🍁 Dua | Mr. GM 🍁

161 16 324
                                    

Misal nargetin cerita ini tamat sebelum lebaran tahun ini kira-kira bisa nggak, sih 🤣🤣🤣 #ngimpiajaaku

Misal nargetin cerita ini tamat sebelum lebaran tahun ini kira-kira bisa nggak, sih 🤣🤣🤣 #ngimpiajaaku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

~ Kallista Kinara Alvina ~

~ Kallista Kinara Alvina ~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🍁🍁🍁

Senyuman Thalita mengembang, dia
menemukan sebuah buku bersampul biru yang dia cari. Thalita membuka buku itu dan menemukan beberapa catatan di sana. "Mantan pertama lo dari SMA Persada---Nikolas."

Thaliha membaca catatan di bukunya. Kelihatannya setiap kali Nara pacaran, Thalita selalu mencatat siapa-siapa saja mantan Nara di buku untuk mengecek apa benar Nara serius mau move on seperti apa yang dia bilang. Tak disangka, ternyata catatannya kini berguna juga.

"Tunggu, tunggu." Nara jelas kaget karena Thalita menyebutkan nama salah satu mantan pacarnya. "Lo lagi ngapain, sih? Terus Nikolas? Ngapain lo nyebut nama dia?"

"Kan tadi gue udah bilang, kita review semuanya. Mulai dari Nikolas---kapten basket SMA Persada. Waktu itu apa alasan lo mutusin dia?"

Nara menengadahkan kepalanya ke langit-langit kamarnya sambil berpikir. Itu mantan pertama, pastinya sudah lama dan Nara perlu berpikir juga untuk mengingat-ingat kembali. "Nikolas ... dia itu playboy. Nyebelin. Udah punya pacar, masih aja ngelirik-ngelirik cewek lain. Siapa coba yang nggak kesel?"

Thalita mengangguk-angguk, dia meletakkan buku di atas meja dengan posisi terbuka. Lalu dia mengambil bolpoin dan menulis kata 'playboy' di bawah tulisan Nikolas. "Oke. Nikolas playboy. Terus kalo Jevan dari Universitas Kedokteran?"

Tidak perlu mikir terlalu lama kalau untuk laki-laki yang satu ini, karena ini bisa dibilang 'agak spesial' karena dia calon dokter. "Jevan orangnya baik, ganteng, pinter lagi. Dia juga calon dokter yang hebat, tapi dia kelewat pinter jadinya gue sering nggak nyambung kalo lagi ngobrol sama dia. Otak gue nggak sampe seperempatnya otak dia. Kayaknya dia masih terlalu 'tinggi' deh kalo buat gue."

"Terlalu pinter." Thalita kembali mencatat. "Bambang dari SMA Tirta Jaya?"

Mendengar nama itu, Nara langsung bergidik ngeri sendiri. Bisa dibilang ngerinya bukan karena takut tapi ngeri setelah illfeel. "Yaela, Tha. Lo masih tanya soal si Bambang itu? Dia itu kutu buku banget. Udah gitu kampungan juga, lagi? Kalo lagi jalan sama dia, yang ada dia cuma malu-maluin gue doang, tahu nggak? Males gue sama cowok kayak gitu."

Marvin Untuk NaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang