-12- Takdir

93 25 0
                                    


"Tak sudi..?"

Jie Fu memicingkan matanya seraya tersenyum licik, ada perasaan geli dihatinya, "keras kepala, tapi sayang kau bahkan tidak bisa membuktikan apa-apa, apakah akan ada orang yang percaya padamu? Tidak. Hahaha.. sebaiknya kau gunakan mulut besarmu untuk melayaniku nanti! Itu lebih baik!" Ujar Jie Fu lagi yang kemudian berjalan keluar, tapi beberapa langkah kemudian ia berhenti dengan menorehkan senyum licik ia berbalik dan berkata, "sangat ironi, kau akan menikah dengan orang lain menggunakan Air Kolam 5 Bintang, tempat teman kecilmu itu lahir.. hahaha.. aku tidak sabar menikmati rasa cemburu makhluk rendahan itu..," ujar Jie Fu seraya menatap Jian Cheng dengan penuh kemenangan.

Jian Cheng terdiam mendengar perkataan Jie Fu, ia menatap Jie Fu dengan tajam seolah olah phoenix itu ingin mematuk mata naga itu hingga keluar. Jie Fu menyeringai kemudian berbalik hingga akhirnya benar benar pergi. Jian Cheng saat emosi sekarang tapi ia berusaha meredam itu. Mengingat purnama nanti, adalah waktu ritual penyatuan mereka.

Ya. Purnama..
Tinggal beberapa hari lagi...
Bai Yu... Kau dimana?

.
.
.


Sudah beberapa hari nirwana disibukkan oleh penyatuan yang akan berlangsung malam ini...

Semua pelayan hilir mudik untuk memasang pernak pernik dikamar Jian Cheng, semua barang sudah di persiapkan, bunga merah, teh pengantin bahkan ranjang pengantin. Jian Cheng menatap semua pernak pernik itu dengan tatapan jijik, "menjijikan..." Ujarnya lirih tidak ingin para pelayan yang bekerja mendengar ucapannya.

"Aku ingin pergi mencari angin segar.." ujar Jian Cheng lagi seraya berjalan keluar tanpa memperdulikan para pelayan disana.

Ia menghela nafas, ia sangat tidak menyukai ini, ia tidak diizinkan kemanapun oleh para pejabat.

-ˋˏ ༻❁༺ ˎˊ-

"Akk!"

"BAI YUUU!! KU MOHON BERHENTI BAI YU!!!!! JANGAN LAKUKAN INI LAGI, BAI YU!!!"

Crack.

"Arhhkk, uhukkkk-" Bai Yu kembali terjatuh dan menghantam sebuah batu besar di bawah sana, "sial !!! t-tinggal.. s-sedikit la-lagi.." tubuh ikan itu sekarang sudah babak belur, sisik peraknya tidak lagi indah. Banyak bagian sisiknya yang telah tercabut, ekor lebarnya pun banyak terkoyak. Bai Yu menatap air terjun ini nanar, sesungguhnya dengan kondisinya sekarang ia tahu...bahwa ia tidak akan pernah melewati air terjun ini.

Bai Yu terpejam sejenak, ia mengeluarkan bulu Jian Cheng, dan mengerahkan tenaganya dengan kesulitan, dadanya terasa sakit ketika bernafas. Mungkin beberapa tulang rusuknya telah patah.

Pendar biru berhasil menyinari bulu itu dan Bai Yu tersenyum lega, ia menarik nafas dalam dan mencoba berbicara senormal mungkin. "J-jian Cheng, maafkan aku... A-aku mungkin sedikit terlambat... Aku tahu aku seperti memberikan harapan palsu padamu, aku tahu dari awal seharusnya aku tetap patuh pada aturan dan tidak datang padamu.."

Manik Bai Yu menampilkan semburat bayangan genangan kristal yang mulai menumpuk, "Tapi, jika aku tidak mencobanya sekarang aku tidak akan pernah tahu perasaanku terhadapmu..."

"Jian Jian, jika nanti aku tidak datang menjemputmu... Kumohon jangan mencariku, kumohon hiduplah dengan bahagia, sisikku akan tetap menjagamu seumur hidup... Ssk... Aku mencintaimu.."

Setelah mengatakan itu bulu itu perlahan terbakar dan menghilang setelahnya Bai Yu terus mencoba berenang naik ke atas air terjun, yang ia tahu... Ia harus mencoba memenuhi janjinya pada Jian Cheng untuk menjemputnya.

.

.

.

Hari ini, Jian Cheng dengan wujudnya berputar putar mengelilingi Nirwana, anak itu tengah bingung ia tidak bisa menemukan Bai Yu.
Meskipun ia dilarang untuk pergi meninggalkan istana timur, Namun Jian Cheng benar benar ingin mencari baiyu, tapi Jian Cheng tidak menemukannya.

Dengan terburu-buru Jian Cheng terbang kesana kemari, hingga ia lelah dan kembali kekediamannya. Begitu memasuki ruangannya Jian Cheng menemukan sebuah bulunya melayang di atas meja kayu miliknya.

Mengingat ia pernah menemukan hal yang sama, dengan segera ia menghampiri bulu itu. Tapi, bulu itu tidak menunjukkan apapun. Dengan bingung Jian Cheng mengulurkan tangannya untuk menyentuh bulu putih yang mengeluarkan pendar biru itu.

Begitu jemari Jian Cheng menyentuh bulu itu, sebuah suara yang sangat di kenali Jian Cheng muncul.

"J-jian Cheng, maafkan aku... A-aku mungkin sedikit terlambat..."

"Bai Yu ?!! Tung- Bai Yu, Bai Yu kau dimana????!" Tanya Jian Cheng dengan perasaan cemas karena ia sama sekali tidak bisa menemukan Bai Yu bahkan hawa keberadaannya saja tidak ada dan sekarang ia harus mendengar suara Bai Yu yang setengah merintih.

"Aku tahu aku seperti memberikan harapan palsu padamu, aku tahu dari awal seharusnya aku tetap patuh pada aturan dan tidak datang padamu.."
Jian Cheng terperangah mendengar kalimat Bai Yu, "Bai Yu kau bisa mendengarku, bukan? Bai Yu, katakan padaku kau dimana???? Aku akan kesana!! To-tolong jawab aku, kumohon.."

"Tapi, jika aku tidak mencobanya sekarang aku tidak akan pernah tahu perasaanku terhadapmu..."

Kembali mendengar suara Bai Yu meyakinkan Jian Cheng bahwa Bai Yu tidak bisa mendengar balik suaranya, bulunya hanya bisa membawa pesan 1 arah, Jantung Jian Cheng berdetak dengan cepat.

"Jian Jian, jika nanti aku tidak datang menjemputmu..."

Deg!

Deg!

Deg!

"Kumohon jangan mencariku, kumohon hiduplah dengan bahagia"

Deg!

Deg!

"Sisikku akan tetap menjagamu seumur hidup... Ssk..."

Sisik?

"..Aku mencintaimu.."

Mendengar kalimat terakhir Bai Yu membuat Jian Cheng terduduk lemas, kakinya lemas... Bai Yu mencintainya?

Dadanya terasa sempit, ada rasa sesak dihatinya, rasa yang tidak bisa ia gambarkan. Disatu sisi ia ingin melihat Bai Yu tapi disisi lain ia juga serba salah.

"Sisik Bai Yu menjagaku?"

Detik kemudian, bulu itu melayang ke dahi Jian Cheng dan menghilang setelah mengenai dahi Jian Cheng.

Ia kemudian seolah melihat kembali saat Bai Yu tengah memberikan sisik pelangi padanya. Dengan cepat Jian Cheng menyentuh dahinya, nafasnya terkecat, "B-Bai Yu..."

Detik kemudian pupilnya membesar saat ia melihat seekor ikan koi putih sedang berjuang berenang naik ke atas air terjun. Tubuhnya berulang kali terbanting, dengan sisik sisik yang mulai tercabut. Suara tulang yang patah, bahkan suara kesakitan itu terdengar jelas di kepalanya. Jian Cheng dengan panik meremas rambutnya, "tidak, tidak, jangan! Bai Yu!!kenapa kau terluka, kena-.. "

Jian Cheng kemudian teringat kembali, sisik pelangi Bai Yu adalah titik energi yang menyembuhkan luka Bai Yu, tapi sekarang sisik itu sedang berada dalam tubuhnya, karena itu apinya berwarna biru, dan kini Bai Yu terluka begitu parah, Bai Yu ? Apakah dia... ?

"TIDAKKKK !!! Aaaaaaaargggggg!!!!!!! Bai Yu-kuuuuuuuu!!!!!!!!!!!" Teriakan Bai Yu membuat semua pelayan yang berjaga berdatangan, namun semuanya telah menemukan Jian Cheng lemas di lantai.

"YANG MULIA!! PANGGIL TABIB ISTANA!!" dalam segala kepanikan, semua pelayan berbagi tugas untuk memanggil tabib dan Permaisuri Langit.

Permaisuri langit yang tengah mempersiapkan jamuan malam ini pun dikejutkan oleh pelayan Jian Cheng yang berlari dengan terburu-buru, "Hormatku, Yang Mulia permaisuri.. maafkan hamba lancang, Yang Mulia Jian Cheng tiba tiba berteriak dan tidak sadarkan diri!! Kami tidak tahu apa yang terjadi padanya, tapi hidungnya mengeluarkan..darah"

-To Be Continued-
_Red-Lotus_


 ⛩️ Dragon Gate⛩️ -  [ BibleBuild ] [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang