🍁 Tiga Puluh | Lupakan Semuanya 🍁

68 5 126
                                    

Sesuai rencana, aku up pas di hari ultah ayangku wkwkwkwk buat My Lovely Watermelon Mark Lee, aku persembahkan chapter ini buat kamu🍉🍉🍉😘😘😘

Sesuai rencana, aku up pas di hari ultah ayangku wkwkwkwk buat My Lovely Watermelon Mark Lee, aku persembahkan chapter ini buat kamu🍉🍉🍉😘😘😘

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Suara ombak Pantai Mutiara terdengar sangat mengerikan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Suara ombak Pantai Mutiara terdengar sangat mengerikan. Ombak datang bergulung-gulung menghantam sekumpulan batu karang yang terdampar di pinggir laut. Suasana sore hari menjelang malam terlihat dari matahari yang mulai merendah. Langit sore berwarna jingga yang menjadikan pantai itu sangat indah dipandang, siapapun pasti akan merasakan hal yang sama bahwa berada di tepi laut dan menatap sunset adalah hal yang menyenangkan.

Namun semua itu bukan lagi hal yang menyenangkan bagi Nara. Ombak pantai, embusan angin, sunset ... semua keindahan itu kini tak terasa indah di mata Nara. Yang terlihat di mata Nara saat ini hanyalah kehampaan. Hari ini, detik ini juga, Nara akan mencoba suatu hal yang selama ini selalu dia jaga baik-baik keberadaannya, untuk dia relakan terlepas dari hidupnya kalau memang itu bukanlah miliknya. Nara harus melakukan itu. Mencoba menerima apapun hari ini.

Nara menghapus air matanya. Dia duduk sendirian di gazebo sambil menatap ke arah lautan sekaligus memandangi matahari yang hampir tenggelam. Dia ingin melihat sunset hari ini. Warna langit jingga mulai memerah dan sebentar lagi akan gelap.

"Nara!"

Dengan enggan Nara menoleh. Dia melihat Marvin berjalan menuju ke tempatnya dengan tersenyum. Sebuah senyuman yang selalu bisa menggetarkan hatinya dan membuatnya selalu bahagia. Tapi sekarang berbeda. Sudah beberapa hari ini Nara justru merasa sedih melihat senyuman itu. Kali ini pun Nara juga tidak bisa untuk membalas senyuman itu. Saat Marvin duduk di sebelahnya pun, Nara justru mengalihkan pandangannya dari Marvin dengan kembali menatap lautan lepas.

Keduanya duduk bersebelahan menatap ombak pantai dan sunset. Hembusan angin segar menerpa tubuh mereka. Dingin, tapi terasa sejuk. Matahari sebentar lagi tenggelam dan hanya terlihat dua bayangan orang yang sedang menatap langit senja. Marvin dan Nara. Kedua bayangan itu tetap berada di tempat semula. Menikmati pemandangn sunset dengan pikiran masing-masing.

Marvin Untuk NaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang