Hari-hari berlalu dengan tenang dan damai tanpa ada gangguan, Zura kini tengah duduk-duduk di ayunan belakang sekolah menikmati angin pagi yang masih segar.
Beberapa hari terakhir ini sudah tidak ada lagi bunga mawar yang dikirim untuk Rian, tidak ada lagi coklat yang mengancam, kecuali Zura tahu pelakunya fans-fans Rian di deretan adik kelas. Juga tidak ada lagi ancam-mengancam yang sampai ke rumahnya.
Bersamaan dengan mawar-mawar itu Amanda pun ikut hilang, dia tidak menampakkan dirinya cukup lama di depan Zura.
Seakan semua hanyalah khayalan dan fantasi Zura, hal-hal itu seakan menghilang dengan satu kedipan mata. Zura cukup tenang dengan situasi ini, tapi Zura juga selalu was-was dengan kejadian esok hari.
Zura bahkan menelpon Rian setiap malam sebelum tidur, menanyakan hal-hal yang tidak perlu karena takut ancaman itu ke rumah Rian. Tapi jawaban laki-laki itu masih sama, masih aman dan masih merasa semua baik-baik saja.
"Ra, sendirian aja. Nih, mau?"
Sapaan itu berasal dari Mawar, dia datang dengan senyuman sambil menyodorkan sekotak kue lemon.
"Mawar, Lo suka banget kue ini?" tanya Zura menyunggingkan senyum.
Mereka pun berpindah tempat jadi ke bangku dekat sana, membuka kotak yang Mawar bawa dengan senang lalu memakan kue di dalamnya.
"Suka, dari kecil."
"Oh, hehe. Ayah gue juga suka banget kue lemon dan kebetulan banget, temen kecil gue juga suka kue ini," cerita Zura sambil memperhatikan kue lemon di tangannya.
"Lo sayang banget ya sama dia?"
"Banget, banget, banget! Sekarang juga gue sayang banget sama Lo! Uuuuu, Mawar!" gemas Zura sambil memeluk temannya manja.
"Udah, sesek gue di peluk-peluk kaya gini!"
"Hehe, biarin!"
"Ngapain Lo di sini, sendirian?" tanya Mawar setelah melepas pelukan mereka.
"Lagi mikir."
"Tumben Lo mikir, selama 18 tahun otak Lo kemana?"
"Lah? Ada ini di sini!" tunjuk Zura pada kepalanya.
"Lo kebanyakan pake ini, Zura!" ujar Mawar balik sambil menunjuk dada Zura, dia bermaksud menunjuk hati-nya.
"Ih, engga juga!"
"Alah, Lo selama ini ngejar-ngejar Rian. Namanya kagak ngotak, Zura! Liat noh Rian, udah kaya tembok berjalan!"
Mawar menunjukkan ke arah jendela atas menggunakan dagunya, mereka melihat Rian yang baru saja datang dan duduk di bangku di sisi jendela yang besar itu secara bersamaan.
"Ya udah lah, lagian Rian emang kaya gitu dari dulu," bela Zura dengan tatapan menerawang melihat Rian.
"Lo harusnya bisa liat ke belakang Zura, banyak yang ngantri dapetin Lo! Gue tau, banyak surat di kolong bangku Lo 'kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
ZURA (Tahap Revisi)
Teen Fiction🥀🥀🥀 "Zura?" "Hm?" Senyum manis terbersit di wajah gadis berambut panjang itu seraya menatap orang yang memanggilnya. "Siapa yang jahat?" "Gue penjahatnya." 🥀🥀🥀 Kalau membahas tentang ambisi dan cinta, banyak orang yang beranggapan itu wajar-wa...