SIX
***
[Author POV]
Bulan yang sedang menggendong Afizkhar asik mengusal hidungnya ke hidung bocah laki-laki itu. Ia tersenyum senang sekali dan tak memperhatikan jalannya sehingga ia menabrak bahu seseorang.
"Maaf.." pinta Bulan sopan sambil menunduk, lalu mendongak, namun ia tiba-tiba terdiam.
Pria itu juga terdiam, ia lalu tersenyum senang, "Halloo my moonlight? Remember me?" sapa Dezka dengan teramat ramah.
Bulan tersenyum kecut. Apa tadi pria ini memanggilnya? My moonlight? Bulan hanya bisa terdiam. Ia segera mengangguk saja menanggapi pertanyaan dari Dezka.
"Udah nggak ketemu selama lima tahun kamu ternyata udah punya anak yah? Tapi kok malah tambah cantik yah?" Dezka melihat Afizkhar dengan tatapan menilai.
"Tapi dia kok nggak mirip sama kamu yah Bulan?" ujar Dezka bingung sendiri.
Bulan hanya menggaruk tengkuknya tak enak. "Afizkhar anaknya Diego Dez," sahut Bulan cepat dan datar.
Afizkhar segera memeluk erat leher Bulan. "Ante, Piskal takut.." seru bocah kecil itu dengan nada pelan. Ia melirik Dezka dengan tatapan ngeri.
Bulan tersenyum, "Ada ante disini kok.."
"Papi mana?" tanya bocah itu mendesak Bulan. Bulan mengelus punggung Afizkhar dengan sayang.
Bulan lalu menghela nafas. "Yuk ke tempat Papi.." ajak Bulan senang, namun tangan Dezka lebih dulu menahan lengan Bulan dengan erat.
Bulan melirik Dezka, Dezka balas menatapnya dengan tatapan rindu dan lembut. Bulan terdiam ketika ditatap seperti itu. Cukup lama mereka bertatapan, tetapi tak ada satu pun dari mereka bergerak.
"Kenapa?" tanya Bulan akhirnya, ia memutuskan kontak matanya dengan Dezka.
"Aku kangen." kata-kata Dezka membuat dunia Bulan terasa berhenti. Ketika Bulan menatap Dezka dengan kedua mata indahnya, Dezka balas menatapnya dengan dalam.
***
Fabi mengatupkan rahangnya ketika matanya tak sengaja menatap Bulan sedang bersama Dezka. Ia yang sedang duduk ditepi bar mini itu hanya bisa memperhatikan calon istrinya dibalik kacamata miliknya.
Diego datang sambil membawa bir ditangannya. "Dan ini pesenan lu! Anggur tahun 1976." ujarnya sambil menyodorkan botol bir anggur kepada Ardan.
"Thanks Dick!" balas Ardan tersenyum mesum sambil menuangkan isi birnya ke gelas sloki miliknya.
Zeo berdekham. "Mau ngapain lu Dan? Kalo Fabi teleng mending, masih bisa nyetir. Kalo elo teleng, boro-boro nyetir, jalan aja nyungsep lu!" maki Zeo kepada Ardan.
Ardan mendengus. "Fabi mabuk dikit aja ngilangin keperjakaannya!" ujar Ardan skartik. Ia melirik Fabi yang fokus pada satu titik saja. Namun orang yang Ardan sindir tak bergerak sedikitpun selain bernafas dan memandang lurus ke depan.
Diego ikut meneguk bir yang sudah dituangkan Ardan. "Keperjakaan? Jadi selama ini lu belum pernah nidurin cewe Fab?"
Ardan segera menggeleng. "Dia lebih suci dari gadis perawan Dick."
"Stop calling me like that. My name is Dieg, not Dick." ujar Diego mendengus kepada Ardan. Ardan hanya berdecak tak peduli.
"Emang siapa yang pernah ditiduri Fabi? Lucky girl banget yak tuh cewek dapet cowok perjaka." ujar Diego salut, ia menegak anggurnya lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
[TCS-2] Gruchple
Teen FictionBekerja sebagai arsitek bukan hal yang mudah bagi Fabi. Ia harus mampu mengatur jadwal karna rancangan yang ia kerjakan harus selesai tepat waktu. Perihal wanita tak pernah ia gubris. Bahkan Tuan Levi saja ragu melihat putra tunggalnya akan memiliki...