"Caramu menyikapiku itu salah, karena bagaimanapun aku tetaplah orang yang tidak mengerti apa-apa. Jadi, ketika kamu menolak maka katakan saja TIDAK! Dengan tegas dan lantang. Pasalnya, aku tidak mengerti maksudmu dengan berkata JANGAN yang membuat aku berkali-kali menyukaimu tanpa bisa dikendalikan."
🌹🌹🌹
Beberapa hari kemudian, tidak terasa sudah Zura sudah melewati dua Minggu pertama di sekolah barunya. Hari-hari gadis itu berjalan dengan normal, masih membersihkan kolong meja Rian, pun sekarang kolong mejanya juga kadang penuh juga dengan coklat dan barang. Tidak dipungkiri, Zura memang cantik dan menarik. Beberapa anak laki-laki malah sedikit nekat untuk mendekatinya dengan cara seperti itu.
Pagi ini Zura sedang duduk di mejanya, melihat Rian yang sedang mengobrol bersama Luky dan dua orang cewe dari kelas lain, Zura rasa itu adalah murid baru kelas IPS yang masuk berbarengan dengannya.
"Maaf ya, Rian, Luky, aku jadi ngerepotin kalian ...," ujarnya manis.
"Gak apa-apa, santai aja kali, kita cuman ngebantu ko," kata Luky dengan cengiran lebarnya.
"Sekali lagi, terimakasih banyak."
"Iya-iya."
Zura melihat ke arah Rian yang juga sedang mengangguk kecil di sebelahnya.
"Stt, kenapa?" tanya Zura setengah berbisik kepada Rian.
"Hm?" jawab Rian sambil melirik Zura. "Kemarin dia mau dibegal, kita tolongin sekalian nganter dia pulang."
Rian menceritakan itu sambil menghadap Zura, sedangkan Zura hanya manggut-manggut mengiyakan.
Setelah kepergian gadis itu, mereka kembali fokus pada tugas yang diberikan guru mapel sekarang yang tidak bisa menghadiri kelas.
"Ra," panggil Luky sudah memutar tubuhnya agar bisa melihat ke belakang.
"Kenapa?"
"Udah mandi kembang Minggu ini?" tanyanya asal.
Zura seketika mendelikkan matanya, menatap Luky dengan kesal. "To the poin aja! Kenapa?"
"Hehe, gue mau nyontek, boleh 'kan?" tanya Luky dengan puppy eyes-nya.
Buk!
"Kerjain sendiri!" timpal Rian yang langsung memukul pelan kepala Luky dengan pulpen.
"Aishhh! Iya!"
"Hahaha! Rasain!" ledek Zura sambil kerkikik geli.
"Stt! Kerjain!" pekik Rian yang langsung menghentikan tawa Zura.
"Hahaha! Kasian!" balas Luky tertawa puas mengisi satu ruangan.
"STTT!"
Kali ini suara berasal dari semua murid di kelas, melihat ke arah Luky dengan mata yang melotot. Seketika Luky menyeringai, membuat seisi kelas tertawa sekarang.
Rian hanya menggelengkan kepalanya pelan, dia cukup terganggu dengan kebisingan yang diciptakan anak-anak kelasnya. Dia pun berdiri dari duduknya, sedikit menggeser kursi yang terdengar oleh Zura.
"Mau kemana?" tanya Zura cepat.
Rian melihat gadis itu sekilas sebelum tersenyum kecil, "Ke kamar mandi, mau ikut?"
"Mau!"
Perkataan Zura membuat laki-laki itu melotot, bukan itu jawaban yang Rian mau.
"Gak usah!" hardiknya kemudian berlalu melewati meja-meja yang terus diperhatikan oleh Zura.
KAMU SEDANG MEMBACA
ZURA (Tahap Revisi)
Teen Fiction🥀🥀🥀 "Zura?" "Hm?" Senyum manis terbersit di wajah gadis berambut panjang itu seraya menatap orang yang memanggilnya. "Siapa yang jahat?" "Gue penjahatnya." 🥀🥀🥀 Kalau membahas tentang ambisi dan cinta, banyak orang yang beranggapan itu wajar-wa...