I love you
💌Zura berjalan di trotoar dengan langkah gontai, dia sedikit merasa was-was sebab melewati jalanan yang pernah membuat dia babak belur. Matanya mengawasi setiap arah, berjaga-jaga ada orang lain atau tidak.
Hari sudah mulai gelap, Zura mempercepat langkahnya sekarang. Nampak sepi dan tidak ada orang sama sekali, begitulah gambaran jalan saat ini.
Tring!
Suara handphone Zura berbunyi, dia melihat pesan masuk dari nomor tak dikenal.
+62...
Halo, Zura
Terdiam cukup lama, Zura tidak berniat membalas pesan itu. Dia mengira kemungkinan itu adalah teman-teman barunya yang ada di sekolah, dia bisa mengurusnya nanti.
Triiiiing! Triiiiing!
Dering itu terdengar lagi, kali ini nomor itu menelponnya. Zura hanya melihat layar ponselnya diam, ragu untuk menjawab panggilan itu.
"Zura!" panggil seseorang tiba-tiba dari belakang Zura, gadis itu tersentak, langsung melihat ke belakang.
Di sana ada seseorang yang sangat dia kenal, menaiki motor kesayangannya yang terlihat sangat keren.
"Ngapain bengong?" tanya orang itu yang membuat Zura tersadar.
"Hah? Engga, engga bengong ko," kilah Zura langsung memasukkan ponselnya ke dalam saku.
Rian kemudian mengangguk kecil, dia memakai lagi helmnya yang tadi sempat di lepas untuk memanggil Zura.
"Yuk, naik."
"Mau kemana?" tanya Zura bingung.
"Pulanglah."
"Nganterin ceritanya? Baik banget sih," goda Zura sambil tersenyum senang.
"Lo mau gue berubah pikiran?" sinis Rian datar.
"Idih, tinggal bilang bunda, gampang sih."
"Dahlah, ayo naik!" kata Rian yang langsung melepas helmnya, dia pakaikan kepada Zura agar gadis itu diam.
"Iyaaa."
Zura pun menaiki motor Rian dengan semangat, jarak rumah mereka memang tidak terlalu jauh, hanya berbeda gang dan blok saja, tapi masih di satu komplek besar di tengah kota.
"Yan, anter gue ke suatu tempat dulu, mau gak? Seudah ganti baju," kata Zura di jalanan.
Sesampainya di depan rumah Zura, gadis itu tidak turun, dia malah bertanya lagi pertanyaan yang tadi belum di jawab Rian.
"Yan, ih! Mau ya?" paksa Zura yang menggerak-gerakkan jaket laki-laki itu.
"Cepet."
Zura langsung berbinar, di dengan segera turun dari motor dan berlari ke arah rumah.
"Zura! Helm!"
"Nanti!"
Rian mendesah pelan, dia menyerah kali ini. Dia turun dari motornya hendak menunggu di kursi luar pos satpam.
"Eh, Den Rian. Malem-malem gini, mau pada kemana sih?" tanya pak Beni sambil menyediakan minum untuk Rian di dalam pos.
"Gak tau, Pak. Dia tuh ada-ada aja orangnya," keluh Rian sambil tersenyum kecil.
"Haha ... iya, Non Zura emang kaya gitu. Kita udah sama-sama tau dia gimana, Den. Tapi, anehnya, akhir-akhir ini dia gak aman, Den."
Rian kebingungan soal kalimat yang keluar dari mulut pak Beni, gak aman seperti apa yang beliau maksudkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ZURA (Tahap Revisi)
Novela Juvenil🥀🥀🥀 "Zura?" "Hm?" Senyum manis terbersit di wajah gadis berambut panjang itu seraya menatap orang yang memanggilnya. "Siapa yang jahat?" "Gue penjahatnya." 🥀🥀🥀 Kalau membahas tentang ambisi dan cinta, banyak orang yang beranggapan itu wajar-wa...