TWO
***
Matahari memaksa masuk dari kaca yang transparan itu, karena tidak ada gorden yang menutupinya. Sinar itu seakan menyudutkan ranjang besar diruangan megah ini. Diatasnya ada seprai yang berantakan, bukti bahwa disana ada pergulatan yang sungguh panas. Matahari tak henti-hentinya terus bersinar.
Kedua insan diatas ranjang besar itu belum juga bangun dari tidurnya. Mereka terlalu nyenyak dan lelah. Sinar itu membuat mata gadis itu menyipit ketika ia langsung dihadapkan oleh cahaya terang itu. Matanya yang tidak bisa melihat jauh tampak kabur. Lalu tangannya meraba sesuatu disisinya, tidak ditemukan apapun.
Namun karna ia tidak tahu tempat apa ini, dia bingung sendiri, menatap lampu tidur yang ada didekatnya. Lampu tidurnya kenapa tidak terbalut oleh kain yang dijahitnya sendiri? Bukankah warna lampu tidurnya putih. Kenapa yang ini warna nya cokelat muda?
Lalu ada yang menusuk kulitnya. Kulitnya merasakan ia langsung bersentuhan dengan kain tanpa perantara seperti pakaiannya? Setelah bergerak sedikit, matanya menatap punggung tangan yang tampak sedang mencengkram pinggangnya. Perlahan tubuh gadis itu berbalik ke belakang..
"KYYYYAAAAAAAAAAAAA!!!!!!"
Suara lengkingan keras dari bibir Bulan membuat pria yang disebelahnya segera bangun dari tidurnya karna kaget. Belum selesai dengan keterkejutannya, Bulan juga sukses membulatkan matanya karena melihat seorang yang kini didepannya tanpa busana. Seorang pria bertelanjang dada. Didepannya?
Seorang pria itu Fabi?! Fabi segera duduk dengan wajah yang pucat karna kaget. Bulan menutup separuh badannya dengan selimut yang juga menutupi tubuh bagian bawah Fabi. Bulan menelan saliva nya. Tiba-tiba ia terbata untuk berbicara.
"Ba-bagaimana bib-bisa, ki-ki..ta tidur se-se-" wajahnya memerah, ia tidak bisa melanjutkan kata-katanya. Ia langsung melihat sesuatu dibalik selimutnya itu.
Mata indahnya membulat kaget. Bagaimana bisa? Lalu ia beralih untuk menatap Fabi yang kini sedang menjambak rambutnya sendiri. Mata Bulan berair, ia menutup tubuhnya erat-erat. Pikirannya sedang berkecamuk. Hatinya meringis ngilu karena kejadian ini.
"Bulan.. gue minta maaf, gue nggak-"
"Lo apain gue Fabi?!" potong Bulan dingin, wajahnya pucat dengan nada bicara ketakutan. Air mukanya menunjukkan bahwa ia sedang panik. Matanya tidak bisa berbohong, pancaran mata yang ketakutan.
Fabi menghela nafas. "Yang gue inget, lo lagi ngukur ukuran tubuh gue, terus lo nerjang gue dan pagi ini kita udah kayak gini.." ungkap Fabi menunduk, ia merasa bersalah kepada Bulan. Dia seorang laki-laki, yang sudah bertobat tidak ingin main dengan perempuan lagi, lalu... pagi ini ia malah terbangun dengan keadaan yang bisa dibilang tidak wajar.
"Gue nerjang lo?!" tanya Bulan tak percaya. Matanya yang berair itu membulat tak percaya. Otaknya menyangkal semua pernyataan Fabi barusan.
"Iya, lo nerjang gue. Gue nggak tau apa yang buat kita hilang kendali gini.." jawab Fabi menatap mata Bulan yang ketakutan. Matanya meredup seakan menyesal sesuatu yang terjadi tadi malam. Iyalah nidurin cewe nggak nyesel? Sarap namanya!
Bulan terisak. "Gue perawan Fab. Dan lo ngambil itu dari gue.." bisiknya tak jelas, ia malu namun ia juga kesakitan, wajahnya menunduk didepan Fabi. Dirinya masih tak percaya, jikalau ia melakukan hubungan intim tadi malam.
Mungkin ini adalah hal terindah bagi perempuan lain, bisa melakukan hubungan selayaknya suami istri dengan seorang pria bernama Fabio Pahlevi! Pria mapan dengan pekerjaan arsitek, sifatnya ramah dan juga ia selalu senyum disetiap langkahnya, postur tubuh yang cukup bagus padahal ia jarang berolahraga, pria yang berpikiran dewasa nan maju diumurnya yang masih belia, pria yang berpenghasilan tinggi, tentu saja membuat para wanita ingin menjadi Nyonya Pahlevi.
KAMU SEDANG MEMBACA
[TCS-2] Gruchple
Teen FictionBekerja sebagai arsitek bukan hal yang mudah bagi Fabi. Ia harus mampu mengatur jadwal karna rancangan yang ia kerjakan harus selesai tepat waktu. Perihal wanita tak pernah ia gubris. Bahkan Tuan Levi saja ragu melihat putra tunggalnya akan memiliki...