catatan dari penulis:
hyung: panggilan dari adik cowok untuk kakak cowok
noona: panggilan dari adik cowok untuk kakak cewek
eonni: panggilan dari adik cewek untuk kakak cewek
oppa: panggilan dari adik cewek untuk kakak cowok
dongsaeng: adik
video iseng (video yang tidak berhubungan dengan cerita): TVXQ/DBSK/Tohosinki--Mirotic (salah satu produk SME lainnya)
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Chapter 3 : SHINee-ing as bright as the SKY
(Onew POV)
Pukul 3.00 dini hari...
Tiba-tiba saja aku terbangun dari tidurku yang tidak benar-benar terlelap karena rasa kering di tenggorokanku. Mendekati musim panas ini sedikit membuatku gila. Benar saja kata Taemin, air minum jadi lebih cepat habis. Kebutuhan akan air jadi berlipat ganda. Meskipun di kamar kami sudah memakai AC, tapi rasanya tidak banyak membantu.
Sesaat setelah tragedi Key dengan si anak baru itu (namanya Sora ya?), kami berlima mengadakan rapat kecil-kecilan yang membahas anak aneh yang kata Key pasti berasal dari Madagaskar (mana ada orang Madagaskar yang serupawan itu Key! Aku bingung harus menyebutnya cantik atau tampan, lebih baik aku sebut ‘rupawan’ bukan?). Soal kamar, rencananya Sora akan kami tempatkan di kamar kosong yang kami pakai untuk ‘gudang bersih’. Tetapi harus dibereskan terlebih dahulu. Sementara itu aku memaksa semua anggota (terutama Key) untuk membantunya menjaga identitasnya yang berarti dintara kami tidak akan ada yang coba-coba mengorek-ngorek identitas atau latar belakangnya (aku benar-benar menekankan ini pada Key). Kebanyakan dari mereka setuju (tentu saja kau bisa menebak siapa yang keberatan bukan?). Taemin sendiri hanya berkomentar ‘bakalan asik nih’.
Ah ya, tadi malam aku terlalu mengantuk sehingga melupakan nasib Sora yang tertidur di sofa. Sekarang aku melihat Sora terdiam di sofa bersama benda yang mirip sekali dengan bayinya Kyuhyun hyung super junior alias PSP. Sedikit berbeda dengan bayi Kyuhyun hyung yang berwarna putih, PSP yang dipegang Sora berwarna hitam. Dia berselonjor di sofa dengan PSP tanpa menyalakan lampu ruang tengah. Baju yang dipakainya sudah diganti tapi sesuatu yang melilit di lehernya sejak tadi sama sekali tidak dilepaskannya.
“Kau belum tidur, hyung?” Matanya tertuju pada PSP, tapi jelas-jelas dia berbicara padaku karena tidak ada orang lain disini selain aku.
“Aku haus.” Aku bergerak menuju dapur. “Kau mau sesuatu? Biar kuambilkan.”
“Tidak usah. Baru saja aku menghabiskan persediaan uyu (susu) kalian. Persediaan kalian tinggal sedikit. Besok akan kuganti yang baru.”
Glek! Serius dia menghabiskan persediaan susu? Setauku sebelum kami tidur, persediaan susu masih ada sekitar setengah liter.
Aku duduk di sofa yang tidak jauh dari sofanya dengan dua gelas air putih yang kuletakkan di meja. Satu untukku, dan satu untuknya. Siapa tau nanti dia tiba-tiba merasa haus.
“Apa kau benar-benar bisa berbahasa Korea?”
Lagi-lagi matanya tidak lepas dari arah PSP-nya, “Tentu! Kecuali jika kau ingin sedikit berbincang dalam Bahasa Jepang atau Cina. Sebenarnya Bahasa Jepangku jauh lebih baik dibandingkan Bahasa Koreaku. Tapi tetap saja aku lebih ahli dalam bahasa-bahasa Eropa. Tulisannya tidak serumit Bahasa Asia.”
“Wow!” Apanya yang tidak bisa Bahasa Korea, manajer hyung. Andai saja kau mendengar kecepatan berbicaranya saat ini. “Lalu darimana asalmu?”
(Masih menatap PSP hitamnya), “Aku tidak akan menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan latar belakang maupun asal-usulku karena itu sama sekali tidak penting.”
Ada apa sih dengan anak ini? Ada yang salah edngan wajahku sampai-sampai dia tidak mau menatapku? Kekesalanku sudah hampir sampai ubun-ubun. Selagi dia masih menatap PSP hitamnya, aku segera mengambil PSP itu dari tangannya. “Apa salahnya menatapku saat berbicara? Lama-lama aku bisa membuang PSP-mu ini.”
“Jadi kau ingin aku tatap, oppa?” Tatapannya kembali melembut seperti saat dia memandang rubix cube tadi siang. “Lagipula itu bukan milikku. Aku menemukannya tergeletak disini. Aku masih Jet lag, jadi aku tidak bisa melanjutkan tidurku.”
Aku perhatikan PSP hitam itu baik-baik. Ah ya, ini milik Minho. PSP yang sering kali Minho lupakan karena kebih memilih bersama PS-nya.
Sora masih melancarkan serangan puppy face danwajah lembutnya itu. “Kau bisa berbahasa Korea tapi kurang tau dalam penggunaan dan budaya Korea. Misalnya dalam penggunaan hyung atau oppa. Benar kan?”
Aku kira dia akan berkata ‘tidak, memang apa bedanya’ tapi ternyata, “Jangan remehkan aku, hyung! Tentu saja aku tau dengan tepat.”
Lagi-lagi aku terkejut dengan kepribadiannya yang cepat berubah. Rasanya dia akan berubah menjadi lembut saat dia memanggilku ‘Oppa’ dan berubah jutek (lebih merujuk pada kata ‘kurang ajar’) pada saat dia memanggilku ‘hyung’. “Kalau begitu, jelaskan padaku!”
“‘Oppa’ panggilan dari adik cewek untuk kakak cowoknya. ‘eonni’ panggilan dari adik cewek untuk kakak ceweknya. Kau akan memanggil para anggota super junior kecuali Henry Lau dengan panggilan ‘hyung’, sementara Taemin-Oppa harus memanggil para anggota SNSD dengan panggilan ‘noona’. Bukan begitu, Oppa?”
Tidak salah lagi, bahasa Korea dan pengetahuannya tentang Korea cukup lumayan. Jauh lebih bagus dibandingkan Hankyung-hyung, Zhou Mi-hyung, dan Henry yang kesemuanya anggota super junior yang berasal dari Cina.
“Kalau begitu, kenapa kau memanggilku dengan sebutan ‘hyung’? Tetapi kemudian berubah menjadi ‘oppa’ dalam jangka waktu yang tidak lama.”
Sora hanya tersenyum dan kemudian menyindir, “Jadi kau ingin kupanggil ‘Onew’ saja?”
Anak aneh. Aku hanya bisa geleng-geleng kepala. Sekarang aku mengerti kenapa Key bersikeras kalau anak ini berasal dari Madagaskar.
Aku bangkit dari tempat dudukku karena rasa kantuk yang menguasaiku. Mungkin lebih baik aku kembali kembali tidur. Dengan berbaik hati (seperti Key, aku juga menekankan pada kata ‘berbaik hati’) aku memberikan selimut pada Sora meskipun dalam udara sepanas ini. Mungkin benar kata Key kalau dia berasal dari Madagaskar sehingga udara seperti ini terlalu dingin baginya.
“Untuk apa kau memberiku selimut, hyung?”
“Sudah untung aku memberimu selimut. Kalau kau cowok, sudah kuusir daritadi. Aku akan membiarkanmu mencari tempat penginapan lain.” Dan menerima amukan dari kakek tua itu, tambahku dalam hati.
“Tapi kalau ternyata aku cewek, oppa?”
Aku duduk di sebelahnya dan mengelus kepalanya, “cukup akui kau cewek dan panggil aku ‘oppa’, maka aku akan membiarkanmu tidur di tempat tidurku.”
“Aku bisa memangilmu ‘oppa’ tetapi aku tidak bisa mengakui kalau aku cewek.”
“Ya, terserah kau saja lah.” Barulah aku benar-benar pergi darisana dan membiarkan dia kembali sibuk bersama PSP milik Minho.
“Onew!” Glek! Sekarang dia memanggilku seolah-olah umurnya lebih tua dariku. Aku juga baru sadar, bukan hanya jenis kelaminnya yang tidak diketahui tetapi juga umurnya. Jadi sekarang dia mempermainkan umurnya?
Timbul ide aneh di kepalaku, “Ada apa lagi, Noona?” (nonaa; panggilan dari adik cowok untuk kakak ceweknya.red)
“Selamat tidur.”
Aku menengok ke belakang kearah Sora yang mulai menutupi tubuhnya dengan selimut, “Ne (ya), noona.”
**********
pict: Onew
KAMU SEDANG MEMBACA
SHINee-ing as bright as the SKY (Fan Fiction)
FanfictionNama: Sora, Jenis Kelamin: Tidak diketahui, Asal-usul: Tidak diketahui. Tiba-tiba saja dorm SHINee didatangi oleh seorang anak aneh yang bernama Sora itu. Menurut manajer mereka, Sora akan menjadi bagian dari keluarga SM Entertainment agensi ternama...