THREE

6K 352 10
                                    


THREE

***

Fabi menghela nafas ketika ia baru sampai didalam lift apartementnya, sungguh ia sangat lelah, setelah mengantarkan Bulan yang sedang turn on ke tokonya, Fabi segera pergi, ada rasa bersalah, hanya saja Fabi tidak mungkin membantu Bulan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Fabi menghela nafas ketika ia baru sampai didalam lift apartementnya, sungguh ia sangat lelah, setelah mengantarkan Bulan yang sedang turn on ke tokonya, Fabi segera pergi, ada rasa bersalah, hanya saja Fabi tidak mungkin membantu Bulan.

Bulan yang masih setengah sadar juga memutuskan untuk pulang saja, ia malu sekali ketahuan sedang terangsang, apalagi itu didepan Fabi.

Fabi berjalan keluar dari lift, berjalan menuju kamarnya, ada seorang pria yang berpakaian kemeja sedang bersandar dipintu apartementnya.

Fabi berdekham. "Papa?" sapanya pelan.

Pria yang merupakan Ayah Fabi itu tersenyum melihat anaknya. "Fabi, Papa mau nginap disini boleh? Jauh sekali jika Papa pulang ke rumah Opa kamu.."

Fabi mengangguk. "Boleh dong, yuk masuk.." Fabi membuka pintu apartementnya hanya dengan kartu, ia sudah lama memiliki apartement, sehingga ia belum punya apartement modern yang memakai pengamanan menggunakan kata sandi.

Papa Fabi segera masuk, ia menghela nafas sembari membuka beberapa kancing kemejanya, sedangkan Fabi segera ke dapur untuk mengambilkan air minum.

"Papa kok nggak nelfon dulu? Kasihan kan malah nunggu gitu.." kata Fabi membawa dua gelas air minum berisi air putih.

Papa nya hanya mengangkat bahu, "Biasanya kan kamu nggak kemana-mana.."

Fabi merutuki kebodohannya, benar juga. "Tadi ada urusan, makanya Fabi keluar dulu.." katanya santai, ia meneguk air minum itu.

Papa nya baru saja duduk, ia menghela nafas. "Fabi.. Papa mau bicara soal pendamping hidup kamu.." Fabi membeku, pernyataan dari sang Ayah membuatnya mengingat kamarnya sendiri.

Fabi menautkan alisnya. "Maksudnya?"

"Papa berniat menjodohkan kamu dengan anak perempuan teman Papa, dia bekerja sebagai dokter kandungan, gadis itu cukup cantik, dan Papa teringat dengan kamu, kamu sudah mapan, tapi sayangnya belum punya pendamping.." suara Papa nya terdengar sedikit senang, sejak Fabi lahir, Papa nya tidak pernah ceria, mungkin karna tidak ada sang istri lagi.

Fabi berdekham. "Papa mau Fabi menikah dengan anak teman Papa itu?" tembak Fabi langsung, ada rasa tidak suka dalam nada suaranya.

"Ya, dia menarik, dia termasuk kedalam kategori gadis yang diidam-idamkan.." senyum Papa nya mengembang.

Fabi mengacak rambutnya, Papa Fabi terlihat bingung. Ia menghembuskan nafasnya pelan, "Maaf.. Papa meminta kamu menikahi gadis itu, kan kamu sudah dewasa, jadi tidak perlu khawatir lagi.."

"Dia juga mempunyai mata yang indah, hidung yang mungil, bibir yang tipis, rambut yang lurus, panjangnya sepunggung, kakinya jenjang, pantas bersanding denganmu kelak, dan dia juga pintar, mungkin anak kalian kelak bisa-"

[TCS-2] GruchpleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang