5

6.4K 211 15
                                    

Jeno terbangun saat sinar matahari masuk mengenai wajah tampannya, dia membuka matanya melihat sekitar tempat tidur kingsize itu, mencari sosok yang semalam menghabiskan waktu bersamanya. Jika kalian mengira Jeno akan lupa tentang kejadian tadi malam, kalian salah besar. Jeno memang mabuk tapi dia sangat sadar apa yang dilakukannya tadi malam dengan guru manisnya.

Dan dia tidak menyesalinya sama sekali. Malah kejadian semalam membuat Jeno semakin bertekat ingin memiliki Jaehyun untuknya dirinya sendiri.

Ini hari Sabtu, sekolah libur tidak mungkin Jaehyun pergi bekerja. Jadi Jeno berjalan keluar kamar dengan santai menggunakan celana pendek selutut dan bertelanjang dada, menampikan tubuh kekar maskulinnya. Langkahnya menuju dapur, dan disana Jeno melihat Jaehyun tengah membelakanginya, sepertinya tengah memasak. Sungguh Istri yang baik.

Dengan seringaian nakal Jeno memeluk tubuh ramping itu dari belakang, membuat Jaehyun yang sedang memotong sayuran terkejut, Saat tangan kekar Jeno melingkar di pinggangnya dan meletakan kelapanya diceruk leher Jaehyun, dia bisa merasakan nafas hangat Jeno menerpa lehernya.

"Memasak apa?" Suara serak khas bangun tidur milik Jeno menyapa telinga Jaehyun.

Sedangkan si manis menahan nafas, masih teringat semalam. Jaehyun jadi was was didekat pemuda itu.

"Ini tidak sopan Jeno, lepaskan!" Meskipun Jaehyun sebenarnya masih takut, tapi dirinya juga tidak mau Jeno terus berlaku kurang ajar padanya.

Alis Jeno menukik tak suka "Jawab pertanyaan ku Jung Jaehyun!" Ucap Jeno dengan nada tinggi tepat disamping telinga Jaehyun membuat guru muda itu menutup matanya sejenak. Tiba tiba tubuhnya bergetar ketakutan.

"Aku memasak nasi goreng kimchi" Jaehyun memilih menjawab,lalu kembali melanjutkan kegiatannya mengabaikan pemuda April itu yang semakin erat memeluk pinggangnya.

"Eumm pasti enak" Jeno sembari mengendus wangi vanila dari tubuh Jaehyun. Lalu menciumi leher putih dengan tanda kissmark miliknya dibeberapa sisi.

Jaehyun memejamkan matanya, tangan yang memengang pisau mengerat, pemuda itu benar benar mempermainkannya. Jeno memutar pinggang Jaehyun membuat guru manisnya menghadap kepadanya. Lalu ibu jarinya mengusap luka sobek di bibir milik pria yang lebih tua.

"Maaf aku kasar semalam" Jeno berkata dengan nada lembut sambil menatap mata cantik milik Jaehyun. "Apa masih sakit?"

Wajah Jaehyun memerah samar mendengarnya
"T-tidak" bohong dirinya berbohong. Lubangnya lecet, anak itu bermain sangat kasar, bahkan saat berjalan pun Jaehyun harus berhati hati karena perih yang dia rasakan. Meskipun sudah dia beri salep tapi rasanya masih tidak nyaman.

"Kau tidak perlu menyembunyikan apapun dariku, aku tau itu yang pertama bagimu, aku tak ingin kau merasa kesakitan" nada khawatir terdengar di ucapan Jeno.

Jaehyun memalingkan wajahnya, merasa tidak bisa menatap mata Jeno. Kenapa tiba-tiba pemuda itu menjadi lembut seperti ini?

"Pulanglah Jeno, Orang tuamu pasti mencari" ucap Jaehyun mengabaikan ucapan Jeno sebelumnya. Masih tak mau menatap mata manipulatif bocah itu. Jaehyun takut.

Jeno menghela nafas kasar jengah, "baiklah, aku akan pulang sekarang, tapi ingat Jaehyun kau tidak akan bisa lari dariku, kau hanya milikku!" Nada bicara Jeno berubah lagi dia kembali ke dirinya yang asli. Kemudian pergi dari hadapan Jaehyun.

Jeno pergi setelah memakai pakaiannya, bunyi pintu apartemen tertutup menandakan Jeno sudah pergi, Jaehyun baru bisa bernafas dengan benar. Tubuhnya merosot, matanya berkaca kaca, dia tidak menangis, dia sangat marah, marah pada dirinya sendiri karena telah mengkhianati Johnny tunangannya dan tidak bisa membela dirinya sendiri saat muridnya sendiri menggagahi nya.


***

Pemuda tampan itu memasuki kedai Mie langganannya, disana sudah ada Renjun duduk sambil makan. Beberapa menit yang lalu setelah pergi dari apartemen Jaehyun, Jeno pergi ke Counter membeli Hanphone baru, gini gini Jeno juga punya blackcard, buat jaga jaga kayak kejadian kemarin, untung saja memori card ponsel lamanya tidak ikut hancur, jadi semuanya aman.

Ada beberapa panggilan masuk dari ayahnya tapi tidak Jeno pedulikan jadi dia langsung menelpon Renjun dan menyuruh anak itu ke kedai langganan mereka. Sebenarnya cowok mungil itu tidak mau, tapi setelah sogokan yang diberikan Jeno, langsung gas dia. Emang dasar.

"Mas pesen mie yang biasa" teriak Jeno ke pemilik kedainya lalu duduk di hadapan Renjun.

"Habis dari mana lo? Bokap lo tadi nelpon gue tanya lo beneran nginep dirumah gue apa kagak"

"Terus lo bilang apa?"

"Ya gue terpaksa bohong lah, kebiasaan banget minggat dari rumah tapi gue yang kudu cari alasannya. Mabuk-mabukan lagi ya lo?" Renjun nyerocos mulu gak tau tuh mulut udah penuh sama Mie, mana muncrat ke muka Jeno lagi.

Mau Jawab pertanyaan Renjun mas mas yang punya kedai Mie datang sambil membawa Mie kuah pesanan Jeno diatas meja "silakan dimakan" ucap mas mas itu lalu pergi.

"Ya gitu" Jawab Jeno mengaduk Mie miliknya dengan sumpit sambil senyum-senyum mengingat pergumulan panas dengan gurunya semalam. Jeno jadi merindukan sosok guru manisnya itu. Tapi Sifat Jaehyun yang sok jual mahal kadang membuatnya muak.

Renjun menatap curiga pemuda tampan didepannya, aneh saja Jeno terlihat bahagia pagi ini, biasanya sehabis mabuk anak itu bakalan marah marah gak jelas, entah itu karena pak Jaehyun ataupun masalah dirinya sendiri tapi yang lebih sering karena guru muda itu. Tak jarang Jeno melampiaskannya padanya bahkan benda benda di sekitarnya.

"Kenapa lo senyum senyum? Gila ya lo?"

"Emang gak boleh?"

"Ya gak papa sih, tapi aneh aja lo gak marah-marah kyk biasanya, lo main sama cewek disana?" Renjun masih penasaran.

"gue gak suka ya sama yang bekas, gue mah mau yang rapet kayak pak Jaehyun"

Renjun memutar matanya malas, seharusnya dia tidak bertanya. Dia tidak paham Jeno itu bersi keras sekali mengejar Jaehyun yang notabenya sudah memiliki calon suami, padahal banyak loh yang mengantri pengen jadi pacar Jeno tapi, pemuda itu terlalu terobsesi dengan Jaehyun.

Gak tau aja Renjun jika Jeno udah keburu bobol gurunya itu.

"Jen sebagai temen, gue saranin lo mundur aja deh, Pak Jaehyun udah tunangan. Dan cinta lo ke pak Jaehyun itu cuma obsesi" Renjun juga tidak mengira akan berkata sebijak itu. Yang pasti dia hanya ingin membuat temannya ini sadar.

Ctak!

Sumpit kayu digenggaman Jeno patah, ekspresi pemuda itu berubah dingin, "sampai kapan pun gue bakalan dapetin Jaehyun, sekalipun harus ngerebut dia dari Johnny, dia itu cuma milik gue!" Lalu membuang sumpit itu asal.

"Gue jadi gak mood makan! Bayar aja sendiri!" Jeno beranjak pergi.

"Hadeh salah ngomong gue" Renjun menghela nafas, sok sok an nasehatin setan sih, gini deh jadinya, uang sakunya yang tidak seberapa itu harus berkurang deh, mana babanya masih belum transfer uang lagi, maklum anak rantau.




























tbc
Masih ada yang nungguin?

Jaehyun saem [Nohyun]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang