8. Tuju-menuju

81 43 79
                                    

Zura memakai sweaternya sambil berjalan dari kamar ke luar rumah untuk menemui pak Beni yang tadi diperintahkan untuk memeriksa sekitar dengan langkah tergesa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Zura memakai sweaternya sambil berjalan dari kamar ke luar rumah untuk menemui pak Beni yang tadi diperintahkan untuk memeriksa sekitar dengan langkah tergesa.

"Maaf, Non. Kami gak bisa menemukan orang itu," lapor pak Beni setelah mereka bertemu.

"Pak, nanti siang pasang pagar kawat di sekeliling rumah, ya. Inget, kejadian ini cukup kita aja yang tau dan kalo perlu tambah lagi pengawalan," perintah Zura dengan nada yang tenang. Dia tidak pernah marah kepada siapapun, apalagi dengan nada yang terlampau tinggi.

"Iya, siap. Non!"

"Oke. Bapak sama pengawal yang lain gantian ganti baju aja, dingin, ini juga masih hujan. Nanti ambil mie rebus ke sini ya, sama kopi," kata Zura dengan senyum kecilnya.

Di kediaman Zura memang disediakan mess untuk para pegawai, namun tempat itu terpisah dengan gedung utama, malah berdempetan dengan pos satpam.

"Baik, Non."

Zura langsung masuk ke rumah, di meja makannya sudah ada Rian dan Luky yang baru selesai mengganti bajunya dengan kemeja-kemeja milik ayahnya Zura.

Ini pukul 02 dini hari, udara mulai terasa sangat dingin apalagi para lelaki yang habis hujan-hujanan.

"Ini coklat panasnya," kata Zura sambil membawa dua gelas coklat panas yang dia buat untuk dua temannya.

Di meja makan, sudah terhidang beberapa mangkok mie instan lengkap dengan telur ceplok di atasnya, Zura secepat kilat membuat mie-mie itu dalam hitungan menit saja. Karena dia tahu, kalau berjam-jam masak mie, mie itu akan berubah jadi cacing Alaska.

"Non," seru pak Beni diluar.

"Masuk!"

Pak Beni pun masuk ke dalam rumah, beliau sudah mengganti bajunya.

"Mau makan di sini juga boleh Pak, diluar kan masih hujan," jelas Zura.

"Saya diantar satu pengawal ko, bawa payung, Non."

"Oh ya sudah, nampan yang ini bawa ya, Pak. Udah ini istirahat, pokoknya jangan sampe gak istirahat ya. Biar fresh. Gantian aja."

"Siap, Non."

Sepeninggal pak Beni, Zura pun ikut duduk di sebelah Rian, memakan mienya sendiri dengan lahap. Zura memang suka sekali mie, dia nyetok banyak mie di rumahnya, berbagai macam rasa dan merk. Sangat bervariatif.

"Zur-"

"Ra?"

Rian dan Luky beriringan memanggil nama Zura, anak yang dipanggil langsung tersenyum kecil mendengarnya.

"Apa?"

"Ini ancaman? Teror?" tanya Luky mendahului Rian yang sudah membuka mulutnya.

"Telor? Itu telor ada di mangkuk Lo sendiri, kenapa minta gue," jawab Zura yang sedang sibuk memakan mie bagiannya.

ZURA (Tahap Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang