34. WelCOme tO rEAlity

38 14 12
                                    

>>>Tidak ada orang yang siap dengan kehilangan, karena kehilangan berartikan hancur yang paling dalam.

°°°
Semenjak aku mulai bermimpi, aku ingin menjadikan kamu sebagai orang pertama yang melihatku berhasil. Orang pertama yang aku beri tahu tentang gemuruh dan riuh di dalam dada, tentang matamu yang begitu indah hingga aku terlena, tentang semangatnya aku saat berhadapan dengan kegagalan setelah melihatmu ternyata di sana.

Sekalipun itu adalah kegagalan.

Aku sudah menerima, merelakan dan pasrah tentang semuanya. Aku sungguh bisa mengerti kenapa keputusanmu sangat menyakiti.

Mungkin.

Lain halnya dengan hatiku, biarkan aku yang mengurusnya hingga nanti tak lagi punya rasa untukmu. Biarkan aku yang terus menengadah meminta doa restu dari Tuhan agar mencabut rasa ini terhadapmu. Biarkan aku setiap malam bergelut dengan pemikiran kosong mengenai cinta yang tak seimbang ini sendirian, hingga aku lupa kalau aku pernah mencintaimu. Biarkan aku yang melakukan semuanya, untuk diriku sendiri.

Aku lega, tak perlu berusaha keras dalam mencintaimu lagi. Sungguh, aku sadar karena rasa sakit yang terus menjalar tanpa henti.

Sepertinya aku sudah mulai muak dengan yang namanya rasa sakit, hingga tak ada lagi yang perlu aku harapkan darimu.

Saatnya untuk mengakhiri semua ini.

🥀🥀🥀

Malam ini Zura sedang berada di restoran milik ayahnya seorang diri, tepat di ruang VIP yang langsung menghadap pemandangan langit yang penuh bintang, dia menegak minuman beralkohol dengan santai.

Matanya menitikkan air mata namun tidak bersua, hatinya merasa sakit tapi tak tahu karena alasan yang mana.

Setelah kehancuran yang bertubi-tubi, Tuhan masih berbaik hati untuk memberikan nyawa pada gadis berumur 18 tahun itu. Masih diberi kekuatan dan rasa sakit yang datangnya selalu bersamaan.

Usai 2 hari setelah kejadian itu, dimana dia tahu siapa peneror bunga mawar, surat dan coklat yang ternyata adalah Mawar. Kemudian, di hari yang sama Zura juga mengetahui kalau Rian sedang mencintai seorang perempuan yang bukan dirinya.

Dan, selama dua hari ini Zura hanya terdiam di rumah dengan pikiran kosong hingga akhirnya dia beranjak keluar, ke resto ayahnya sendirian. Karena Candra pun di hari itu harus pergi ke luar negeri untuk beberapa kerjaan yang sangat penting hingga meninggalkan Zura untuk beberapa waktu lagi.

Liburan sekolah yang digadang-gadang pun tidak lagi penting, Zura sudah tidak tertarik dengan acara itu. Dia lebih memilih memberitahu perizinannya daripada ikut ke sana. Kepala sekolah pun hanya manut-manut saja, karena permintaan Zura yang kadang tidak masuk akal pun tidak bisa beliau tolak karena pengaruh Candra di sekolah.

"Nona, Anda sepertinya butuh ice cream," ujar seseorang yang baru datang dengan membawa nampan.

Zura yang sedang melihat bintang-bintang pun menoleh pelan ke arah pintu masuk, dia melihat seorang pria yang sangat dikenalnya, namun alih-alih menyambut, Zura hanya menunjukkan smirk-nya.

"Nona, Saya bawakan ice cream choco strawberry dengan kadang almond. Saya menambahkan roti dan taburan meses didalamnya, saya juga menyiapkan choco stick untuk Anda."

Angga menaruh hidangan itu di meja Zura, gadis yang sedari tadi melamun di tempatnya sambil sesekali minum alkohol yang dia pesan saat datang.

Zura mengangguk kecil, dia melihat sebentar ke arah ice cream yang sangat menggiurkan. Choco stick dengan berbagai rasa pun disediakan didalam toples kaca yang sangat menarik, namun kali ini gadis itu hanya menghela nafas setelah melihatnya.

"Aku nggak pesen, Om," ujar Zura pelan seakan malas bahkan untuk berbicara.

"Ini saya bikinin khusus, jangan lupa dimakan ya. Kalo Nona butuh sesuatu, panggil saya." Angga dengan senyuman manis langsung meninggalkan nonanya yang masih enggan untuk diganggu.

"Hmm," gumam Zura lalu mencicipi sedikit es krim itu setelahnya dia meminum alkohol.

"Lumayan," ujarnya berkomentar.

Dia kembali bersandar di kursi, menghela nafas berat sambil menatap ke luar.

Dia tidak memikirkan apapun, hanya hembusan angin dingin dan gerakan-gerakan kecil dari pohon yang dia rasa dan perhatikan.

Kehidupannya saat ini bukanlah sesuatu yang menarik lagi.

Hatinya seakan hilang, entah hancur lebur sekecil apa. Kini, semuanya hambar seakan tak bisa lagi mengecap rasa.

Semuanya nampak tak bernyawa.

Seringai kecil menghiasi wajah muram itu dengan paksa, seakan terus mendesak harus baik-baik saja. Zura melihat lagi es cream yang ada di atas meja dengan nanar, menatapnya dengan penuh kasihan.

"Hatiku sudah cukup dingin sekarang," ujarnya seraya mengambil botol minuman dan langsung menegaknya habis. "Bisakah aku membencimu?"

🥀🥀🥀

Bandung, 25 February 2024

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bandung, 25 February 2024.

ZURA (Tahap Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang