🍁Tiga Puluh Empat | Kejutan Tak Terlupakan🍁

28 3 59
                                    

Otakku lagi waras, makanya aku up aja ya wkwkwkwk tapi biasanya kalo fast update gini yang selanjutnya pasti molor semolor-molornya🤣🤣

Otakku lagi waras, makanya aku up aja ya wkwkwkwk tapi biasanya kalo fast update gini yang selanjutnya pasti molor semolor-molornya🤣🤣

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Marvin melangkahkan kakinya memasuki kelas dan meninggalkan Nara, karena sepertinya mereka tidak ada bahan untuk dibahas sekarang.

"Marvin, tunggu." Dengan sigap setengah kaget, Nara dengan cepat meraih tangan Marvin untuk mencegahnya meninggalkannya.

Marvin terpaksa berhenti.

Nara menundukkan kepalanya dan baru sadar kalau yangan kanan Marvin yang dia pegang dibalut perban putih. Nara membelalak kaget dan mengamati tangan Marvin dengan khawatir. "Astaga, Marvin. Tangan kamu ... tangan kamu kenapa, Vin?"

Seakan tidak suka Nara memegang tangannya, Marvin menarik tangannya dengan kasar.

Nara tersentak lalu kembali menatap Marvin. Tatapan dingin yang dilihat olehnya. Sama persis seperti awal pertemuan mereka.

"Ada apa?" tanya Marvin dengan ketusnya.

"Marvin, tangan kamu kenapa?" Nara masih mencemaskan perihal tangan Marvin yang terluka.

"Bukan urusan lo."

Sakit. Itu yang dirasakan Nara saat ini. Marvin berubah? Kembali seperti dulu? Kenapa? Apa karena dia? Marvin benar-benar marah dan membencinya sekarang?

"Kalo udah nggak ada urusan lagi, mendingan lo pergi," usir Marvin.

Nara baru ingat tujuannya datang ke kelas itu untuk apa. Tadi dia terlalu sibuk dengan kecemasannya terhadap Marvin. Nara membuka tasnya dan mengobrak-abrik isi tasnya mencari-cari sesuatu.

Marvin menunggu dengan tidak sabar.

Setelah menemukan apa yang dicarinya, Nara mengeluarkan sebuah buku tebal bersampul merah dari dalam tasnya. "Ini." Dia menyodorkan buku itu ke Marvin.

Marvin mengerutkan keningnya menatap bingung ke arah buku itu. Buku masih berada di tangan Nara tanpa ada niat sedikitpun untuk Marvin mengambil alihnya.

"Ini diary mama kamu."

"Diary?"

Nara mengangguk.

Tangan Marvin terulur untuk mengambilalih diary itu dari tangan Nara, mengamatinya dan melihat tulisan 'AGATHA'. Itu memang buku milik mamanya. Marvin bingung, kenapa buku mamanya bisa ada di tangan Nara? Dipikir berapa kalipun Marvin tetap tidak mengerti.

"Itu buku dari Tante Dina." Nara menjelaskan untuk menjawab kebingungan Marvin. "Waktu di Puncak, Tante Dina yang ngasih buku itu ke aku. Tapi sekarang, aku udah nggak berhak lagi untuk memiliki buku itu. Kamu yang lebih berhak memilikinya."

"..."

"Diary itu penting banget buat mama kamu, dan pastinya juga sangat berarti buat kamu."

Marvin Untuk NaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang