Bab 25

3.8K 204 129
                                    

Jatuh cinta itu mudah, tapi tetap mencintai seseorang setelah kamu tahu segala kekurangannya, itu luar biasa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jatuh cinta itu mudah, tapi tetap mencintai seseorang setelah kamu tahu segala kekurangannya, itu luar biasa.
(ARKAN ABRAHAM)
-
-

Gerald mulai melacak keberadaan Bilqis, emosinya mendidih ketika melihat keberadaan gadis itu disalah satu mall terbesar di Jakarta tanpa memberitahu dirinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gerald mulai melacak keberadaan Bilqis, emosinya mendidih ketika melihat keberadaan gadis itu disalah satu mall terbesar di Jakarta tanpa memberitahu dirinya.

"Fuck, pergi sama siapa dia?" Gerald meletakan ponselnya dengan kasar keatas meja.

Ia dengan segera menyambar kunci mobil serta jaketnya, lalu melangkahkan kakinya dengan cepat keluar apartemen.

Setelah 1 jam perjalanan, Gerald memarkirkan mobilnya lantas segera turun dari mobil itu. Gerald mengepalkan tangannya melihat Kenzo dan Bilqis berjalan bersama, dengan langkah panjang ia menghampiri keduanya.

"Lo emang paling tau selera Mama, makasih, Qis," ucap Kenzo melirik Bilqis.

Bilqis mengangguk. "Kak Kenzo bisa antar aku ke Apart Kak Gerald?"

"Gue lagi sakit dan lo malah jalan sama cowok lain!" Suara bariton itu membuat keduanya menoleh.

Tubuh Bilqis menegang seketika, ia menggeleng. "Kak Gerald salah paham."

Kenzo memegang bahu Bilqis, menariknya mendekat. Gerald menyentak tangan Kenzo dari bahu kekasihnya.

"Lancang!"

Bugh!

Bugh!

Bugh!

Sebuah bogeman mentah berhasil mengenai sudut bibir Kenzo, tanpa aba-aba Gerald terus menyerang Kenzo membabi-buta hingga ia tak bisa membalasnya.

"Kak Gerald, stop it!" teriak Bilqis ketakutan saat melihat tubuh Kenzo tak berdaya.

"Don't touch her, she is mine!" ucap Gerald seraya melepaskan cengkraman tangannya dikerah jaket Kenzo dengan kasar.

Lalu Gerald menarik tangan Bilqis untuk masuk kedalam mobilnya, tanpa menghiraukan keadaan Kenzo.

Setelah 50 menit perjalanan, kini mobil itu berhenti didepan rumah Bilqis, Bilqis melirik Gerald yang sedari tadi terdiam.

"Jelasin," perintah Gerald tanpa menoleh.

"A-aku bantu nyari kado buat ultah Mamanya Kak Kenzo." Bilqis menjelaskan dengan terbata-bata penuh cemas.

Gerald berdecih sinis. "Kenapa harus lo? Sedekat apa kalian?"

Bilqis menghela nafasnya sebelum menjawab yang pastinya Gerald tak akan suka. "Kak Kenzo mantan aku."

Gerald langsung menoleh mendengar penuturan itu. "Lo bilang apa?"

"Kak Kenzo mantan--"

"Bangsat!" sela Gerald yang ia pikir hanya salah dengar.

Gerald mendorong tubuh Bilqis hingga bersandar, Gerald langsung menyambar bibir Bilqis, melumat bibir pink yang manis, lembut, dan hangat itu.

Gerald melesakkan lidahnya kedalam mulut Bilqis, mengajak lidah Bilqis ikut menari basah karena saliva mereka berdua.

"Hmmh." Nafasnya hampir habis dan Gerald masih asik menghisap lidahnya.

Nafas keduanya terengah-engah ketika ciumannya Gerald hentikan, Gerald menatap bibir Bilqis yang sudah membengkak merah karena ulahnya.

"Turun!"

"Kak Gerald mau tidur disini?"

Tak menjawab, setelah Bilqis turun dari mobilnya, Gerald segera melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi menembus dinginnya angin malam.

🌷🌷🌷

Gerald melompat serta menari acak mengikuti alunan musik yang berdentum kencang.

Saat tengah asik menari, tiba-tiba datang seorang gadis dengan penampilan seksi mendekat, gadis itu mengalungkan tangan kelehernya membuatnya menghentikan tarian acaknya, Gerald menatap gadis itu.

"What is your name?" bisik gadis itu manja.

Karena pengaruh alkohol, Gerald tersenyum, tangan lelaki itu terulur memegang pinggang gadis itu erat.

"Gerald, lo?"

"Vani." Mereka kembali meliukkan tubuhnya, kali ini seraya berpelukan mesra.

"Sya, itu si Bos kan?" Erga sedikit berteriak agar suaranya terdengar.

Rasya mempertajam tatapannya. "Lah iya cok!"

"Gue chat Bang Arkan dulu." Belum sempat Erga membuka ponselnya, Rasya menggeplak kepala lelaki itu.

"Kelamaan bego!"

Erga meringis. "Sakit goblok!" Ia mendorong tubuh Rasya. "Ya udah sana pisahin si Bos dari ulet bulu."

"Kok gue sih?" Rasya berdecak kesal menatap Erga.

"Lo gak kasian sama Bilqis? Gimana kalau sampai mereka kissing?" Perkataan Erga membuat Rasya menurutinya.

Pandangan Gerald telah memburam serta kepalanya yang kian terasa nyeri, Vani tersenyum manis kearah lelaki tampan itu, perlahan tapi pasti ia memajukan wajahnya berniat mencium bibir Gerald.

Sedikit lagi bibir keduanya bersentuhan, dari arah belakang Rasya menarik pundak Gerald menjauhkan tubuh lelaki itu dari Vani.

"Mbak lwonteh mending lo pergi sana," usir Rasya membuat Vani menghentakkan kakinya kesal, lalu melangkah pergi.

"Erga!"

"Erganjing!" panggil Rasya kesal.

Erga menoleh lalu cengengesan, ia mendatangi Egi meninggalkan gadis yang sejak tadi menggodanya.

"Fuck you!" Rasya menunjukan jari tengahnya.

"Sabar anj! Kata lo kalau anu kita dipegang sama orang bilang 'jangan' kalau ada orang yang pegang sama ngelus perut bilang 'berhenti', nanti tegang kan?" Rasya mengangguk malas mendengar perkataan Erga yang terbelit-belit.

"Iya, terus kenapa bajingan?" tanya Rasya jengah.

"Tapi dia pegang dua-duanya, jadi gue bilang jangan berhenti," jawab Erga seraya terkekeh kecil.

"Bilang aja lo nikmatin tolol!" Rasya menjitak kepala Erga, kemudian merangkul pundak Gerald yang terlihat lemas membawanya keluar dari club malam.

"Bilang aja lo nikmatin tolol!" Rasya menjitak kepala Erga, kemudian merangkul pundak Gerald yang terlihat lemas membawanya keluar dari club malam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
GERALD OR DIRGA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang