29. Hari EKSEKUSI

37 13 15
                                    

>>> Giliran yang waras mengalah, biarkan yang gila bersenang-senang dengan pilihannya.

°°°

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

°°°

Zura kalut, dia tidak tahu bagaimana caranya berpikir dengan kepala dingin karena kepalanya terlanjur mendidih dan berubah menjadi awan hitam.

Dia terus menangis sesenggukan di dalam mobil yang meluncur pagi ini melalui jalan pintas karena Zura tidak mau melewati jalan raya yang akan sangat masuk akal kalau ayahnya menyusul, walaupun tidak berharap banyak.

Tiiin!Tiiiin!Tiiin!

Suara klakson mobil dari luar memekakkan telinga, mengalihkan perhatian Zura yang awalnya berkecamuk jadi nampak kebingungan. Jalanan kampung yang diharapkan senyap kini jadi sangat bising dan ricuh.

"Kenapa, Pak?" tanya Zura dengan suara serak khas menangis kepada pak Beni.

Dengan muka yang panik dan pucat, pak Beni membalas nonanya ragu-ragu. "Ada orang yang mau menghentikan kita, Nona. Bapak rasa kita dalam masalah."

Zura mengernyitkan keningnya, lalu dengan cepat melihat ke belakang. Ada dua mobil berwarna putih yang mengejar mereka saat ini, sambil terus membunyikan klakson.

"Nona, Bapak akan menambah kecepatan!" seru pak Beni tiba-tiba yang membuat Zura berpegangan pada kursinya di belakang.

Sedang fokus dengan pengejaran, tiba-tiba sebuah motor menyalip pak Beni dengan begitu cepat. Alhasil pak Beni langsung membelokkan stir mobil dan mengerem sekuat tenaga.

Ckiiiiiiiit!

Suara itu berdecit tak cukup keras di tanah, namun tak ayal mobil hitam itu akhirnya menabrak pohon di sana. Pak Beni sudah tak sadarkan diri, dia pingsan. Sedangkan Zura yang terbentur jok depan merasa matanya berkunang-kunang, kepalanya pusing, antara sadar tak sadar.

"Arghhh! Pak Beni ...," ujarnya lirih sambil mencoba membuka mata.

Zura dengan setengah kesadarannya pun akhirnya mulai menarik tubuhnya ke belakang, dia memegang kepalanya yang sakit cenat-cenut.

"Arghh! Shhhh!" rintihnya.

Namun belum sempat menyadarkan diri sepenuhnya, seseorang membuka pintu belakang dan langsung membawa Zura pergi dari sana.

"Hey! Lepas!" kata Zura saat dirinya merasa ditarik oleh seseorang. Namun tidak dapat melihat dengan jelas karena matanya masih kunang-kunang.

"Lepas!!!" berontak Zura yang langsung dibekap oleh orang tersebut dengan tisu yang sudah dioleh obat bius. Akhirnya Zura tidak sadarkan diri lagi.

🙂🙂🙂

Gelap. Semuanya berwarna hitam seakan tidak ada kehidupan, kesepian dan kesendirian. Jika sudah begini, waktu tak lagi berguna, tak lagi jadi patokan apa yang harus dilakukan.

ZURA (Tahap Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang