🍁 Enam | Sebuah Pertemuan 🍁

121 12 230
                                    

Sebenernya jadwalku up itu seminggu dua kali, cuma kadang molor jadi empat/lima hari sekali. Atau bisa jadi seminggu sekali. Kalo lagi khilaf bisa dua hari sekali. Ribet amat🤣🤣🤣

Ezra Billy Ghifari

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ezra Billy Ghifari

Billy melangkah masuk dan mengedarkan pandangannya mengamati kamar Marvin yang dindingnya bernuansa serba putih

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Billy melangkah masuk dan mengedarkan pandangannya mengamati kamar Marvin yang dindingnya bernuansa serba putih. Masih sama seperti terakhir kali Billy lihat sebelum dia pergi ke Aussie. "Vin?"

"Hm?" Marvin kembali menoleh dengan malas.

"Kenapa jidat lo?" Sama seperti Cindy, Billy juga penasaran dengan luka di kepala Marvin. Ingin tahu asal-usulnya.

"Nggak apa-apa." Marvin cuek.

"Lo berantem?"

"Nggak usah ikut campur," ujar Marvin dengan suara datarnya. "Mendingan lo keluar. Gue mau istirahat." Marvin merebahkan tubuhnya di ranjangnya dengan posisi terlentang, lalu memejamkan matanya sambil melipat sebelah lengannya di belakang kepalanya.

Billy hanya bisa menghela napas dan geleng-geleng kepala.

Billy turun ke lantai dasar dan menemui Nadia yang sedang menyiapkan makan malam spesial di ruang makan dengan dibantu bibi.

"Billy, ayo kita makan dulu. Kamu pasti lapar kan? Mama sengaja masak makanan kesukaan kamu, nih. Atau kamu mau mandi dulu?" Nadia berkata dengan bangganya. "Oh iya, Marvin nggak ikut turun?"

Billy menarik kursi dan duduk di salah satu dari beberapa kursi yang mengelilingi meja makan yang penuh dengan makanan yang enak itu. "Marvin mau istirahat katanya," jawab Billy yang mulai mengambil makanannya. "Kak Cindy mana, Ma?"

"Biasa lah kakak kamu. Tadi baru dapet telepon dari Irgi, katanya mereka mau makan malam di luar." Nadia selesai menata makanan dan duduk untuk memulai makan malamnya dengan Billy.

Nama 'Irgi' sudah tidak asing lagi di telinga Billy. Billy cuma tersenyum saja. "Ngomong-ngomong kenapa sama kepalanya Marvin?"

Nadia menggeleng, setengah menyerah menghadapi sikap Marvin. Kelihatannya Nadia juga mengalami hal yang sama saat menanyakan tentang luka itu, seperti Cindy dan Billy. "Mama nggak tahu. Tadi sore dia pulang sudah dengan keadaan kayak gitu. Pas Mama tanya, eh dia nya malah marah? Kamu kayak nggak tahu aja gimana sifat Marvin."

Marvin Untuk NaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang