🍁 Empat | Musibah Membawa Berkah 🍁

104 13 216
                                    

Cerita ini tercipta dari hasil kegabutan authornya. Walaupun sudah menentukan deadline, tapi bukan tidak mungkin juga akan bernasib sama seperti Devan. Semoga hal itu tidak terjadi ya, Kawan😊😊

Di sore hari yang cerah, Nara jalan-jalan sendirian dan langkah kakinya membawanya sampai ke sebuah taman yang sepi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di sore hari yang cerah, Nara jalan-jalan sendirian dan langkah kakinya membawanya sampai ke sebuah taman yang sepi. Sepi di sini bukan berarti tidak pernah dikunjungi orang, tapi sore ini kebetulan tidak terlihat ada orang yang datang. Nara merasa beruntung karena dia bisa berada di tempat sepi yang nyaman. Karena hanya di tempat yang sepi itu dia bisa melakukan apa saja tanpa harus dilihat oleh orang banyak. Seperti yang dilakukan Nara sore ini, marah-marah dan memaki-maki Randy. Ternyata gadis itu masih merasa kesal dengan mantannya tersebut.

"Gue masih kesel banget sama si Randy. Dari kesepuluh mantan gue, cuma tuh cowok yang paling ngeselin. Udah diputusin, masih ada berani dateng-datengin gue. Bikin gue tambah jengkel aja. Kenapa sih, harus ada makhluk super duper ngeselin kayak dia di dunia yang nyaman dan luas kayak gini? Sumpah deh, gue kesel banget sama dia." Nara melampiaskan kekesalannya dengan menendang-nendang apa saja yang ada di depan kakinya dan menghalangi jalannya. Seperti kaleng minuman kosong, bungkus snack, ranting pohon, dan lain-lain.

Randy mungkin memang mantan Nara yang paling menyebalkan, tapi dia juga merupakan laki-laki yang bisa dikatakan paling lama pacarannya sama Nara dibandingkan dengan mantan-mantan yang lain. Berbeda dengan laki-laki lain yang paling lama cuma sekitar satu bulan alias 30 hari sudah bubar, Nara pacaran dengan Randy sekitar 40 hari. Meskipun lebih mirip seperti peringatan kematian, tapi secara tidak langsung dan tanpa disadari oleh Nara sendiri, gadis itu sudah mulai ada sedikit rasa suka pada Randy dan sempat yakin kalau Randy yang akan bisa membuatnya move on. Tapi yang ini juga gagal seperti sebelumnya.

"Berengsek lo. Nyesel gue kenal sama lo." Nara menendang-nendang sebuah botol air mineral dari plastik yang sudah kosong, alhasil bentuknya pun sudah tak karu-karuan, penyok-penyok ditendang-tendang tanpa ampun oleh Nara. "Baru kali ini gue diperlakuin kayak gini. Dibohongin, diselingkuhin, ditinggalin di jalanan? Dia pikir gue cabe-cabean?"

Ada sebuah batu kerikil sebesar ibu jari kaki orang dewasa jadi korban tendangan maut Nara yang selanjutnya. Batu melayang tinggi dan Nara masih melanjutkan acaranya ngomel-ngomelnya.

Tiba-tiba ....

DUAG!!

"Aow!"

Nara kaget karena mendengar suara teriakan orang. Dia menatap lurus ke depan dan membelalakkan matanya lebar-lebar dengan mulut menganga melihat kejadian mengerikan yang ada tepat di depan matanya. Nara seperti kehilangan kesadaran dan untuk sesaat tidak bisa membedakan dia sedang bermimpi atau tidak. Kalaupun mimpi, dia juga tidak tahu yang dia alami ini termasuk dalam kategori mimpi buruk atau mimpi indah. Tapi kenyataannya, ini adalah sebuah kenyataan yang lagi-lagi entah kenyataan yang baik atau buruk.

Marvin Untuk NaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang