Bab 26

3.6K 196 121
                                    

Rasa malu adalah perhiasan sejati seorang perempuan, lebih berharga dari pada berlian yang mewah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rasa malu adalah perhiasan sejati seorang perempuan, lebih berharga dari pada berlian yang mewah.
(KEN DIRGANTARA)
-
-

"Kak Gerald," teriak Bilqis ingin mengejar, namun Gerald sudah terlebih dahulu pergi dengan motornya keluar dari gerbang sekolah.

"Jangan dikejar," timpal Arkan lalu ia naik keatas motornya sambil memasang helm.

"Gue antar pulang," lanjutnya menatap Bilqis.

"Jangan bikin cinta segitiga jadi persegi, Ar," ujar Ken mengingatkan.

"Anying persegi." Mendengar itu, Rafa sontak tertawa.

Kemudian Arkan menatap Ken. "Gue gak tertarik bersaing."

Rafa tertawa kencang. "Seorang Arkan bisa insecure juga."

"Lo emang perlu dibuang ke rawa-rawa, ya?" ketus Arkan.

"Humor lo rendah banget sampai ke inti bumi." Aska sudah terlatih dengan situasi seperti ini, menghadapi ketidakjelasan seorang Rafa Damares.

"Gak usah, aku dijemput Pak Toni." Bilqis menyahut bergabung dalam obrolan.

Tanpa berkata apapun lagi, Arkan langsung melajukan motornya keluar dari gerbang sekolah.

"Tuh anak emang gak bisa basa basi, cewek kan suka dipaksa," ujar Ken.

"Kita temenin nunggu jemputan lo," lanjutnya seraya turun dari motornya.

"Aku bisa sendiri-"

"Kalau lo kenapa-kenapa Rafa yang dihajar sama Gerald," sela Aska turun dari motor seraya melepaskan helmnya.

"Kok gue sih tai!" Kesal dengan kalimat yang dilontarkan Aska.

"Iya lah, jangan ke wajah ganteng gue," balas Aska diakhiri cengiran khasnya.

Rafa memutar bola matanya malas. "Ayo, Ayang," ajaknya seraya menggenggam tangan Bilqis.

Aska dengan segera menggeplak tangan lelaki itu hingga genggaman tangannya terlepas. "Gak usah modus!"

"Pastiin Ratunya Gerald selamat," ujar Ken tegas.

"Makasih," ucap Bilqis tersenyum manis.

🌷🌷🌷

"Jauhin Bilqis bangsat!" bentak Gerald menatap tajam.

"Gue lebih dulu kenal sama Bilqis, lo yang harus jauhin Bilqis!" balas Kenzo tak terima.

"Lo gak punya hak apa-apa lagi, gue peringatin sekali lagi, jauhin Bilqis!" Gerald mengatur nafasnya yang memburu karena emosi, lalu ia menyeka darah yang mengalir disudut bibirnya.

Kedua lelaki itu tampak bersitegang, tampak dari wajah tampan keduanya yang dipenuhi lebam karena pergulatan mereka tadi.

"Kita balapan malam ini, kalau lo menang gue jauhin Bilqis," ucap Kenzo memberi penawaran.

"Gue yang bakal menang!" Kenzo berdecih sinis seraya menatap kepergian Gerald.

Lalu ia mengeluarkan ponselnya untuk menghubungi seseorang.

🌷🌷🌷

Sekarang, malam menunjukkan pukul 12 malam. Deruman motor Gerald sangat terdengar nyaring untuk memulai balapan dengan musuhnya yang tak lain adalah Kenzo.

"Beres kan?" bisik Kenzo menepuk pundak anggotanya, lelaki itu mengangguk.

Lalu perempuan berbaju seksi melangkahkan kakinya ketengah jalanan, lalu menjatuhkan slayernya tanda balapan dimulai.

Keduanya melesat dengan kecepatan tinggi, Gerald mengendarai motornya dengan kecepatan yang tak tanggung-tanggung, tiba-tiba rem motornya mendadak tidak berfungsi.

Kenzo tersenyum miring dibalik helm full facenya, ketika hendak berbelok ia menendang motor Gerald sampai lelaki itu kehilangan keseimbangan.

"Bye, loser!" teriak Kenzo lalu menambah kecepatan motornya.

Akhirnya motor itu menabrak pohon besar, lalu Gerald jatuh tak sadarkan diri tertimpa motornya sendiri dengan darah yang mengalir dibeberapa bagian tubuhnya.

Terlihat garis finish sudah didepan mata, anggota geng One Venox dan beberapa pendukung Kenzo bersorak heboh ketika Kenzo berhasil melewati garis finish.

'KENZO'

'KENZO'

Mereka langsung mengerubungi lelaki itu seraya mengucapkan kata selamat atas kemenangannya.

"Gak mungkin Kenzo yang menang," bentak Rafa tak terima.

Kenzo membuka helm full facenya lalu menatap kearah anggota geng Blackmoon dan beberapa pendukung Gerald yang terlihat kecewa.

'Gerald emang gak pantes jadi ketua!'

'Bener'

Mereka bersorak sorai mengejek kekalahan Gerald yang pertama kalinya.

"Lo curang kan bangsat?" Aska mencengkeram kerah jaket Kenzo dengan kuat.

"Ka, jangan pake kekerasan." Arkan menarik pundak Aska menjauhkannya dari Kenzo.

"Kalau kalah ya kalah aja!" balas Kenzo mengejek.

"Kok Gerald masih belum sampai sih?" Ken menatap kearah jalanan menunggu kemunculan motor hitam milik Gerald.

"Lo lihat Gerald belum sampai, pasti ini gara-gara dia, Ar!" Aska menunjuk Kenzo.

Kenzo menepis tangan Aska dengan kasar. "Jangan salahin gue anjing!"

"Udah!" bentak Arkan. "Daripada ribut mending kita cari Gerald!" Lalu Arkan berjalan menuju motornya.

"Anggota inti aja yang nyari Gerald, nanti gue infoin keadaan dia," ucap Arkan dengan tangan memutar kunci, lelaki itu pun kemudian melajukan motornya dengan kecepatan tinggi.

Lalu sebagian mengikuti Arkan dan yang lainnya melajukan motornya menuju markas.

"Itu motor Gerald nabrak pohon," teriak Rafa panik.

Mereka memarkirkan motornya asal, lalu berlari dengan sangat kencang, ada rasa takut dan khawatir mencampur.

Gerald tak sadarkan diri, posisinya ditimpa oleh motornya sendiri.

"Gue telfon ambulans," Arkan mengeluarkan ponselnya dari saku, gemetar tangannya tak bisa disembunyikan

Ken mengangkat motor Gerald, sedangkan Rafa dan Aska membuka jaketnya untuk diikat kebagian tubuh Gerald yang terluka agar darahnya tak mengalir semakin banyak.

"Gue hubungi Bilqis," sahut Ken yang ada disebelah Aska.

"Besok aja, dia pasti udah istirahat." Perkataan Aska membuat Ken mengangguk.

" Perkataan Aska membuat Ken mengangguk

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
GERALD OR DIRGA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang