Chapter 2 : SHINee-ing as bright as the SKY

4.6K 108 3
                                    

Chapter 2 : SHINee-ing as bright as the SKY

 Video: SHINee - Lucifer

---------------

(Sora POV) 

       Aku bermimpi... Kenangan itu lagi...

       Aku sedang sendirian di tepi pantai, bernyanyi. Angin ditepi pantai begitu memanjakanku meskipun aku tidak begitu merasakan angin itu pada leherku karena aku SELALU memakai sesuatu untuk menutupi leherku. Kulakukan itu sejak aku kecil (mungkin suatu saat nanti kau akan mengetahui sebabnya). Bagiku hal lain didunia ini tidak penting selain bernyanyi. Sebegitulah cintaku terhadap bernyanyi. Kalau saja aku boleh memilih, aku lebih memilih untuk bernyanyi dibandingkan kuliah. Tapi semua orang lalu akan mengataiku ‘bodoh’ begitu aku mengeluarkan pernyataanku.

       Aku, Aku ini jenius. Aku tidak bohong. IQ-ku 145, aku menamatkan elementary school selama 5 tahun, Junior High School selama 2 tahun, dan High School 2 tahun. Aku menguasai beberapa bahasa asing selain bahasa ibuku sendiri.

       Tapi pernahkah orang-orang bertanya apa mimpiku yang sebenarnya? Tidak! Mereka semua selalu merencanakan kehidupanku. Apa yang mereka harapkan tidak jauh-jauh dari mahasiswa teknik elektro, programer ternama, profesor beruban. Itukah yang kalian pikirkan tentang orang-orang yang ber-IQ tinggi?

       Aku masih terus bernyanyi di tepi pantai itu. Aku menyanyikan apa saja yang terlintas di kepalaku. Kalau saja ada yang bisa membuatku pergi dari kota ini, dari negara ini, atau setidaknya dari panti asuhan itu (aku tinggal di panti asuhan sejak elementary school dan pihak panti tidak pernah membiarkanku untuk diadopsi keluaraga. Kalian tentu sudah bisa menebak sebabnya bukan?)! Pergi kemana tidak ada orang yang  mengenalku dan tidak akan ambil pusing seandainya aku berkata ingin menjadi penyanyi.

       “Hei you!” Seseorang yang dari belakang memanggilku. Siapa itu? Pantai ini seharusnya sepi karena biasanya seperti itu! Tidak ada turis atau bahkan pemerintah yang menyadari keindahan pantai ini sehingga pantai ini tidak diusik orang. Hanya aku saja, orang aneh yang mau menumpang pada mobil orang selama empat jam perjalanan dari tempat tinggalku untuk mencapai pantai ini kemudian kembali setelah dua puluh menit berdiam di pantai karena harus buru-buru pulang ke rumah (aku membolos dari kuliah demi menuju pantai ini.

        Orang asing. Setidaknya aku yakin dia bukan berasal dari negara ini. Wajahnya lain dari orang kebanyakan. Wajahnya lebih mirip denganku. Mata sipit, kulit kuning, dan sepertinya dia sudah cukup tua. Lebih mirip denganku? Oh tentu saja, didalam dongeng yang kudengar bertahun-tahun yang lalu dan hanya samar-samar kuingat, keluargaku memiliki darah Taiwan meskipun sudah meninggalkan Taiwan sejak jaman nenek buyutku. That was my mom said to me.

        “Err, could you speak English?” Orang tua itu menatapku dari atas sampai bawah dan berbicara dalam bahasa Inggris.

        “Yes. What is your mother language?” Aku malah bertanya balik mengenai bahasa yang biasa dia gunakan.

        “Korean.”

       “Mungkin lebih nyaman untukmu jika kita berbicara dalam bahasa Korea.”

        Orang tua tadi malah menatapku heran bercampur takjub, “Kau bisa bahasa Korea?”

        “Jika kau mau aku bisa mengubahnya kembali menjadi Bahasa Inggris. Atau jika kau ingin berbincang-bincang dalam Bahasa Cina atau Jepang? Jujur saja, Bahasa Korea-ku tidak sebaik Bahasa Jepangku. Tapi Aku lebih menyukai bahasa-bahasa di Eropa. Tulisannya tidak serumit bahasa-bahasa Asia.”

SHINee-ing as bright as the SKY (Fan Fiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang