

Woo-bin marah-marah ada alasannya, selama sekolah taehyung tidak pernah memberikan prestasi yang memuaskan. Selalu saja kegiatannya bersenang-senang dengan teman-temannya. Alhasil, taehyung seolah merupakan tempat taehyung bermain, bukan untuk menuntut ilmu.

"Nanti kalau taehyung makin tambah usianya, dia pasti akan berpikir dewasa dengan sendirinya. Papa tidak usah terlalu khawatir" bujuk Hieora.

Ia paham semua itu demi masa depan taehyung di kemudian hari. Namun, dia juga tidak ingin suami dan putranya itu sering bertengkar karena sifat mereka yang sama-sama keras.

GERULEAN [Vsoo]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang