>>>Jika aku mencintaimu, siapa yang patut disalahkan? Kamu, aku, atau ambisiku?
Zura berjalan dengan semangat ke luar kelas, berlari-lari kecil dan bernyanyi-nyanyi. Tadi dia meminta Rian mengantarnya pulang dan tanpa banyak percakapan apapun Rian menyetujui begitu saja, sungguh ajaib.
Zura berpapasan dengan banyak siswa-siswi lain yang baru selesai kelas mereka, dengan sigap Rian langsung menarik tas Zura ke belakang agar gadis itu tidak menabrak orang lain.
"Jalan biasa aja, jangan lari-lari!" ujar Rian pelan.
"Hehe ... oke, oke!"
Zura tersenyum manis sembari membetulkan posisi tasnya. Dia melirik ke arah Rian sambil berjalan pelan, di belakang sudah ada Luky yang mengikuti mereka.
"Yan, nongkrong?" tanya Luky.
"Enggak, nganterin dulu Zura," jawab Rian cepat.
"Cailaaaa, ini bocah! Pulang sendiri gih, manja amat!"
"Apa sih, Luk? Lo mau ribut lagi sama gue?" tanya Zura sinis. "Doyan banget cari gara-gara, Lo!"
Luky menarik nafas dalam-dalam dan dengan perlahan dia mengeluarkannya.
"Lo itu cantik Zura, muka-mukanya kek anak yang polos dan lugu gitu--"
"Makasih!" potong Zura dengan muka songongnya.
"Tapi, Lo itu harus ngomong yang lembut, berprilaku yang kalem, dan bersikap elegan biar cocok sama karakter Lo. Bukan malah kek anak monyet, gak bisa diem, loncat sana loncat sini!"
Ceramah Luky panjang dan lebar.
Zura berhenti berjalan dan langsung melihat ke arah Luky dengan menyipitkan matanya, sesaat sebelum melihat Rian dengan senyum manis.
"Yan, biasanya Lo kalo kesel sama Luky ngapain? Mutilasi aja kali ya?" tanya Zura dengan tatapan berbinar.
Rian tersenyum kecil dan mengkidikkan bahu. "Sita aja motor yang Lo kasih, balikin ke showroom."
"Oh, iya ya. Bener!"
"Woi! Jangan gitu dong! Itu hadiah ulang tahun gue kali Zura, masa iya mau Lo ambil lagi, kualat loh!" protes Luky tak terima dengan ancaman temannya.
Motor keren dengan dominan warna hitam-hijau itu Zura belikan satu tahun lalu sebagai hadiah untuk Luky di ulang tahunnya. Luky sangat menginginkan motor itu sangat lama sekali, jadi dia sangat menyukai hadiah yang diberikan Zura.
"Ya makannya, jangan ngajak ribut mulu! Dah ah, Yan. Gue ke toilet dulu, nitip tas ya! Tungguin gue, jangan ditinggalin!" pamit Zura langsung berlari menembus kerumunan anak-anak lain meninggalkan Rian dan Luky yang masih terdiam.
"Yey, tu anak. Konyol. Yan, gue duluan kalo gitu, gue lupa hari ini mau cukuran rambut."
Mereka berjalan bersama ke parkiran, Luky langsung pergi mengendarai motornya sedangkan Rian menunggu Zura di bangku dekat sana.
😌😌😌
Brak!
Pintu kamar mandi perempatan terdengar digebrak seseorang, Zura yang sedang berada di toilet pun sontak terkejut di tengah keseriusannya.
"Ck! Mana sakit perut lagi! Apaan si tu orang! Ganggu ketenangan orang lain aja," sebal Zura yang langsung mengakhiri kegiatannya.
Dia dengan penasaran mengintip keluar dari sebalik pintu yang sudah dibuka sedikit, namun di sana nampak tenang dan tidak ada orang.
KAMU SEDANG MEMBACA
ZURA (Tahap Revisi)
Fiksi Remaja🥀🥀🥀 "Zura?" "Hm?" Senyum manis terbersit di wajah gadis berambut panjang itu seraya menatap orang yang memanggilnya. "Siapa yang jahat?" "Gue penjahatnya." 🥀🥀🥀 Kalau membahas tentang ambisi dan cinta, banyak orang yang beranggapan itu wajar-wa...