13. Basa-basi

46 21 15
                                    

Sore ini seusai jam sekolah, Zura mengajak Mawar untuk pergi bersama ke sebuah kafe yang sering dia kunjungi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sore ini seusai jam sekolah, Zura mengajak Mawar untuk pergi bersama ke sebuah kafe yang sering dia kunjungi. Mereka disuguhkan dengan musik jazz yang sangat enak didengar dan kemudian memesan beberapa hidangan untuk menemani ngobrol mereka.

"Zura, sejak kapan kalian pacaran?"

Pertanyaan itu keluar dari mulut Mawar di tengah perbincangan mereka, sambil mencolek beberapa suap cake lemon yang dia pesan.

Zura terkekeh geli, bagaimana caranya menjelaskan kepada teman barunya ini? Tapi Mawar adalah orang yang sangat baik menurut Zura, oleh sebab itu dia sungkan memberi julukan lo-gue pada wanita ini.

"Kita gak pacaran, kok, Mawar. Intinya, kalo dijelasin dari awal rumit sih, hihi ...."

Mawar setengah tak percaya mendengar jawaban Zura, dia menautkan alisnya bingung.

"Maksudnya gimana?"

"Ya gitu deh pokonya," kilah Zura sambil menyeringai.

"Kamu yang ngejar dia?" tanya Mawar kemudian.

"Hah?"

Zura terdiam sebentar mendengar pertanyaan itu, apa benar selama ini dia mengejar Rian tanpa disadari? Apa hidupnya tidak ada kerjaan lain selain membuntuti Rian kemanapun laki-laki itu pergi?

Gadis itu tersenyum miris, dia lantas menggeleng kecil untuk menjawab pertanyaan Mawar.

"Ayolah, Zura. Jangan bohong, kalian-"

"Kami teman dari SD, SMP, sampai sekarang. Rumah kami juga deket, jadi wajar kalo kami, maksudku aku, Rian, dan Luky terlihat dekat."

Zura menjelaskan sambil mengacak-acak cake-nya, makanan dengan rasa stroberi itu nampak amburadul sekarang. Tatapan Zura terlihat kosong, dia seperti kebingungan tentang sesuatu.

"Oh, Iya? Terus, apa Rian punya tanda-tanda suka balik sama kamu? Sampe kamu pindah ke sini juga?" tanya Mawar yang masih haus akan rasa penasarannya.

"Mawar, sekarang giliran aku. Kamu punya pacar?" tanya Zura mengalihkan pembicaraan sambil menepuk tangan gadis itu yang berada di atas meja.

"Zura ... aku, aku menyukai seseorang dari lama, sangat lama ... tapi, aku memang tidak beruntung dalam masalah percintaan. Kepercayaan kami berbeda."

Mawar tersenyum miris menghadap kopi yang sudah mulai dingin, dia menggigit jari telunjuknya pelan. Zura yang melihat itu hanya tersenyum kecil, mereka memang sama-sama tidak beruntung dalam masalah ini.

Yang satu Tuhan aja susah dikejar, apalagi dua Tuhan? Mau sujud, kayang, guling-guling juga gak tau bakal dapet atau engga.

"Ah, sudah-sudah! Kita masih muda, jangan sia-sia kan masa muda dengan cara bersedih seperti ini, nikmati dulu aja apa yang menurut kita benar, toh kita akan lelah dan beranjak matang pada waktunya."

ZURA (Tahap Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang